Selasa, 27 Desember 2011

Sudut sepi

Saat jalan ini butuh kerja-kerja nyata

Kenapa aku mesti terpuruk pada praduga-praduga
Menderas mengalir telaga air mata
Terasa terhempas segalanya tak berharga


Oh,rasa tak berharga,rasa yang menggurita jiwa
Buhul-buhul syetan yang menggoda selaksa
Seolah semua orang berbuat nyata,hanya aku yang tidak


Sesalan akan berakhir tidak pada penyalahan takdir
Terlalu takut aku untuk itu Ya Allah...
Selalu pertanyaan,penyalahan pada sudut hati
kemana bening?
Kebangganku akan ketulusan,keikhlasan ternyata hanya fatamorgana
Terbuai perasaan hembusan yang ternyata dusta


Aku sadari...hanya Engkau Pemberi kekuatan Jiwa
Tapi kenapa aku jauh??
Kenapa aku tak merayuMu selalu??
kesombongan ini ternyata merapuhkan
Tak ada guna jika Engkau tak ridha
Jiwa hanya kan menemui kegersangan
Impian savana ternyata menjadi sahara


Kesombongan-kesombongan ini memperdayaku
Jika kelak tiba akupun pasti tak sanggup Ya..Rabb-ku
Runtuh sudah dinding kepura-puraan
Ketika padanya kurekatkan sekeping luka
Jangan......
Engkau tahu apa sebenarnya yang ada di sudut terdalam hatiku
Tak sanggup aku membayangkannya saat ini
Itu hanya gurauan sesaat hati yang membatu

pagicerah

Resensi







REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU
Penulis:Tere Liye
Penerbit:republika
Tahun:2009

