Minggu, 08 November 2020

Demam bunga

 Demam bunga, tepatnya tanaman..melanda emak-emak akhir-akhir ini. Tampaknya masyarakat butuh hiburan di tengah situasi pandemi yang megharuskan kita masih banyak beraktifitas di rumah.Media sosial berperan memberi andil demam ini. Semakin viral maka semakin demamlah kita semua.Bunga yang biasanya terlantar pun kini segar karena makin diperhatikan si empunya.Tanaman keladi yang memang ramah tumbuh di iklim indonesia makin naik daun.Ada yang harganya jutaan (kata media sosial) entah iya entah tidak.Siapa yang membeli sampai jutaan/mungkin artis atau orang berduit yang juga turut terkena demam ini. Kalau yang duitnya sedikit atau sayang menghabiskan duitnya untuk beli bunga,bisa terjun ke semak atau minta bunga tetangga atau kawan.Yang penting perbanyak silaturahmi dan saling berkunjung ke rumah..niscaya bunga kita di rumah akan bertambah pula.

Tak ada yang salah dengan demam bunga ini. Sisi positifnya bagi yang jualan tanaman pastinya akan mengeruk untung.Yang jualan pupuk,kompos apalagi rak bunga kini sedang memanen.Dan yang awalnya tak pernah bertukang,kini pun sudah pula membuat dan menjual rak bunga.

Rumah orang terlihat meriah dan berwarna-warni.Bunga-bunga itu pasti bahagia.Jika mereka bisa berbicara mungkin mereka bersyukur pada Allah dan berharap demam bunga ini tidak reda

Malamang di Pariaman

 Tak terasa waktu sudah memasuki penanggalan 12 Rabi'ul Awal di kalender hijriyah,bertepatan dengan tanggal 8 November kalender Masehi.Bulan ini adalah bulan kelahiran Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Sebagai manusia kita dinasehati utnuk selalu mengambil ibrah dari setiap kejadian. Begitu pula dengan peringatan kelahiran sang suri tauladan atau maulid Sang Nabi.

kearifan lokal yang ada di Sumatera Barat umumnya dan Pariaman khususnya, memperingati maulid nabi dengan acara Malamang/memasak lemang. Makanan lemang mungkin kita sudah tahu karena makanan dari ketan yang dimasak dengan bambu secara dipanggang ini adalah makanan yang umum ada di beberapa daerah di Indonesia. Namun Malamang di Pariaman tidaklah sekedar memasak lemang namun juga dirangkaikan dengan kegiatan lain secara kolosal.

Kegiatan Malamang diangkatkan oleh suatu kenagarian atau desa dan umumnya diadakan di surau/masjid.Semua warga akan terlibat menyumbang lemang dan jamba ke surau.jamba merupakan paket makanan yang umunya terdiri dari nasi, asampadeh ikan, gulai ayam kampung, kacang panjang,terung diberi sambal cabai dan yang lainnya.Makanan tersebut akan ditata sedemikian rupa di atas tempat dari kayu lalu dibawa ke surau beserta lemang yang telah dibungkus kertas koran atau kertas warna-warni. Puncak acara malamang diawali dengan salawat dulang oleh orang siak dan ketika tamu sudah berkumpul maka acara makan-makan akan dimulai.

yang menarik dari acara Mlamang ini adalah keramain yang menyertainya.Anak-anak akan memenuhi halman surai,ditimpali suara para pedagang yang menjajakan dagangannya.

Kamis, 01 Oktober 2020

Dimanakah kamu saat gempa 2009 di Sumbar?

Kenangan heroik tentang ayahku yang selalu membekas dalam ingatan.

Flashback ke 30 September 2009 di Desa Marunggi Kota Pariaman.

Hari itu berjalan seperti biasa.sekitar jam 5 sore , dimana anak-anak bermain di halaman, orang-orang duduk bercengkrama menunggu maghrib menjelang.Kami yang masih tinggal di rumah mertua telah memiliki anak 3 orang.Si sulung Wafa  berusia 5 tahun,Jundi 3 tahun dan Zaki saat itu baru berusia 6 bulan. Wafa dan Jundi saat itu bermain bersama anak tetangga.Sementara suami dan mertua duduk mengobrol di teras. Aku menggendong si kecil sambil menonton berita sore di dalam rumah seperti biasa.

Mendadak seketika bumi berguncang hebat dan terdengar suara gemuruh.Kami yang tinggal di daerah rawan bencana sudah terbiasa waspada langsung berhamburan.Aku menggendong anakku ke luar rumah.Sesaat aku keluar pintu,dinding rumah di sebelah pintu ambruk jatuh,debu pun berhamburan.
Kami yang panik hanya duduk di halaman .Anak-anak pun menangis cemas.Kami spontan berzikir: Laa ilaha Illallah!!!
Gempa reda setelah beberapa menit.Bagian dapur rumah sudah ambruk tak berdinding lagi.Ada yang pergi ke tepi pantai yang hanya berjarak 200 meter dari rumah,untuk melihat apakah air surut  sebagai pertanda tsunami akan menerjang.
Tapi keputusan tercepat adalah tidak perlu menunggu lama,kami harus mengungsi lewat jalur evakuasi.
Dengan mobil tetangga,kami mengutamakan anak-anak dahulu.Pemukiman kami termasuk padat dan tetangga kami adalah satu kaum sepersukuan.Orang dewasa bergegas pakai motor.Aku termasuk ke dalam pasukan naik mobil bersama anak-anak.Mobil kijang tetangga itu dipenuhi sekitar 15 orang anak.Akupun tak ingat jelas tepatnya.
Kami menuju ke daerah Santok.Sepanjang jalan tampak beberapa rumah sudah bersujud,ambruk,retak,hancur di antara orang-orang yang panik.
Kami menumpang di teras rumh seorang teman.Hari semakin gelap, hujan pun turun,mati lampu...dan anak-anak menangis!
Anak yang kami bawa ada yang tidak jelas dimana ayahnya,ibunya,kakaknya..pokoknya kami semua berkumpul menangis.Kecuali aku tentunya..Aku berusaha tenang,karena jadi kepala pasukan.
Makan malam kami disediakan tuan rumah yang baik hati. Jaringan telepon mati total.Pak tetangga kembali ke kampung untuk memberitahukan keberadaan kami.Malam kami lalui dengan cemas.Waspada gempa susulan,kami hanya berkumpul di teras.Beberapa tetangga menyusul berkumpul.Isu-isu pun berseliweran,katanya tsunami sudah naik,rumah hancur lebur dan yang lainnya.
Alhamdulillah malam itu ditengah kepanikan bisa kami lalui dengan selamat.
Paginya..karena dirasa aman dan gempa susulan kecil saja,kami berangsur pulang
Mendapati rumah yang hancur setengahnya.
Hari pertama..hari kedua..listrik masih mati,jaringan internet belum aktif.Hari ketiga aku baru dengar kabar bahwa Kota Padang kondisinya parah.Info dari tv di warung yang punya genset.Pusat gempa ternyata di Pariaman.Kerusakan di Pariaman juga banyak.Namun di Padang bangunan bertingkat banyak yang ambruk,hotel,mal,rata dengan tanah.
Suasana kacau tersebut ditonton oleh ayah dan mamak di Sidikalang.
Perasaan mereka pasti kacau meliht berita.Karena aku dan keluarga di Pariaman,dan sihah adikku yang kuliah di UNP Padang tak dapt dihubungi.
Hari ke empat kami terkejut.Ayah datang dengan mobil box berisi bantuan yang terkumpul dari saudara- saudara di Sidikalang.
Karena kami tak dapat ditelpon,ayah bertindak langsung berangkat melihat kondisi anaknya  ke Sumbar apakah selamat atau tidak.hiks.
Alhamdulillah kami selamat,adikku Sihah selamat juga.
Ayah mengira kami masih mengungsi.Mobil Box yang dibawa ayah itu penuh makanan,beras,tenda,ember,gayung sampai pisau pun ada.Cukup untuk keperluan di pengungsian.
Alhamdulillah ...dan Terima kasih juga kepada semua saudara yang telah mengirimkn bantuan saat itu kepada kami.Nama yang tak tersebut,semoga kebaikan keluarga dan tetangga di Sidikalang dibalas Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Gempa sering menghampiri daerah ini.Kapan akan terjadinya,dimana pusatnya Wallahu'alam..Allah punya rahasia.Kita hanya berusaha waspada dan tetap mempersiapkan diri.
Semoga kita dijauhkan dari musibah dan marabahaya.


