Assalamu'alaikum....semua!!
Akhir tahun adalah moment menjelang liburan
akhir tahun adalah saat banyaknya waktu luang
liburan..waktu luang..hmmm..ini berarti harus banyak kreativitas yang tercipta
baik itu tulisan,prakarya,ide kreatif..pokoknya yang baru dan sesuatu yang mencerahkan
Akupun tak ingat lagi kapan terakhir aku mengkhususkan waktu untuk menciptakan tulisan,prakarya dan yang lainnya.
Untuk seorang ibu yang 'sungguh'direpotkan aktivitas rumah tangga dan diamanahi anak banyak...waktu luang sangatlah mahal.Kapan saat terakhir aku punya ide untuk membuat sesuatu..namun kubunuh keinginan itu karena yakin pasti tak akan selesai.
Dapat kukatakan..ideku layu sebelum berkembang
Dan ini sudah teramat sering terjadi..oh..no..so sad.
Untuk hal ini aku sadari,aku telah kalah oleh bisikan kemalasan.Karena banyak orang lain yang punya kesibukan lebih dari aku namun selesai juga pekerjaaannya dan amanh amanahnya.
Okey..Fitri..saatnya liburan ini kamu tak boleh kalah.kamu harus bertekad bahwa kamu bisa mengusir kemalasan.
Nah...contoh tulisan di atas adalah salah satu kebiasaanku saat masih rajin menulis buku harian,bahasa kitanya diary...
Saat aku merasa lemah,aku memotivasi diri sendiri melalui tulisanku sendiri.
Aku berhenti menulis diary saat menikah.
Buku harianku masih ada beberapa buah, sengaja kusimpan dan sering kubaca.
Aku ingat bahwa tulisanku mampu menggugah rasa minder,kemalasan dan godaan negatif lainnya.
Aku mesti ingat bahwa aku pernah punya 'karya' beberapa buku,walaupun tidak sampai dipublish penerbit seperti karya penulis A.Fuadi,Andrea Hirata,de-el-el.
Dan aku mesti bertekad aku pasti bisa seperti orang lain
Apakah saat ini aku masih menulis?
Gak..
tapi ,mengetik..iya..
*sama saja
^-^
Akhir tahun 2018
Jumat, 21 Desember 2018
Selasa, 06 Maret 2018
Karena Engkau Bukan Mantan Pacarku
KARENA ENGKAU BUKAN MANTAN PACARKU
Pernahkan
kalian merasakan rasa takjub dan sangaat bersyukur saat permintaan kalian
diijabah Allah? Sering.Aku juga demikian.Salah satunya adalah saat aku bermohon
sangat pada Allah untuk dikabulkan salah satu diantara dua pilihan.Begini
kisahnya;
Januari
2004..telah 5 tahun masa studiku di fakultas Pertanian Universitas Andalas,dan
tepat bulan itu juga akhirnya aku lulus ujian komprehensif yang mensahkan aku sebagai calon wisudawati.Seminar hasil penelitian
ku telah berlangsung 4 bulan sebelumnya.Tapi karena pembimbing 1ku Prof Helmi
sedang melawat ke Belanda 2 minggu sehingga lewatlah limit kompre dan otomatis tak masuk
kategori sebagai peserta wisuda tahun
2003.
Wisuda
berikutnya Maret 2004.Ada sekitar 2 bulan ke depan aku ‘nganggur’.Sebagai mahasiswa..tidak.Sebagai sarjana juga belum.Dan
sebuah pemikiran berseliweran di fikiranku.Sebenarnya pemikiran ini tak lebih
karena keinginan meringankan beban orangtua.Kuingin,saat aku wisuda nanti,orangtuaku tak memikirkan mengirimkan uang belanja kepadaku lagi/mandiri.Dan
akupun tak ingin pulang kampung jika belum dapat pekerjaan.
Masih
lekat dalam ingatanku,sebuah do’a yang selalu kulantunkan pada Allah di
penghujung shalatku.Dan diiringi keyakinan bahwa Allah pasti mengabulkannya.Aku
minta
”
Ya Allah…aku ingin yang terbaik
untukku.Jika menurutMU bekerja menghasilkan duit adalah yang terbaik bagiku
selepas wisuda,maka dekatkanlah aku dengan sumber pekerjaan yang tepat
untukku.Dan jika menikah adalah yang terbaik untukku,maka dekatkanlah jodohku’
Bolehkan
berdo’a seperti itu?boleh boleh saja.Allah pasti mendengar dan apa yang terjadi
pasti yang terbaik.Apa sih yang tidak bagi Allah?jika itu permintaan yang baik.Lowongan pekerjaan
belum terbuka walaupun sudah sering kulirik koran local di kolom pekerjaan (hue…hue)
dan jodohpun kuserahkan bulat-bulat pada Allah karena aku tidak pacaran.Tarbiyah/ngaji
yang kuikuti membuatku tahu bahwa pacaran itu dosa (mendekati zina).Siapa yang
mau kuajak menikah dong?carikan Ya Allah…Do’a itu selalu kupanjatkan penuh
harap.