Menyelesaikan membaca novel setebal 426 ini dalam sehari merupakan hal yang mengherankan bagiku.Rasa penasaran..ya..penasaranlah yang membuatku menuntaskannya seolah-olah terasa basi jika dilanjutkan membacanya esok hari.Aku seolah ditarik oleh pusaran cerita.Salut pada penceritaan Mas Darwis “Tere Liye” . Bagus.
Novel ini diawali oleh seorang anak panti asuhan berusia 6 tahun bernama Rinai.dalam rintik hujan di malam takbiran hari raya di halaman sebuah panti asuhan,Rinai mengumpulkan tanya tentang orangtuanya.  Masih di bab yang sama muncul tokoh lelaki enampuluh-an yang tersadar dari komanya.Rasa penasaran pun dimulai...apa hubungan keduanya??
Tokoh si orang tua yang diceritakan masih dalam keadaan koma,”diajak”berjalan-jalan oleh seseorang yang tak dikenal sebelumnya.Seseorang yang “berwajah menyenangkan” itu membawanya mencari jawaban atas 5 pertanyaan besar dalam hidupnya.
Cerita mengalami flash back,si lelaki enam-puluhan bernama Rehan terlempar ke kehidupan masa lalunya di sebuah panti asuhan.Sebagai seorang anak usia belasan tahun yang dikenal cerdas dia juga pembangkang.Saat teman seasramanya takut dan menurut,Rehan malah berani melawan penjaga panti yang menurutnya hanya memperalat mereka mencari uang demi keinginan besarnya untuk naik haji.Puncaknya,saat Rehan dihukum penjaga panti karena mencuri parsel lebaran Rehan malah membulatkan tekad sebuah pembalasan.Saat penjaga dan anak-anak panti shalat Id di lapangan rehan membongkar brankas milik penjaga panti dan membobol uang anak panti yang dikumpulkannya untuk dirinya.
Rehan yang melarikan diri dengan uang panti menjelajah dunia bebas terminal, berjudi,beruntung,berjudi,kalah.Menghabiskan uang yang didapatnya sesuka hatinya.Hingga tiba adegan masa lalunya mempertunjukkan bagaimana Diar,teman sekamarnya di panti meninggal diakibatkan olehnya.Dan Rehan selama ini tak menyadari itu.Selanjutnya kisah hidup Rehan yang penuh lika-liku dimulai.
Hangatnya sebuah keluarga dirasakannya saat tinggal kemudian di sebuah rumah singgah.Bang Ape,pengasuh rumah singgah yang mengayomi sehingga membuat rehan bertekad membela keluarga barunya.Namun tindakannya menyelamatkan Ilham,pelukis cilik di rumah singgah dari keroyokan preman-preman membawanya kembali ke kerumitan masalah.Rentetan perkelahian yang berbuntut terancamnya nyawa teman-temannya di rumah singgah.Perdebatannya dengan Bang Ape yang tak menyetujui cara kekerasan membuatnya terpaksa meninggalkan rumah singgah dan berkelana sebagai pengamen.
Rehan bertemu secara tak sengaja dengan  Plee yang ternyata seorang pencuri berlian profesional.Diapun terlibat dalam sebuah pencurian berlian seribu karat dari brankas sebuah bank bersama Plee.Namun tak dinyana,aksi tersebut gagal yang menyebabkan Plee ditangkap polisi hingga dihukum mati.Plee membuat sebuah skenario agar Rehan aman.Rehan melarikan diri ke kota asalnya dan berkenalan dengan seorang gadis yang membuatnya jatuh cinta.Disamping itu,pekerjaan didapatkannya.Saat hidupnya terasa lengkap,Rehan dihadapkan pada kenyataannya bahwa gadis yang di taksirnya seorang wanita simpanan.Namun mereka akhirnya menikah seiring karir Rehan membaik.Fitri,sang istri ternyata tak lama memberi kebahagiaan pada Rehan,meninggalkanyya selamanya saat melahirkan anak mereka.Rehan yang patah,meninggalkan semua kenangannya dan melanjutkan hidup di kota besar.Kehidupannya melonjak sebagai seorang pemilik bisnis properti.Intuisinya melihat suatu peluang bisnis menjadikannya seorang lelaki mapan single disegani di antara taipan-taipan skala nasional.  
“Perjalanan”Rehan tua enam-puluhan dihadapkan pada tayangan slide kisah hidupnya dan segala misteri yang mengiringinya.Pertanyaan besarnya terjawab satu per satu.Keadilan langit yang selalu dipertanyakannya terjawab dengan runtutan sebab akibat yang saling berkaitan.Hal-hal yang dirasanya menyiksanya ternyata keselamatannya,penilaiannya terhadap sesuatu yang dirasanya sempurna ternyata awal dari keterpurukannya.Rehan terhempas pada penyesalan-penyesalan tak bertepi.Tapi apa daya dirinya kini hanya ruh yang sementara meninggalkan jasad tua yang keropos oleh komplikasi penyakit,terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Terakhir,saat segala pertanyaan Rehan terjawab,terjawab pula kaitan Rehan dengan Rinai yang kini menanyakan keadilan langit di sebuah panti asuhan.
Buku ini membawa kita pada rentetan kisah hidup rehan tanpa sempat menduga-duga.Karena penulis seolah-olah menyajikan itu di depan mata untuk kita saksikan dan bukannya kita terka.Sebagaimana Rehan dihadapkan pada rekaman perjalanan hidupnya tersebut.
Menurut aku,buku ini direkomen deh untuk dibaca!!
Pipit.