Senin, 31 Agustus 2020

My Agustus

 Agustus itu bulan milikku (jangan komplain)

Karena aku lahir di bulan ini. Tiap awal bulan aku selalu antusias menyambutnya. Tanggal 22 adalah tanggal istimewa untuk dikenang. Di tanggal itu aku akan berulangtahun, mengenang pertambahan usia dari tahun-tahun sebelumnya. Berharap semoga diri ini semakin matang alias mature kata orang seberang sana!

Masa remaja dahulu jujurlah..aku ingin hari kelahiran dipenuhi suasana sukacita. Ucapan selamat dari orang terdekat. Dengan wajah gembira engkau dido'akan..diharapkan mendapat kebaikan dan meraih semua apa yang diinginkan. Pokoknya, tanggal 22 itu berakhir dengan malam yang indah dan aku tidur dengan mengaminkan semua do'a yang membumbung ke langit seiring mimpiku yang mengangkasa.

Semakin tua, jujur aja lagi!!

Ternyata kita semakin mencari makna. Tanpa diperintah aja, fikiran dan hati kita seperti ada sebuah guide yang meuncul memberi pencerahan tanpa kenal waktu dan tempat. Misalnya: aku melihat sebuah kejadian yang menyedihkan yang dialami seorang teman. Dari layar kesedihan itu aku tidak turut larut seperti sebelum-sebelumnya.Timbang perasaan sudah didominasi fikiran mencari makna.Semakin tua kita ternyata semakin mencoba tidak terburu-buru.Kita sudah pernah mengalami suatu peristiwa yang mana kala terjadi lagi ke depannya (dengan format serupa) maka jiwa kita mengambil pelajaran dari yang sudah-sudah.Kita tidak lagi terlalu emosional, kita semakin sering melihat kepergian orang-orang yang kita kenal. Saudara, teman, guru,tetangga.Dan itu semakin memberi makna.

Ditengah angka usia yang semakin naik seperti angka berat badan, aku memilih menyepi dari kehingarbingaran.Aku bukannya antipati dengan ucapan Selamat Milad,selamat ulang tahun. Tak ada yang salah dengan ucapan berisi do'a selamat. Kepada anak-anak tiap hari lahirnya kami tak pernah memberikan lilin ber angka dan menyuruh mereka (make a wish, son!) lalu meniupnya.Tidak. Tapi setiap mereka ultah, hingga saat inipun kami akan saling mengucapkan selamat.Dan menutup malam dengan makan bersama keluarga.Karena kue sudah terlalu menambah berat badan (lagi-lagi).Ia berklori sangat tinggi!. Momen ulang tahun bagi anak harus tetap mereka peringati.

Tapi saat suami dan anak-anakku bulan kemarin mengucapkan selamat ulang tahun, aku semakin diingatkan tentang limit yang semakin dekat.Dan aku banyak-banyak mengaminkan do'a :semoga usiamu berkah! karena panjang umur tapi tak berkah akan sia-sia.

Demikian catatan malam ini tepat pukul 23:09


Sabtu, 15 Agustus 2020

Mendung di Langit Sinabung

 


    Sebuah novel berada di tanganku. Buku bersampul gelap itu seolah menggambarkan kelabunya asap Gunung Sinabung, seperti judulnya Mendung di Langit Sinabung.

Yup..kuulangi kembali membaca novel karangan seorang teman, saudara dalam ukhuwah,wanita tangguh, Ika DY yang sekarang berdomisili di Kota Binjai Sumatera Utara. Novel ini bertemakan kisah percintaan seorang penyintas (survivor) bencana bernama Atika yang memendam rasa terhadap Ibrahim, teman masa kecilnya. 

Rumitnya kisah percintaan diramu Ika DY dengan adanya Alisya dan hadirnya sosok Guntur  di sisinya. Remuknya hati  menghadapi realita menghantarkan Atika berangkat meninggalkan kotanya ke Sinabung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, mengabdikan diri dalam kegiatan kemanusiaan dan juga melarikan diri dari sebuah kegelisahan. Siapa yang mesti ia salahkan? perhatian Ibrahim kepadanya yang telah disalah maknai? atau sosok Alisya yang membiarkan perasaannya berurat berakar namun akhirnya tercerabut dan menyisakan rasa  perih? Yang jelas ia marah kepada keduanya!

    Bagiku, novel ini memberi kesan tersendiri.  Gunung Sinabung yang gagah perkasa selalu terlihat menjulang dari kampung ku di Sidikalang, Kabupaten Dairi. Desa Sukandebi, daerah yang digambarkan rawan dalam  cerita novel ini  hanya berjarak  sekitar 32 Km dari Sidikalang. Secara geografis Kabupaten Dairi  dan Kabupaten Karo bersebelahan bersusun di dataran tinggi. Bubungan hitam letusan serta debu bisa terlihat dan sampai ke perbatasan daerah kami. Bencana erupsi. Sinabung yang kembali  terjadi minggu lalu itupun seolah memberi rasa tersendiri  membacanya, seolah membawa rendezvous tokoh Atika dan Guntur. 

    Novel ini  memuat cerita  kemanusiaan, kehidupan relawan bencana dan suka-dukanya. Bagaimana suasana saat letusan terjadi, bagaimana kesigapan bertindak dan mengisi waktu menghibur anak-anak pengungsian.  Ika DY menggambarkan kondisi Dataran Tinggi Karo dengan tepat. Alam dinginnya, subur tanahnya dan ramah penduduknya. Menyatu bersama warga di pengungsian bencana seolah membawa kita langsung mengalami suasana tersebut.

    Rasa khas 'Sange' seolah telah hadir di mulutku, mengingat aku dibesarkan di Sidikalang . Kondisi tanah Karo seiras dengan daerahku, kondisi alamnya, kearifan masyarakatnya. Minuman khas itu juga ada di daerah kami (percayalah ka, aku langsung menyeduh sange-ku dengan rasa yang 'pas' itu :)). Termasuk juga Cimpa, kue khas Karo juga istilah-istilah bahasa Karo yang sangat akrab di telinga. Mengingat Tigalingga, kecamatan di perbatasan Dairi-Karo, kampung ibuku dilahirkan mayoritas masyarakatnya berbahasa Karo.

    Keseharian Atika bersama pengungsi menggumulkan rasa kasihan, empati dan bercampur pilu hati setiap mengingat Ibrahim dan Alisya yang meluluhkan perasaannya. Atika berusaha mengalihkan setiap bayangan Ibrahim yang tak berhenti hadir di benaknya. Atika mencari jawaban rasa yang dia sendiri tak pernah tahu kenapa selalu mengganggunya. Sosok Bang Ben dan dr.Alin membuat Atika menyadari bahwa cinta tak mesti saling memiliki. Karena waktu berlalu dan banyak hati lain yang mesti dijaga. Suatu waktu ia mesti belajar ikhlas, dan waktu menjawabnya.

    Namun setiap upaya kita menjauhkan diri, selalu ada jalan untuk pulang. Berita mendadak tentang Alisya  yang kini tergolek rapuh dan lemah dikungkung penyakit level stadium akhir . Alisya-nya yang sebenarnya telah lemah, namun memutuskan menggenggam cinta yang lebih sempurna. Apakah Atika tahu bagaimana menggugunya Alisya memohon Tuhan untuk takdirnya bersama Ibrahim? Di atas rasa cinta segitiga, ada rasa yang lebih besar yang akan memudarkan itu semua dan menyatukan tanpa perlu banyak berkata lagi. Cinta yang sempurna.

    Sisi kemanusiaan juga digambarkan melalui sosok ibu Ratih. Saat Ika membawa flash back kisah Alisya, Ibrahim dan Atika,aku tak kuasa menahan airmata. Aku diingatkan realita anak-anak senasib seperti mereka. Itu ada di sekeliling kita dan butuh kita untuk melimpahinya dengan kasih sayang . Aku mendadak ingin seperti Bu Ratih yang penuh pengorbanan. Sungguh pandai Ika menggugah hati pembacanya.

     Di Sinabung juga Atika bertemu Guntur yang sejak awal sudah memberi perhatian padanya. Bagaimana nasib Guntur?Apakah nanti Atika dipertemukan dengan Ibrahim?apakah mereka akan dipersatukan? Kenapa Alisya membuat Atika mesti menjauh dan memilih mengalah?