Kedua
do’aku itu bermuara sama,yaitu ingin meringankan biaya kiriman ayah mamak.Kalau
bekerja bisa menghasilkan duit
sendiri,kalau menikah ditanggung suami,hihi…
Takjubnya
aku,tak sampai 2 bulan,sekitar awal Maret 2004,guru ngajiku mengajak bicara
tentang jodoh dan mengatakan ada seorang ikhwan ingin ta’aruf/kenalan.Diawali
tukaran biodata dulu.Dari biodatanya,mengejutkanku, ternyata dia seniorku di Fak.Pertanian
namun beda jurusan.Apakah aku mengenalnya?tidak banyak.Hanya sebatas
organisasi. Apakah kira-kira dia mengenalku?rasanya tidak juga,karena aku
tipikal orang biasa bukan aktivis yang biasanya dikenal orang.
Untuk memutuskan,aku sandarkan melalui dialog denganNYA melalui shalat istikharahku.dan,aku merasa ini adalah jawaban do'aku.Mungkin Allah ingin mendekatkan jodohku terlebih dahulu.Dan Akhir Maret kami bertemu untuk ta’aruf.sambil didampingi oleh guru mengaji yang menjadi perantara.Melalui momen ta’aruf pun tak banyak info yang kudapatkan tentang dia.Wong proses ta’arufnya Cuma 2 jam.Akhirnya dilanjutkan perkenalan dengan keluarganya di Pariaman.
Untuk memutuskan,aku sandarkan melalui dialog denganNYA melalui shalat istikharahku.dan,aku merasa ini adalah jawaban do'aku.Mungkin Allah ingin mendekatkan jodohku terlebih dahulu.Dan Akhir Maret kami bertemu untuk ta’aruf.sambil didampingi oleh guru mengaji yang menjadi perantara.Melalui momen ta’aruf pun tak banyak info yang kudapatkan tentang dia.Wong proses ta’arufnya Cuma 2 jam.Akhirnya dilanjutkan perkenalan dengan keluarganya di Pariaman.
Sedikit
yang menjadi kerikil, adat istiadat.Di Sidikalang pihak perempuan harus diberi uang pesta dan adat pariaman mengenal bahwa pihak lelaki yang diberi ‘uang
japuik dan uang hilang’
Karena
semua disandarkan pada Allah SWT Yang Maha Baik,niat ikhlas berjalan juga.Bulan
April aku wisuda dan langsung pulang ke Sidikalang karena pihak lelaki hendak
datang pula meminang ke Sidikalang.Bulan Mei mereka datang sekeluarga dan disepakatilah
menikah di bulan Juli 2004.
Menunggu tanggal pernikahan adakah kami saling berkomunikasi?Seingatku hanya 2 kali melalui telpon .itupun karena membahas perihal surat-menyurat.Saat itu belum ada HP,internet.Dia pun bekerja di rimba perkebunan sawit yang jauh dari wartel.
Menunggu tanggal pernikahan adakah kami saling berkomunikasi?Seingatku hanya 2 kali melalui telpon .itupun karena membahas perihal surat-menyurat.Saat itu belum ada HP,internet.Dia pun bekerja di rimba perkebunan sawit yang jauh dari wartel.
Apa
aku merindukannya?belum ada rasa rindu saat itu.Yang ada hanya kepasrahan pada
Allah,tak usah berandai-andai.Karena sebelum menikah segala kemungkinan bisa
terjadi.Jikalau itu jodoh insyaAllah ketemu di depan penghulu.titik.Kuperbanyak
shalat dan do’a.Pintaku pada Allah "Ya Allah..jika dia memang jodoh yang Engkau persiapkan untukku,maka mudahkanlah prosesnya.tapi jika dia bukan yang terbaik maka tunjukkan hidayahMU.Kuharap Allah beri kelancaran jika ini adalah rencanaNYA dan
jawaban atas doa’-do’aku.
Kesibukan
mengurus administrasi selesai.Repot mempersiapkan pesta?tidak perlu.Karena
sebagai mahasiswa baru tamat,segan rasaku meminta yang berlebihan ke ayah
mmakku.Menikah dan resepsi biasa saja. Singkat.