    Membaca novel ini juga membawa kita merenung. Bencana silih berganti dan bermacam bentuknya selayaknya membuat kita terjaga, dimanapun kita mesti memberi peran dalam bentuk yang kita bisa. Sebagaimana kata sosok Bang Ben :di bumi ini tak pernah ada bencana alam, yang ada adalah bencana kemanusiaan.  Sebab alam memiliki caranya sendiri untuk merawat diri dan kondisi di sekitarnya , seharusnya kita belajar dari alam bagaimana ia menjaga kelestarian, keselarasan juga keseimbangan. 

Aku juga sepakat dengan pengantar di awal oleh penulis Hujan Tarigan, bahwa terkadang bencana adalah cara alam menyembuhkan dirinya. Mungkin debu vulkanik Sinabung ini adalah obat luka yang dapat menyuburkan tanah Karo sebagai sentra pertanian? ilmu pertanianku menyatakan bahwa debu vulkanik gunung berapi sangat baik menyuburkan lahan pertanian. Sekarang ia bencana, namun puluhan tahun lagi ia adalah sumber daya alam bagi anak cucu? mungkin?wallahu'alam..karena sebagai manusia kita mesti banyak bertanya hikmah dari sebuah kejadian dan menyadarinya sebagai cobaan juga anugerah Ilahi.

    Tabik Ika! my sister fillah...Bukumu mengobati rinduku akan sosok penuh semangatmu yang Ika gambarkan lewat sosok Atika. Namun Ika -ku orangnya tegas dan gak melow sih..hahhaha...

Ditunggu karya slanjutnya ya Ika sayang... 

   

Senin, 10 Agustus 2020

setahun ayah berpulang

Hari ini 11 Agustus 2020 , tepat sstahun sudah ayahanda berpulang ke ribaan Sang Khaliq. 

Tepat 10 Dzulhijjah dini hari. Di hari yang baik, saat takbir mulai dikumandangkan umat Islam memperingati idul adha. Kemarinnya ayah dan keluarga masih menuntaskan puasa arafah. Musibah malam takbiran saat anaknya yang ke 5, Khairul Angkat ditabrak motor ketika berangkat sholat maghrib ke mesjid sesudah buka puasa bersama.
Ayah mungkin syok....melihat anaknya ditangani dokter, begitulah ayah kami...dia pada dasarnya bersifat mudah trenyuh, mudah kaget dan sangat sayang pada semua anaknya.
Malam itu ayah sudah mengeluhkan sakit dada...dengan kondisi baru berbuka puasa,dia belum makan dan langsung dihadapkan pada kejutan kejadian itu.
Ayah menghadap Allah saat bangun tidurnya. InsyaAllah husnul khatimah, kata mamak dan adik-adikku yang melihat ayah menghadapi sakaratul mautnya.
Hanya sekejap..ya...hanya sekejap ia telah terdiam tanpa sempat berpesan apa-apa lagi.
Hari itu juga...aku yang tinggal di rantau,tak bisa mengejarkan waktu hingga ayah dimakamkan.
Aku tiba tepat setelah ayah dimakamkan.Aku hanya bisa memeluk batu nisannya.
Sungguh...hari itu adalah hari dimana orang yang ramai di pekuburan mengasihani aku.Dan ketahuilah bahwa  aku paling mengasihani diriku sendiri. Hingga saat ini jika pikiran tiba...sering aku berfikir..bagaimana seandainya..kenapa begini..kenapa begitu...kenapa aku, yang katanya anak perempuan tertua yang disayanginya tidak bertemu dengannya di hari terakhirnya. 
Aku selalu mengalihkan fikiran itu dan selalu mencoba ikhlas. Mengucapkan namanya dalam setiap do'aku masih belum bisa mengalihkan haru dan sedih.
Ikhlas...ikhlas...dirunut dari semua peristiwa menjelang kepergiannya, ayah telah bersiap untuk istirahat .Rencana ke  Baitullah menunaikan haji telah mereka jalani.Ayah memang mesti istirahat, agar gangguan, fitnahan, makian yang diterimanya selama ini tak membuat hatinya sedih lagi dan menambah sirat ketuaan di wajahnya.Mengingat itu semua aku faham akan skenario Allah. 
Aku sayang ayahku...
Setahun sudah, kami hadir di makam ayah berkumpul bersama.Kami yang kehilangan suami,ayah,pun mertua,poli hanya bisa mengusap nisannya dan mengirimkan do'a untuknya.
Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wa'fuanhu

Sabtu, 18 Juli 2020

moment bukaan

Melihat video syahdu proses kelahiran anak artis Roger Danuarta,aku seketik terharu.Mengenang betapa indahnya momen menjelang kelahiran anak.Baik yang normal maupun melalui proses operasi.
Memang kemajuan teknologi dn kreativitas,menambah seringnya momen seperti itu diabdikan untuk kenangan.
Aku yang menyadari,kelima anak kami lahir ,tak ada satu fotopun sesaat mereka dilahirkan.Apalagi menghrap foto momen Inisiasi menyusu dini atau ditempelkan di dada ayahnya seperti bayinya Roger.Huuu...hu...
Kemarin aku bilang ke suami:Bi lihat ni...manis kan??kenapa dulu umi melahirkan gak pernah abi fotokan?
Si abi cuma jawab:ah..iya ya..hmmm..kalau gitu melahirkan aja lagi,biar kita abdikan,kita foto dan video.

Hmm..jawaban telak yang membut aku mikir....

Sungguh sebuah percakapan manis di 16 Tahun usia pernikahan.wkwkwk....

18/Juli/04-18/Juli/20

Jumat, 03 Juli 2020

My lovely July

Welcome July!!

Juli tahun ini tepat 16 tahun usia pernikahan kami, Muhamad Yasin dan Fitri Sari Angkat
Usia yang jika diibaratkan anak remaja,sedang manis-manisnya gitu..
Tapi lain jika dipakai memaknai usia pernikahan,menjelang 20 tahun adalah masa-masa yang akan penuh warna dan berdinamika.
Mengingat usia pernikahan ini secara langsung mengingatkanku pada masa awal menikah.Keputusan menikah yang muncul karena ada orang yang berkenan melamar.Dan aku diberi ketetapan hati oleh Allah untuk mengiyakan.
Aku wisuda dari Universitas Andalas April 2004.Yang tergambar rencana dalam pikiranku adalah secepatnya mencari kerja.Dosen pembimbingku pun pernah menawarkan untuk mengabdi di LSM nya sesudah aku tamat.Pokoknya dalam pikiran focus untuk mengabdi dan  menghasilkan uang.
Apakah tak terpikir jodoh? terpikir juga sih...tapi menikah dalam waktu dekat bagaimana bisa,aku tak punya pacar saat itu. Dan selama merantau di Padang tak pernah pacaran.Yang kubayangkan,aku akan ketemu jodohku beberap tahun kemudian lah.
Ternyata takdir Allah berkata lain....disitu aku merencanakan mencari kerja,di situ pula ada tawaran menikah. Seorang senior yang sedang mencari istri. Dengan kriteria mau diajak tinggal di dalam hutan! Apaan cobaaa...
Kami dicomblangin oleh temannya,seniorku juga di pertanian
Kan lucu ya kriterianya. Sesudah menikah baru aku tau arti kriteria itu.
Dia bekerja di perkebunan sawit yang terisolasi dari keramaian.Dia ingin mencari istri yang bisa mendampinginya hidup di sana.Dan dipikirkannya anak fakultas pertanian cocok kali ya..kan petani! hi..hi..maka dicarilah akhwat dari faperta.Dan kriteria berikutnya tentu saja istrinya harus yang belum bekerja tetap.a.ka.pengangguran (sorry.sarkasme..ehm..)
Yah..gimana juga mau mencari kerja di tengah hutan gitu?
maka dicarilah akhwat yang baru wisuda,kan statusnya masih pengangguran.
Nah..mungkin inilah jalan dari Allah
Saat mendapat tawaran itu melalui guru ngajiku, aku bawa istikharah.Hanya Allah yang bisa menunjuki hatiku,mana yang terbaik.Karena dia seniorku di Faperta,aku mengenalnya hanya dari luar.Pribadinya da keluarganya sama-sekali aku tak tau.Bagaimana dengan cinta?namanya juga ga kenal dekat,gak pernah pacaran belum ada rasa cinta. Dengan info yang sedikit itu,aku memilih jalan mengiyakan dengan do'a:jika dia jodohku maka proses ini akan lancar.Jika tidak jodoh,ya ada aja kelak yang membuatnya gagal.Dah gitu aja
Kami pun ta'aruf...dengan didampingi guru ngaji.
yang lucu dan kuingat sampai sekarang,saat ta'aruf dia bilang ingin istri di rumah aja gak bekerja.Dan aku iyakan..lucu juga aku ini...niat awal mau cari kerja eh malah setuju untuk tidak bekerja.Tapi kita yakin,yang membolakbalikkan hati adalah Allah.Yang penting  niat menikah karena petunjuknya.
Ternyata lancar hingga ke pelaminan..hingga saat ini sudah 16 tahun dengan lima anak yang shaleh-shalehah.Dan sampai saat ini ternyata aku memang full jadi ibu rumah tangga,seperti yang kuiyakan 16 tahun yang lalu.Hmm..
Untuk masa depan,kita tidak tahu bagaimana,sampai dimana jodoh kita.Yang penting kita saling memahami diri sendiri,memahami pasangan,memahami jalan Allah dan berbuat terbaik agar bisa berjodoh hingga ke Syurga.Aamiin.
Kenapa di awal kukatakan berdinamika?karena di masa ini adalah dimana anak sudah membesar.Mereka sudah mandiri.Sebagian sudah tinggal di asrama pesantren. Kerepotan mengurus balita sudah mulai berkurang.Jadi,yang sebelumnya topic kita didominasi pengasuhan anak balita,sekarang kita akan memasuki mendampingi 5 anak remaja.Dan itu membuat kami harus berteman lebih akrab lagi agar dapat menjadi teman yang pas untuk 5 remaja kami nantinya.
Semoga Allah lancarkan perjalanan biduk rumah tangga ini hingga ke JannahNYA.
AAmiin
Our Wedding Anniversary
July,17th

Rabu, 17 Juni 2020

Mengisi waktu

Wabah Covid-19 membuat kita menghabiskan waktu lebih banyak di rumah.Segala kegiatan yang biasanya dilakukaan di luar terpaksa dikurangi.Jika tidak terlaalu perlu,sangat riskan untuk keluar.Selain beberapa kegiatan yang ditunda, ditiadakan,tempat wisata ditutup,aku juga terasa malas berkeluyuran tanpa alasan urgent.Karena apa?di jalanan terutama batas kota selalu ada pemeriksaan kesehatan membuat aku makin terasa malas.
Makin lama di rumah terasa makin mati gaya.Tidak sepenuhnya juga betul.Karena aktivitas rumah tangga terasa tidak ada habisnya.Tapi aku merasa, selain family time dengan suami dan anak-anak apalagi yang bisa kulakukan yang bisa menambah kualitas pemikiranku?
Alhamdulillah...kondisi bencana ini memberi hikmah yang besar.Semua kegiatan beralih ke dunia maya.Seminar,workshop,rapat dilakukan secara online.Melalui aplikasi Zoom,Googleroom,Webex dan yang lainnya.Aku sebagai insan yang baru bersemangat di dunia pendidikan terutama pendidikan anak usia dini  seolah menemukan kamar-kamar yang baru terbuka berisi harta yang sangat berharga.
Di Instagram, Facebook,Grup Telegram,grup WhatsApp banyak beredar flyer acara-acara yang dapat kita ikuti secara online.Umumnya gratis,cukup mendaftar online dan bersedia menyediakan waktu dan modal semangat.
Bertubi-tubinya rangkaian acara yang terbuka untuk diikuti,membuatku kadang merasa 'gila'.Saking senangnya githu lho....Aku mendaftar banyak acara namun terkadang lupa pas hari- H,hahaha...rugi sih sebenarnya.Itu namanya modal semangat aja tapi manajemen waktu kurang (jangan ditiru)
Selain acara yang berkaitan dengan anak dan pendidikan anak..aku juga semangat mengikuti klub buku.
Sejujurnya,klub buku ini aku ikuti dari grup pengelola TBM se-Indonesia.Melihat buku-buku yang dibaca dan didisukusikan sangat menarik minat!
Contohnya,senin kemarin klub membaca dan membedah buku 'Arus Balik'Karangan Sastrawan Pramudya Ananta Toer.
Buku Pram yang kami koleksi di rumah,sudah aku baca semua.Tapi beda kesannya saat buku itu kita baca lembar-per lembar,secara bergantian sesudah itu didiskusikan.Membuka wacana, tentu saja!
Yang paling membuat aku'gila' acara kumpul sama sastrawan kayak gitu sangat aku idamkan.Walaupun aku bukan sastrawan,tapi mendengar mereka berdiskusi,berpuisi,aku sangat sukaaa...kemampuan anugerah literasi yang sangat aku idamkan.
Ada lagi Lomba cerpen,lomba puisi secara online dan bertaraf nasional.Percaya tidak/aku juga daftar untuk ikut hohoo...tapi apakah aku akan semangat juga untuk menghasilkan dan mengirimkan karya??itu dongkrak semangat yang  coba aku pupuk.
Semangat! semoga kondisi ini mampu memberikan warna dan ilmu bagiku sehingga tidak termasuk golongan begitu-begitu saja,padahal banyak hal yang bisa dilakukan.


 

Senin, 01 Juni 2020

Untuk apa perbedaan?

Throwback pada tahun 1998
Aku harus hijrah ke Padang,Sumatera Barat karena qadaruLLAH mendapat kesempatan kuliah di Faperta Universitas Andalas.Daerah baru bagiku,namun kata buku dan info dari ayah mamak bahwa Padang adalah daerah islami.
Aku dipertemukan dengan saudara yang mengajakku tinggal di kontrakan bersama yang dinamai 'wisma'.
Kesan pertama aku tinggal di sana sangat baik dan berharap aku betah tinggal lama. Kami bersepuluh tinggal di 5 kamar.Rumah itu terletak di antara rumah penduduk yang dapat dikategorikan wilayah perkampungan asli penduduk. Tetangga kanan -kiri wisma ramah dan perhatian. Wisma memiliki program-program harian untuk menamba ruhiyah. Bagiku yang melaksanakan islam standar tentu hal yang bagus.Terkadang aku suka terkadang aku bosan dan terkadang aku tertekan akan program rumah disamping kegiatan kampus yang padat.
Untung para senior baik semua dan membiarkan kita mengikut secra perlahan sebisanya.Tidak memaksa. Namun aku segan pastinya
Oiya, sebagai anak baru di sana,aku tidak sendiri.Ada seorang lagi akhwat yang dari Medan namanya Desi.Dibanding aku, Desi sudah aktif di organisasi keislaman sejak di SMA. Dia  baik,semangat,akrab,lucu,jilbabnya lebar namun suka bergaul. Akupun mudah membaur dengan Desi,walaupun sebagai sesama anak baru kadang ingin lebih diperhatikan senior.Biasalah yaa..
Akupun merasa bahwa aku beda dengan Desi.Selain jilbabnya yang lebar aku apalah.Jilbabku seperut saja walupun menutup dada. Kalau  di kampus aku ikut mentoring agama islam, Desi sudah ikut level di atas itu. Dia sudah digabungkan ke grup yang isinya akhwat yang sudah pernah mentoring di SMA. Mereka beragam asal daerahnya.
Kehidupan pun berjalan lancar dan perlahan aku hijrah dalam hal pakaian. Celana sudah berangsur kuganti dengan rok supaya agak 'girly'.Baju ketat sudah perlahan dikurangi memakainya. Karena seiring aku tahu seperti apa syarat pakaian seorang muslimah. Kehidupan di wisma mnenyenangkan.
Namun tak sampai setahun, aku terpaksa pisah rumah dengan Desi.
Desi temanku yang semangat ikut kajian lebih mendalam akan ruhiyahnya dan berimbas pada penampilannya. Jilbabnya yang lebar tak lagi berwarna putih seperti ciri khasnya .Sekarang sudah berwarna gelap dan semakin panjang.Kala kami berbarengan berangkat ke kampus dia sering menutupi muka selain matanya dengan jilbab.

Liburan kenaikan tingkat, aku pulang ke Sidikalang.Sebulan lebih di sana ternyata ada kejadian di wisma.Saat aku kembali, Desi sudah pindah rumah.Aku kaget kenapa dia tidak pamit dan apa alasannya pindah?Perlahan aku tahu ternyata Desi sudah memutuskan pakai cadar.
Aku agak shock pastinya, bukan dengan pilihannya namun kenapa cadarnya menjadikannya terasingkan?banyak tanya di pikiranku saat itu.