18 Juli 2004.Hari-H
pun tiba. Ahamdulillah lancar.2 hari menikah, aku diboyong ke Pariaman.Waktu
cuti suamiku hanya sebentar.Dia harus masuk kerja dulu. Setelah 4 hari bersama
keluarga mertua di Pariaman aku dijemput suami untuk dibawa ke Pasaman
Barat.dimna suami bekerja sebagai staf afdeling kebun sawit PT.Bintara Tani
Nusantara 2.
Dimulailah
kehidupan baru.Tempat kami tinggal terpisah jauh dari keramaian.karena
merupakan wilayah bukaan baru/land celaring.Yang ada pohon sawit yang baru
setinggi lutut.jangan harap ada handphone.jangan harap ada keramaian,yang ada 2
rumah staf (kami dan tetangga) di atas bukit.kalau suami pergi bekerja gak ada
teman ngobrol deh…
Rupanya
Allah ciptakan suasana itu menjadikan masa ta’aruf semakin intens.Ini jugalah
masa pacaran yang sesungguhnya karena kami satu kampus,banyak hal yang jadi
topic pembicaraan.dan banyak hal yang jadi topic perdebatan(salah satu kesamaan
kami,suka berdebat)boleh dong ya berdebat dalam diskusi untuk mempertajam
pengetahuan? Kalau kata ayahku,aku tipe orang ngeyel/suka membantah.yang mana sifat-sifat itu kusadari bisa
berubah,di kemudian hari aku menjadi orang yang mudah memaklumi keadaan dan
mudah menerima
Pacaran
sesudah menikah membuat kita berfikir panjang tentang kata putus.Kondisi kami yang jauh dari keluarga membuat antara kami saling membutuhkan dan harus saling membantu.Tak ada curhat ke orang lain dan
tak ada acara kabur ngambek ke rumah mamak .Ngadunya hanya sama Allah,curhatnya
sama Dia.dan Allah menunjuki hati untuk selalu sabar dan semakin dewasa.Dan
permasalahn dihadapi berdua membuat ikatan hubungan semakin erat.
Kalau
teman sering mengatakan suami/istrinya sebagai mantan pacar.Aku malah baru terikat
janji pacaran dengan suamiku saat akad nikahkami dilafazhkan dan hingga sekarang dia masih
pacar/kekasihku.Semoga Allah menjadikannya jodohku hingga ke syurga kelak.
*menuju 14 tahun usia pernikahan
#5 orang anak
*menuju 14 tahun usia pernikahan
#5 orang anak
Oppung
Akhir Desember 2017, hari ini memasuki hari libur.Di
suatu pagi,aku chat dengan Azrina adikku yang sedang pulang ke Sidikalang
menikmati liburannya.Aku mendapat berita
bahwa nenek tetangga (sebelah rumah) kami di jalan Ujung meninggal dunia malam sebelumnya.
Kami memanggilnya Oppung Rikki (Nenek Rikki). Oppung meninggal di usianya yang hampir
90 tahun.Usia yang termasuk jauh bagi seorang manusia kan? Tapi factor dia
panjang umur mungkin sedikit banyaknya dipengaruhi kebiasaan hidupnya,yang akan
kuceritakan di bawah ini.
Terakhir aku bertemu Oppung adalah Agustus 2016 yang
lalu,saat aku pulang ke Sidikalang. Saat itu dia berjemur pagi dan tersenyum
saat kusapa.
“Ise do ho?’ tanyanya sambil menyipitkan mata.
“On do borukku nomor sada (anak perempuanku nomor
satu).”jawab Mamak yang saat itu di dekatku.
“Oo..ho do na I Padang i? Si Fitri?”tebaknya
Begitulah Oppung.Dulu,setiap aku pulang liburan
semester saat masih kuliah di Unand Padang,kami masih sering sapa
menyapa.Setidaknya jika bertemu di depan atau belakang rumah.Setiap tebakannya
“kuliah I Padang do Ho?,si Fitri do Ho?” berulang selalu dan kadang ia
bercerita pengalamnnya pernah mengunjungi Padang,atau punya kenalan di
Padang.Bagi sebagian orang di luar ,Sumatera Barat disebut Padang. Kini, aku
dan keluargaku tinggal di Pariaman tapi sering juga disebut Padang.
Masa-masa kami bertetangga dengan Oppung dan
keluarganya,seingatku sejak awal tahun 90-an.Selama itu tak pernah sekalipun
kami bertengkar (setidaknya begitu dalam memoryku yang saat kami pindah rumah
ke jalan ujung aku berumur 10 tahunan).Walaupun mereka berbeda iman,karena
mereka beragama nasrani,kami hidup bertetangga dengan konsep lakum dinukum
waliyadiin (bagimu agamamu dan bagiku agamaku).tak hanya dengan keluarga Oppung
namun juga dengan tetangga lain di sekitaran Jalan Ujung.