Maklum,walaupun asal tinggalku Kabupaten Dairi Sumatera Utara  daerah mayoritas nasrani namun perbedaan di sana bukanlah hal yang menjauhkan pergaulan. Di kota besar seperti Kota Medan banyak kita temui 'tipe'pakaian muslimah sesuai fikih yang ia fahami dan jalankan. Dari jilbab yang standar menutup dada dan bahu, bercadar/niqab,bahkan burqa yang tertutup hingga mata. Semua ada dan mudah ditemui di kampus-kampus. Di Sidikalang juga ada.Aku bertetangga dengan keluarga yang kajian Jama'ah Tabligh dimana semua anak perempuannya ber-niqab. Dan itu tidak menghalangi mereka bersosialisasi dengan sesaama muslim bahkan non-muslim. Aku pun dekat dengan mereka. Itulah perbedaan faham masing-masing yang boleh kita sebarkan pada orang dengan cara ahsan  namun tidak memaksa dan tidak menjauhi jika ditolak.Bukankah begitu? itulah prinsipku pada masa itu sebagai anak baru tinggal di wisma. Dengan perbedaan agama saja kita bisa hidup berdampingan kenapa dengan saudara seiman hanya karena masalah pilihan pakaian?Apalagi ini di Padang lho..yang masyarakatnya mayoritas islam. Kenapa tidak bisa menerima?
Seingatku,aku pernah protes tapi lebih sering protes dalam diam. Namun kecewaku lebih kepada temanku Desi tidak tinggal dengan kami lagi.Dia pindah ke wisma yang sama kajian dengannya.

Perlahan aku memahami alasan para akhwat seniorku. Karena di Sumbar ini dahulunya pernah terjadi kejadian yang mencoreng citra orang bercadar sehingga dianggap sesat. Ditambah lagi rumah wisma kami di tengah warga yang masih trauma kejadian itu dan protes. Akhwat memikirkan bagaimana efek tidak sampai meluas. Di wisma pun sudah mulai tampak beda dia dengan pola akhwat wisma.Aku tak tahu persis kejadian apa itu namun tak kurang tak lebih masalah fikih yang berbeda.
sebagai anak baru yang  banyak tanya akupun berusaha tak memperdulikannya lagi.
Namun di kampus aku masih ketemu Desi karena kami sering kuliah di kelas bersebelahan. Bagiku itu lah drama dan realita yang terpaksa kualami sehingga menimbulkan tanya dan memberi pemahaman baru. Masalah mau melaksanakan yang mana ya tergantung pemahaman dan keyakinan kita.

Akhir pertemuanku dengan Desi ternyata terlalu cepat terjadi. Desi memutuskan berhenti kuliah dan pulang kampung ke Pangkalan Susu,kampung halamannya. Dan sampai kini aku tak pernah bertemu,kucari akunnya di facebook namun tak kunjung bertemu. Suara dan ketawa Desi masih terngiang di telingaku.
semoga suatu saat aku bisa ketemu Dessy Wahyu Diana.


Sabtu, 16 Mei 2020

Menuju New Normal

Setelah hampir 3 bulan 'mengurung ' rakyatnya dalam isolasi atau karantina rumah,akhirnya pemerintah mulai menyerah dan kembali membuat bingung.
Sang Presiden yang  diduga tidak tegas mengeluarkan peraturan plin-plan dan membingungkan.Pemerintah pun bingung.Apalagi rakyatnya ya??
Presiden bilang A, menteri  ini bilang B, Presiden mengklarifikasi pernyataan yang diucapkan sendiri.
Masyarakat diperintahkan patuh tidak mudik.Tak lama sesudah itu jalur tranportasi udara dibuka.Bandara penuh,masyarakat 'merasa'sudah boleh bepergian.Sebagian merasa dikhianati saat disuruh mengisolasi diri sendiri namun orang lain ternyata ramai di jalanan
Tak sampai menunggu 3 bulan sampai batas bantuan sosial atau BLT diturunkan,pemerintah pun memutuskan untuk ;berdamai 'dengan Covid-19.katanya virus ini tak mungin hilang dari muka bumi maka kita menerima hidup berdampingan dengan virus ini dan menganggapnya sama seperti virus influenza,AIDS dan lain-lainnya.Akan diberlakukan New Normal yang berarti kita tetap menjalani hidup seperti biasanya namun dengan menerapkan perilaku hidup sehat.
Memang kita tidak boleh kagetan tinggal di negara +62 ini.Karena negara yang besar jadi pemimpin sekarang kurang punya data yang cepat tentang rakyatnya.
Kami juga sudah baca kalau Corona ini sama seperti virus lainnya pak pemerentah..tapi yang membuat takut kan pemerintah juga.Kita digambarkan penularan virus ini cepat dan massive,maka jagalah orang berimun rendah dan penyakit bawaan.Anggap diri sendiri pembawa virus dan pikirkan agar tidak menularkan ke orang lain.Situasi yang diberitakan pun sungguh mengerikan.Bagi yang membaca berita tentu jadi takut.Kecuali masyarakat yang cuek dan tetap cuek apapun yang terjadi.
Sekarang supaya imun kita tidak turun, ikuti ajalah anjuran itu.Berpositif thinking aja bahwa itu demi keselamatan kita.Karena situasi pandemi ini sering berubah maka peraturan pemerintah pun mudah berubah untuk menyesuaikan.Banyak-banyak saja berdo'a dan ingat untuk menjaga kesehatan diri dan keluarga.

Ramadhan Akan Pergi

Tak terasa,bulan ramadhan akan berlalu sekitar 6 hari lagi.Waktu melambai dan berlalu seperti kapas,begitu ringan dan hilang sekejap mata.Ramadhan kali ini sungguhlah berbeda karena dilaksanakan dalam masa PSBB Jilid 2 Covid-19 (merujuk ke tulisan sebelum ini)
Ramadhan akan tetap seperti itu.Sebulan dan memuat konten ibadah dan masih merupakan bulan maghfirah.Kita yang melaluinya yang merasakan sebuah kesan.
Masa karantina di rumah berarti waktu lebih banyak di rumah dan masih mengikuti anjuran pemerintah untuk beribadah di rumah juga.
Aku mungkin orang yang paling senang dan bahagia ramadhan kali ini.Seluruh anggota keluarga lengkap.Wafa dan Jundi yang biasanya di asrama kini full di rumah.Selain puasa yang kami lalui secara lengkap, shalat pun dilaksanakan secara lengkap berjama'ah di rumah.
Sebelum ini aku biasanya shalat wajib dan tarawih sendirian saja.Karena ketiga anak lelakiku dibawa ayahnya shalat berjam'ah ke mesjid.Aku belum bisa ikut bersama mereka karena si bungsu yang belum memungkinkan dibawa.
Kali ini shalatku sangat bahagia,sekeluarga berjama'ah di rumah dengan suami sebagai imam shalat.Terkadang bergantian dengan Jundi yang sudah remaja.
Waktu menjadi tak terasa karena kebersamaan dengan anak menjadikan banyak waktu untuk berkomunikasi, bergurau, berpetuah dan curhat.
Selain beribadah, akupun memasak di dapur dengan bahagia.Karena kali inilah aku semangat masak dan mencoba resep baru, karena pasti penghuni rumah  menghabiskan.Memang masa isolasi ini  tak ada istilah makan-makan di luar.Sehingga masakan rumah menjadi satu-satunya tumpuan.
Bulan puasa adalah bulan yang menjadikan kita harus kreatif mencari resep yang tidak membosankan.Sehingga youtube dan google adalah sahabat akrabku dalam contekan ide resep masakan.Maklum, aku bukan expert dalam hal masak-memasak ini.Tapi jika manut dikit aja ke google,InsyaAllah tidak mengecewakan. Masakan selalu habis oleh anak-anak yang sedang masa pertumbuhan.
Masa pun berlalu..Syawal akan menjelang.Dan mungkin sekolah akan kembali dibuka.Anak-anak akan kembali ke asrama dan bersekolah.Kebersamaan seharusnya menjadikan keluarga semakin erat ikatan cinta.Dibalut cinta kepada Allah maka niscaya segala yang kita lakukan tidak sia-sia.
Ramadhan malam ke-22 

Selasa, 21 April 2020

Mengisi masa isolasi mandiri

Sebulan sudah anak sekolah belajar dari rumah.Duuuhhh..emak yang punya anak 4 ini harus menyabar-nyabarkan diri menjadi guru dadakan. Apa yang kalian bayangkan ,emak yang cuma guru PAUD mendadak harus jadi guru SD dan SMP? ternyata emak bisaaaa...
Pertama, emak rempong di 3 hari pertama sekolah rumah (emak yakin bahwa sang guru juga rempong tuuh..)
tiga hari pertama, ustadzah kirim tugas via grup WA.Ada 4 grup WA boo...Wadduhh..
yang ada tablet Oppo emak dan laptop yang sudah diinstall WA.
Emak tugasnya memantau anak, untuk Zaki dan Arik yang masih SD, ustadzah kasih soal pertanyaan dari buku yang harus ditulis dan dijawab.Shalat dhuhaa..difotoin,kirim ke ustadzah.hafalan Qur'annya (ini emak suka ini..heee) sekalian emak muraja'ah kan??) direkam...lalu kirim ke ustadzah
Emak  memelototi anak agar stay dengan tugasnya,kalau tidaakkk...matanya bisa liat yutub alias nonton.
Kalau yang SMP sih sudah mandiri
Melihat emak rempong dengan HP yang tang..ting..tung...si Abi menelpon petugas buat pasang Indihome...Alhamdulillah...kalau tidak paket internet bisa jeboll karena hotspot ke laptop.
Alhamdulillah pekan kedua sudah stabil, anak SD via Oppo dan yang SMP via laptop.

Sebenarnya ini seni menemukan ritme aja.
Emak orangnya gak mau setress..karena kadang kasian liat anak kan??
Kondisi wabah ini kita harus hindari stres supaya imun gak turun.
Emak buat kesepakatan sama anak, habis salat subuh ..kita sekeluarga baca Alma'tsurat /dzikir pagi dulu, lanjut mengerjakan tugas rumah.Pembagian tugas ini sudah disepakati, Arik buang sampah, zaki jemur kain, Jundi menyapu rumah dan kak Wafa mencuci piring. Itu tugas utama,tugas sampingan nanti ada juga diinstruksikan emak tergantung situasi yang membutuhkan.
Sesudah menerima tugas dari ustadzah, selesaikan dulu baru dah bisa bebas...mau main game di komputer, mau main di laptop kecuali main di luar rumah..stop dulu!
Dengan schedule ini Alhamdulillah emak gak payah negosiasi. Kalau tugas ga siap ga boleh main.
Sejauh ini lancar...kecuali beberapa kali berdebat dengan si Arik yang memang jago ngeyel.Tapi dengan jurus emak dia selalu kalah.Yeay..
Di pekan ke 4,negara ini menginstruksikan belajarnya dengan video yang bisa ditonton di youtube dan TVRI.Mungkin maksudnya supaya terjangkau ya..karena tidak semua ortu punya WA.Sesudah nonton anak menjawab pertanyaan yang tersedia. Alhamdulillah agak berkurang tugas emak 

Rabu, 15 April 2020

Masa isolasi mandiri


Sudah hampir 3 pekan masa karantina ini kami lalui.Masih belum tahu kapan himbauan ini dicabut oleh para pemuka negeri ini. Sebagai rakyat, kami hanya berperan menjalani sesuai yang kami juga patuhi. Berbicara tentang virus Corona dan segala hal nya tentu lebih dipahami oleh ahli virology, misalnya. Segala sesuatu yang terjadi ini sudah dibahas, diperkirakan demi memutus rantai penyebaran Covid-19 lebih meluas.
Wabah ini mewajibkan semua warga untuk isolasi mandiri di rumah masing-masing. Di antara yang patuh,banyak juga warga yang tidak peduli. Sepertinya karena cuek, kurang informasi atau tidak peduli. Di luar sana masih banyak yang belum memakai masker seperti anjuran.Daripada pusing melihat orang yang tidak patuh, mending kita cari aman saja. menetap di rumah dan hindari keluar jika tidak perlu sekali.
Besok, Rabu, 22 April 2020 pemerintah Sumatera Barat akan memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).Dilihat dari edaran yang ada di media, pelaksanaannya tidak jauh beda dengan yang sudah dilakukan 3 pekan ini tapi mungkin memperkuat dasar pelaksanaan saja. Di samping itu pemerintah akan menanggung bantuan untuk warga yang kekurangan. bantuan yang diberikan berbentuk sembako dan juga uang untuk bertahan hidup selama beberapa bulan ke depan.
Kondisi ini dirasakan semua lapisan masyarakat. Yang pegawai juga dipotong beberapa tunjangannya. Pejabat selain dipangkas gaji juga beberapa biaya di smaping itu.Tidak ada yang diuntungkan dengan wabah ini.Semua merasakan beratnya cobaan ini. Yang biasanya menerima gaji harus bersyukur juga masih ada uang tetap,walaupun berkurang.Pengusaha juga kehilangan pendapatan akibat warga bertahan di rumah. Pengusaha pun harus menanggung biaya operasional usaha dan pegawainya.
Aah...memang sebaiknya tidak sering-sering buka media sosial kalau tidak ingin terpuruk sedih.Aku yang memang tidak punya penghasilan sendiri juga harus menyabarkan diri. Kami yang bergantung pada gaji suami, yang juga dipotong partai untuk bantuan covid. Keperluan terpaksa memakai tabungan yang ada, karena  di samping biaya hidup rumah tangga kami juga menjadi tempat pengaduan beberapa kenalan dan relasi  yang minta dibantu sebisanya.
Ala kulli hal....di tengah kesedihan ini Allah ingin menunjukkan hikmah untuk kita semua.Jangan terlalu larut dalam kegembiraan karena semua ada batasnya. Seperti pesan mamak ku dalam telepon, ini saatnya kita ingat untuk bersyukur, bersabar, tidak lupa diri, membantu sesama, menyadari tujuan hidup kita. Betul juga, siapa yang akan menyangka bahwa di tengah segala rencana kita ada kejadian ini.Kita merancang tahun ini akan pulang kampung , berziarah ke makam ayah, tahun ini rencana akan wisuda, tahun ini akan mulai mendirikan bangunan PAUD ku. Semua terhenti tanpa tahu kapan akan normal kembali. Jika difikirkan sekarang percuma juga karena wabah ini belum tau juga kapan berakhirnya.
Tapi...ramadhan ini semoga menjadi hiburan hati muslim yang sedang resah. Ramadhan ini kita di suruh untuk tidak memikirkan rencana muluk-muluk dulu. Kita mungkin tidak memikirkan baju baru,karena shalat ied di lapangan, kunjungan rumah lebaran,takbiran di tiadakan. Kita mungkin juga tidak terlalu memikirkan kue karena silaturahmi cukup via video saja? Saat ini kita diingatkan untuk ingat mati dan fokus bersandar kepadaNYA. Semoga kita semua sehat dan  menjalani ramadhan dengan lancar,hingga masih merasakan takbiran di  1 syawal nanti.
AAmiin..Yaa Rabbal 'Alamiin..
 

Rabu, 18 Maret 2020

Sekolah Dari Rumah

Wabah Corona yang semakin memakan korban, harus diputus penyebarannya dengan mengurangi intensitas berkumpulnya banyak orang. Dibutuhkan sekitar 14 hari untuk kita 'perang' supaya virus mutan tersebut tidak meluas melalui inang baru.
Setelah di DKI Jakarta,menyusul beberapa daerah memberlakukan 'Bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah' seperti instruksi Presiden Jokowi.
Karena lockdown negara dirasa belum bisa dilaksanakan,  presiden memilih menyerahkan kebijakan kepada kepala daerah. Dan beliau juga menekankan pentingnya Social Distancing alias jaga jarak,tak ada kontak fisik dan aware akan kebersihan.
Sumatera Barat pun demikian.Senin, 16 Maret 2020 saat kepala daerah rapat dengan gubernur,tak ada keputusan memindahkan sekolah ke rumah karena 'katanya' belum ada korban meninggal dan positif terkena virus tersebut.
Hadeeuuh...di saat rakyat sudah panik karena info terkini, kebijakan kepala daerah sangat ditunggu-tunggu.
Walikota Padang sudah mengumumkan kemarin sore. Sebelumnya beberapa kabupaten di Sumbar termasuk kabupaten 50 Kota, Bukittinggi, dan hari ini (Kamis, 19 Maret) Padang panjang juga membuat kebijakan tersebut.
Apa kesiapan kita terutama sebagai orangtua menyambut anak-anak di rumah?
Status teman Facebook  di DKI yang sudah 4 hari ini mendampingi  anak belajar sudah mulai kelabakan.Apalagi jika ada 3 anak di rumah. Tugas dari guru disampaikan di grup sekolah,direkam,dipantau dan dilaporkan tiap waktu.
Anak berebut hape, ortu memastikan tugas anak selesai.Bagaimana jika  ortu bekerja?bagaimana jika di rumah tidak ada orang yang mendampingi anak?alamat rencana belajar di rumah tidak maksimal.Anak akhirnya bermain, menonton tv,main game.Tapi jalan ini mesti dijalani hingga wabah ini berlalu.Amannya ,daripada berbaur di keramaian (termasuk sekolah) tak apalah di rumah memaksimalkan 'family time'.
semoga rakyat Indonesia kuat dan sehat, para guru sabar dan sehat, orangtua tabah dan sehat.Tidak ada yang senang dengan kondisi ini, ia cobaan bagi kita semua untuk kita ambil pelajaran.
Wafa yang di ringgal di asrama Perguruan Arrisalah Padang tidak mungkin pulang ke Pariaman, karena kompleks sekolahnya sudah di lockdown.
Jundi yang kemarin sore baru pulang ke asrama karena diliburkan 3 hari untuk UAMBK, akan balik lagi ke Pariaman karena tadi Padangpanjang pun meliburkan aktivitas sekolah. Anak asrama MTsn Padangpanjang juga dipulangkan kembali.
Di rumah ada 3 anak yang akan didampingi  juga.Tapi, sejauh ini Kota Pariaman masih harus sekolah?bagaimana pak walikota,kapan kita libur juga?