Suatu momen yang sangat kuingat,saat mereka
merayakan Natal pasti mereka mengirimkan sepiring kue ke rumah kami.Memang
tradisi seperti itu pernah dan sering dilakukan antar bertetangga.Kue kembang
loyang,kue bawang,kacang tojin dan yang lainnya
mengisi hantaran piring yang ditutup
kain. Biasanya kami akan mengembalikan piring diisi dengan beras,sambil
mengucapkan terima kasih. Niat mereka mungkin baik,tapi sesuai dengan keyakinan
kami akan keraguan status kehalalan kue ‘Made in home’ tersebut , kue akan
beralih lagi ke orang lain yang akan memakannya. Lama kelamaan,kue tradisional
berganti dengan biscuit jadi/beli di toko,menggantikan hantaran antar tetangga.
Oppung juga orang yang rajin beribadah.Jika hari
Minggu telah tiba,oppung siap dengan kebayanya yang bagus dan sanggul sasaknya
yang rapi.Tak hanya intensitas ibadah mingguannya/kebaktian yang rajin tapi
oppung juga orang yang tak’grasa-grusu’ dalam hidup.Cara berbicara dan
berfikirnya tenang.Mungkin sikap seperti itu memang terbukti membuat seseorang
berumur panjang, menikmati peran dan hidupnya apa adanya.Bukannya mudah
hidupnya karena ia juga janda yang memperjuangkan anak-anaknya yang
kuliah.Orang batak terkenal mempunyai upaya yang keras untuk pendidikan anak-anaknya.
Berdomisili di Sumatera Utara terutama di Sidikalang
ibukota Kabupaten Dairi dengan muslim sebagai minoritas agama masyarakatnya,mau
tak mau kita bergaul dengan bermacam keyakinan keimanan. Tidak hanya Kristen
Protestan,Katolik namun juga Buddha.Tetangga kami juga ada yang China,baik
keyakinannya Kristen maupun Buddha. Teman bermain ku waktu kecil banyak yang
china,terutama tetangga belakang rumah teman bermain kasti setiap sore di
pekarangan belakang.Teman SDku, bernama Widya,anak cina pemilik toko bangunan
yang sering kukunjungi rumahnya untuk meminjam majalahnya.
Dengan beragamnya tetangga yang kami miliki,kelak
memberi sebuah prinsip bagiku,bahwa agamaku mengatakan:lakum di nukum waliyadin
(bagimulah agamamu dan bagiku agamaku)selagi mereka non muslim namun tidak
memerangi maka wajib kita menghargai mereka sesama makhluk Tuhan.Sebagaimana
Rasulullah mencontohkan dalam Negara madinah yang dipimpinnya.
Pernah beranjak dewsa bersama teman teman yang
mmeiliki keyakinan berbeda sedikit banyaknya aku mengetahui tentang peribadatan
mereka.teman sebangku masa SMA ku, Mevalia Silalahi seorang katolik yang
taat.kami tetap bergaul dengan aman.Terkadang antar teman kami juga ssaling
bertanya tenatng keyakinan teman lainnya.namun itu hal biasa karena dari
awalnya kami sudah mengetahui apa itu perbedaann.
Apakah ada yang mencoba merusak kedamain itu? Ada.
Terkadang suatu peristiwa kecil dapat memicu pertikaian.Atau issu dari luar
daerah tentang peperangan antar agama menjadi bahan perdebatan.Namun tak pernah
menjadi suatu permasalahan yang meruncing.karena kami,maupun para pemuka agama
kami memilih berdampingan dengan damai.
Langganan:
Postingan (Atom)
Kesempatan kedua di Apresiasi GTK 2023
Seolah rendezvous, aku menatap Bandara Internasional Minangkabau pagi itu, 20 November 2023. Sementara hiruk pikuk rombongan Apresiasi GTK ...
-
Perjalanan ke Rinjani ada adalah idaman di hati sejak tahun 2017 Kala itu suami mendaki kesana dan pamer foto yang semuanya indah serta men...
-
SAHABAT PENAKU,FITRI Setiap 5 Februari adalah momen penting dalam dunia persahabatanku dengan sahabat penaku Alifa Royana Fitri.Kar...
-
'Apa sih enaknya naik gunung? sudah capek naik eh... turun lagi." Itulah kesan awalku saat diajak suami naik gunung. Awal menikah ...