Selasa, 17 Maret 2020

covid -19

Sudah seminggu ini rakyat Indonesia tercinta dibuat was-was,panik dan khawatir.Pasalnya adalah pasca diumumkannya bahwa telah ada pasien positif, suspect , dan gejala terkena virus Corona versi terbaru yang dapat menyebabkan kematian.
Sebenarnya sudah sejak bulan Desember tahun 2019 kita sudah dikejutkan berita banyaknya korban akibat wabah ini di daerah Wuhan (setingkat provinsi) Negeri Tiongkok  sana. Dampak sudah diduga akan menyebar ke Indonesia karena ia ditularkan melalui percikan ludah,kontak fisik antar orang dan turik domestik dan luar negeri masih bebas di zona pariwisata di Indonesia.Malah yang paling terasa heboh di Sumatera Barat saat seratusan turis China datang berwisata ke sini di tengah kabar yang mengkhawatirkan.Masyarakat protes tapi ya..tinggal protes,para turis yang dikhawatirkan membawa virus sempat berlibur di Sumbar selama seminggu sebelum dipulangkan.
Upaya pemerintah kita bisa dikatakn lamban dan kurang tanggap.Indonesia dikatakan negara santuy,bahkan para menteri memberi statement seolah perkara virus ini remeh.Mungkin maksudnya agar kita tidak khawatir berlebihan tapi membuat self awareness kita rendah.
Di media sosial masyarakat sudah capek bersorak,agar pemerintah membatasi penerbangan luar negeri,pemerintah malah memberi diskon pariwisata.sedangkan negara lain sudah bersiap dengan segala tindakannya ,kita masih belum ada progres di sisi si virus yang kasat mata itu bergerak bebas.
Hingga  awal Maret 2020, Presiden Jokowi baru berani mengumumkan ada dua orang warga Depok yang dirawat sebagai pasien supect Corona dan disusul seminggu hingga kini bertambah hingga 172 orang.Tidak mungkin mendadak bertambah kan? kemungkinan virus ini sudah menyebar tapi kita lambat menanggapinya.Entah pemerintah khawatir terjadi chaos atau apalah.Namun bisa jadi, soalnya paska pengumuman itu Jakarya dan sekitarnya dilanda kepanikan.warga menyerbu supermarket memborong masker,makanan ,pamper dll 
Di medsos masyarakat mendesak agar pemerintah memberlakukan Lockdown meminimkankan peluang penyebaran virus.Tapi 2 hari yang lalu presiden hanya menginstruksikan membentuk satgas dan menyerahkan penannganan situasi daerah kepada kepala daerah.
Jika kita membuka medsos,wajar saja kit semakin khawatir karen info korban positif maupun terduga semakin banyak dan menyebar lokasinya.
Di DKI,Solo,Jabar,kepala daerahnya sudah meliburkan warganya dari sekolah atau kantor dan memindahkan segala aktivitas ke rumah.Untuk meminimkan kontak fisik antar manusia yang tak terpantau.
Di tengah kecemasan ini,kita tetap berupaya menjaga kesehatan,berdo'a agar musibah ini Allah jauhkan dan kami diberi keselamatan.
Maret,tanggal 17,Selasa

Senin, 16 Maret 2020

pemikiran ideal yang pernah singgah dalam fikiranku

    Pemikiran ideal yang pernah kumiliki saat baru punya anak pertama adalah,aku akan mengajari anakku sendiri pelajaran di rumah. Ummu madrasatun ,bukankah begitu?terbayang aku akan membimbingnya menghafal ayat pendek Al-Qur'an,menghafal do'a harian secara komplit,mengajarinya membaca, berhitung,kalau bisa homeschooling sajalah sampai tamat es de!.  Karena aku terlalu banyak berpedoman pada buku atau pengalaman orang yang pernah sukses.

        Tapi nyatanya,belum berusia 2 tahun,si sulung sudah mempunyai adik.Si nomor dua berusia 2 tahun ,lahir si nomor tiga.Gambaran idealnya bagaimana? sebagian ambyarr...hehe..ga bisa se ideal dalam rencana.Mengurus 3 balita tanpa ART dan jasa pembantu lainnya,sangat menguras tenaga dan fikiran.    
 
         Namun,si sulung bisa masuk SD dengan kemampuan sudah bisa membaca adalah suatu kegembiraan dan pencapaianku sebagai' ibu madrasah pertama tadi'.Lalu lahirlah anak ke empat berjarak 3 tahun dengan abangnya.Lahir lagi si nomor 5 berjarak 4 tahun dengan si nomor 4.Rumahku pun penuh dengan 5 anak, satu perempuan dan empat lelaki.Gambaran rumah dengan kegiatan belajar sudah lenyap.
Yang ada adalah pendampingan dan motivasi.
 
Aku, 
Si ibu yang masih disibukkan dengan pekerjaan beberes rumah, dengan tugas utama:mendampingi anak belajar.


Selasa, 21 Januari 2020

GPS oh..GPS

Kemajuan jaman memang memberikan kita banyak kemudahan.Inovasi dan kreatifitas dalam segala bidang terkadang membuat kita terkagum-kagum .Namun jangan salah,rasa kagum kita terkadang membuat kita merasa bodoh juga.Kenapa demikian?
Salah satu penemuan yang mempermudah kita adalah GPS atau Global Positioning System.Pemandu arah ini sudah lazim digunakan manusia terutama yang berkendara.
Tapi dibalik kemudahan tersebut,kita sering dibuat bingung lalu akhirnya tertawa.
Pengalaman menggunakan GPS sudah sering kami gunakan saat berkendara terutama menjelajah daerah baru.Tapi pengalaman yang paling horor kurasakan saat kami berlibur sekeluarga ke Kota Sawahlunto,awal bulan lalu.
Rute via sudah kami lewati saat perjalanan pergi ke Sawahlunto.Tujuan selanjutnya adalah Bukittinggi..karena rute tadi terasa jauh kami cari opsi lain.
Berdasarkan 'saran ' dari google map,katanya kami sebaiknya mengambil rute Kota Batusangkar ->Baso->Bukittinggi.Okelah,kami pilih itu.Akhirnya kami dipandu oleh seseembak alias suara dari aplikasi itu.
Sampai Batusangkar,situasi aman terkendali.Hari sudah menjelang maghrib, hujan pun turun dengan lebatnya.Jalan lurus Tabek Patah Tanah Datar kami lewati diiringi sore yang semakin meremang.
Hingga maps memandu kami menyuruh belok kiri ke arah Bukittinggi.Kami ikuti hingga dua kali simpang.
Hingga kami tersadar,kenapa memasuki jalan kecil?mungkin bisa dikatakan itu jalan perkampungan.Kami ikuti saja..tapi sudah mulai bertanya-tanya .Hari semakin gelap,dan kami melewati jalan kecil yang hanya bisa dilewati satu mobil ukuran besar.Sebelah kiri kami sudah menjulang hutan membuat kami tersadar mungkin kami salah jalan.Rumah pun hanya terlihat satu dua,selebihnya hanya kegelpan.Tapi pemandu maps tetap diam.hehe..dia tidak tau kami mulai cemas.
Hingga kami menemui jalan dengan bekas longsoran tebing yang hampir menutupi jalan.Aku yang semakin ketar-ketir menyarankan suami yang menyetir agar bertanya ke penduduk sekitar.Karena melihat sang navigator sudah buntu,akhirnya ia turun saat menemukan sebuah warung.Aku dan anak-anakku menanti sambil berharap.Dia pun datang dengan wajah sumringah.Memang ternyata jalan itu menuju Baso,Bukittinggi.
Kami lanjutkan perjalanan dengan hati masih berharal lepas dari kegelapan ini.
Alhamdulillah,tak sampai sepuluh menit perjalanan kami pun tiba di jalan raya Bukittinggi-Payakumbuh tepatnya di Baso.
Ooh. Ternyata si google memberi solusi jalan yang singkat,namun penuh resiko.
Yang paling merasa lega tentu saja diriku.Sudah terbayang bagaimana nasib kami di situasi seperti tadi.Dalam musim hujan seperti itu,bagaimana kalau tebing itu longsor ,sedangkan kami tak tau sedang berada dimana?
Terlebih lagi sebelumnya kami mendengar bencana longsor di beberapa daerah termasuk di Baso itu
Namun kami masih diberi Allah kesempatan bersyukur karena tadi sempat khawatir dan harap-harap cemas.
Semoga bisa dijadikan pelajaran ke depannya.


Rabu, 08 Januari 2020

tanggal kelahiran

Setiap awal tahun, aku diingatkan akan tanggal-tanggal kelahiran anggota keluarga kami.Kebiasaanku ini sudah ad sejak aku duduk di sekolah menengah,saat masih tinggal di Sidikalang, kota kelahiranku. Di keluargaku sangat tahu jika aku selalu menghafal tanggal lahir ayah,mamak dan ketujuh anak mereka.
Entah mengapa,bagiku momen ulang tahun adalah momen yang harus diingat dan dimaknai sebagai kebahagiaan di satu sisi.
Bagi keluarga kami,tak pernah ada perayaan besar-besaran atau pesta ulang tahun karena ayah dan mamakku bukan tipe riweuh alias heppot,bahasa Sidikalangnya.Dan seingatku merekapun tak melarang ketika ada sepupu yang merayakan ulang tahun dengan pesta.Namun di keluarga tak pernah mengadakan dan kami anak-anaknya tak pernah memaksa merayakan juga.
Saat ayah atau mamak atau abang dan adik-adikku ulang tahun, biasanya aku yang mengingat duluan dilanjutkan dengan masak mie goreng lalu kami makan beramai-ramai.Berlanjut hingga aku kuliah di Padang,momen ulang tahun biasanya kuingat disambung dengan menelpon keluarga.
Sesudah berkeluarga,yang paling kuhafal adalah tanggal lahir suami dan anak-anakku.
Kelima anakku lahir dalam bulan yang berbeda-beda secara berurutan.Ini bukan direncanakan,hanya kebetulan.
Januari  tanggal 9 tanggal lahir Jundi
Februari tanggal 18 lahirnya Arik
Maret tanggal 11 tanggal lahir Zaki
April tanggal 23 lahir Wafa
Mei  tanggal 13 adalah kelahiran Azzam
Juni,belum ada kandidat hehe
Juli tanggal 16 lahirnya suami
Agustus tanggal 22 tanggal lahirku
Biasanya kami hanya mengingat bahwa si dia sedang ulang tahun,saling menasehati .
Waktu anak-anak masih kecil biasanya kami beli kue,tapi tanpa lilin.Kuenya kami bagi-bagi anak tetangga,nenek,paman dan keluarga lainnya,seraya minta di do'akan agar diberi kebaikan oleh Allah Swt.Tapi ketika anak-anak beranjak remaja,tidak lagi beli kue,kami hanya mengingat dan menyalami dengan sayang si dia yang berulang tahun.Di do'akan,dimohonkan keberkahan,di nasehati agar semakin baik dan shalih dan beribu do'a kebaikan lainnya yang sebenarnya telah terlantun juga setiap harinya .
Kelihatan biasa saja,tapi pasti akan membekas.Setidaknya itu yang kurasakan.Saat hari spesialku diingat akau merasa sangat diperhatikan,aku merasa istimewa dan dicintai.Apakah kalian juga begitu??
Foto pemanis:si nomor 2,
Abdurrahman AlJundi.
Ultah 9 Januari.
Foti saat kunjungan ke Padang panjang,19 Januari 2020
Lokasi:Rumah susu Padangpanjang

wisata heritage ke Kota Sawahlunto

Liburan awal tahun kami agendakan ke Kota Sawahlunto, masih di provinsi Sumatera Barat.Perjalanan kami awali dari Kota Pariaman pada pukul 08.00 hari Kamis, 2 Januari 2020.
Perjalanan via Padang panjang-Pariangan-Batu Sangkar-Padang ganting-Talawi-Sawahlunto memakan waktu lebih kurang 3 jam jika tidak terkena macet.
Tujuan pertama kami ke kompleks wisata Kandi,dimana di sana ada Danau Kandi dan Kebun Margasatwa.
Hewan di sana sudah mulai kurang lengkap , dilihat dari beberapa kandang yang telah kosong.Setelah mengenali beberapa hewan koleksi,kami menghabiskan waktu di  Danau Kandi,naik perahu mengelilingi danau per orang 15.000 rupiah.Kompleks wisata Kandi diresmikan tahun 2006 pada masa pemerintahan Walikota Amran Nur.
Gebrakan wisata di Kota Sawahlunto terkait dengan mulai matinya penambangan seiring sumberdaya batubara yang menipis untuk digali.
Wisata Kandi memang terkenal pada awalnya.Termasuk waterboom di Muaro Kalaban.Tapi seiring waktu,pusat wisata ini harus dibenahi kembali agar makin semarak.
Tapi Danau Kandi masih menggambarkan sejuknya pinggiran Kota Sawahlunto
Kami lanjutkan perjalanan menuju Puncak Cemara.Puncak ini sebenarnya ketinggian sebelum kita menuruni bukit menuju Kota Sawahlunto.Lokasi sudah di set sedemikian rupa dengan menyediakan spot selfi  dengan latar Kota Sawahlunto.Kita diminta karcis 4000 rupiah per orang.
puas memandangi hamparann kota di bawah sana,kami lanjutkan menuju kota Sawahlunto melalui jalan alternatif menuruni bukit yang akhirnya akan melewati Museum Gudang Ransum.
Karena waktu zuhur sudah masuk,kami memutuskan untuk shalat dulu di mesjid yang menaranya terlihat menjulang dari puncak cemara.Mudah mencarinya,karena puncak menara terlihat dari jauh.
Mesjid tersebut ternyata sudah cukup tua,dilihat dari bangunannya yang bernuansa abad ke  19.Namanya Mesjid Agung Nurul Islam.Tapi aku tak menemukan catatan mengenai riwayat bangunan ini di sana.
 Siang kami lanjutkan mengelilingi Kota Sawahlunto.Bangunan tua peninggalan Belanda masih banyak yang utuh dan telah beralih fungsi menjadi toko atau perkantoran.Kesan yang sama kudapati saat melintasi jalan Braga, Bandung.Mungkin karena kota ini dahulunya dihuni mereka dan segala aktivitas mereka diwadahi oleh bangunan yang mereka buat.Contoh salah satunya Gedung pertemuan yang biasa dipakai mereka berpesta dan berkumpul.Letaknya strategis di persimpangan jalan utama kota ini.
Sisa kejayaan  kota tambang ini dapat kita lihat juga dari bangunan tua PT yang dulunya mengelola batubara dari penambangan hingga pendistribusiannya.
Kami tiba di Museum Gudang Ransum.Catatn sejarah menerangkan bahwasanya dahulu bangunan ini adalah dapur yang menyediakan makanan /ransum bagi karyawan dan orang rantai (sebutan bagi pekerja tambang).Di sana banyak sisa peninggalan berupa kuali ,dandang,piring,replika menu makanan dan peralatan makan lainnya.Peralatan masak ukurannya sangat besar karena jumlah makanan yang dimasak banyak.Terdapat juga foto asli yang menunjukkan bagaimana kondisi orang pribumi yang dijadikan pekerja tambang dan dapur.
Sekian dulu catatan sebagian daerah wisata di Kota Sawahlunto.
Terima kasih

Kesempatan kedua di Apresiasi GTK 2023

 Seolah rendezvous, aku menatap Bandara Internasional Minangkabau pagi itu, 20 November 2023. Sementara hiruk pikuk rombongan Apresiasi GTK ...