Sabtu, 01 Oktober 2011

Merindukan mereka

Saya punya kebiasaan menulis sesuatu di buku harian.Tapi itu dulu.Semenjak saya kelas 6 SD.Setiap apa yang saya rasakan,baik berat maupun ringan pasti akan tertumpahkan di sana.Dan itu merupakan privasi saya.Saya menjaga mereka agar tak terbaca orang lain karena mereka berisikan semua rahasia dalam hidup saya.Saya keranjingan menulis diari karena saya tak terbiasa curhat kepada seseorang.Kadang saya susah untuk mempercayai orang lain.Selain itu,saya juga mudah merasa kecewa ketika saya curhat kepada seseorang tapi tak ditanggapi serius.So,curhat kepada buku harian menjadi solusi,setidaknya jika tidak memberi solusi bagi permasalahan saya tapi bisa membuat hati saya plong.Mereka juga saya beri nama.Nama-nama cewek tentunya.Beberapa teman yang tahu saya suka menulis di buku harian,kadang memberi saya kado buku harian saat ulang tahun saya.Yang saya ingat,saya pernah mendapatkan kado buku harian yang bagus,besar,indah hiasannya dan cantik kertasnya saya perlakukan secara spesial karena yang memberikannya adalah seseorang yang spesial buat saya untuk saat itu.Kira-kira ketika saya berumur 17 tahun dan masih duduk di bangku kelas 2 smu.
Saat ini saya merindukan buku harian saya,tentu kamu akan bertanya:temui saja mereka.nah itu masalahnya...mereka telah saya bakar semuanya!kenapa saya musnahkan mereka?itupun ada kisahnya.
Pada saat masih kuliah saya mendapat penyadaran dari seorang teman.Teman yang lebih tepat dikatakan seorang saudara karena dengannyalah saya merasa dekat untuk bercerita dan cocok dalam banyak hal.Pada suatu ketika dia pernah berkata sesuatu yang menohok hati saya.Yang menyadarkan saya bahwa saat saya sudah memutuskan hijrah meninggalkan masa kejahiliahan saya makan segala pintu yang mengingatkan saya akan masa-masa tersebut harus saya jauhi juga termasuk buku harian yang menyimpan cerita positif negatif saya.Selain itu dia juga pernah menyadarkan saya untuk berhenti curhat pada diary karena ada saatnya curhat kepada manusia lebih menenangkan.Sejak itu saya suka curhat pada teman saya tersebut.kenapa saya mulai berani curhat dengannya?karena dia menceritakan pula permasalahan pribadinya kepada saya dan saling memotivasi termasuk cita-cita serta komitmen di jalan dakwah.Namun,pemikiran untuk memusnahkan semua rekaman sejarah saya itu masih sebatas pemikiran dan rencana.
Kemudian,penyebab atau dorongan terbesar saya memusnahkan buku-buku harian ketika telah ada seseorang yang Allah kirimkan sebagai jodoh saya,sebagai suami saya.Rasanya tidak etis juga menyimpan buku-buku itu di saat saya telah memutuskan membuka lembaran baru bersama seseorang yang hatinya mungkin menjadi setengah milik saya dan hati saya sebagian juga dirinya.Akhirnya saya membakar beberapa buku (masih belum tega membakar semuanya..hehe..) yaitu buku-buku yang berisi kisah-kisah cengeng tak bermanfaat atau goresan perasaan yang jika suami saya membacanya pasti dia akan tidak enak hati.Tentunya saya yang akan lebih tak enak hati pastinya.
Namun kadang-kadang kini saya merasa menyesal terutama jika saya ingin merekam perjalanan kualitas tulisan saya dari dulu hingga kini.Tak ada arsip yang tersisa.Selain itu,buku harian masa SMU tidak semuanya berisi kisah penuh khayal atau perasaan yang semu namun di sana juga tergores ketika saya dalam dilema memilih pendidikan masa depan.Bagaimana kata-kata motivasi yang telah saya himpun terangkum di sana.
Kini,saya tak lagi menulis buku harian.Bukannya takut dibaca atau tak mau curhat pada sehelai kertas lagi tapi tak lebih karena tidak sempat.Waktu untuk menulis semakin terasa sempit.Di saat ingin menulis ada anak yang menuntut perhatian,terlebih rasa malas yang lebih dominan. :D.  Pernah juga mencoba menuangkan ide di selembar kertas tapi akhirnya tercecer entah kemana.
Di era teknologi yang semakin terasa memudahkan ini sebenarnya sangat membantu.Kita bisa mengetik di laptop dan menyimpannya dalam flashdisk.Tapi,tidak seenak kita menulis langsung di buku harian.Dan agak repot ya untuk mulai mengetik harus buka laptop dulu,kalau ingin membaca ulangpun harus dibuka dulu file-nya.Dan godaan terbesar di era dunia maya ini adalah godaan untuk mengekspos diri   atau istilahnya narsis gitu lah.Padahal,banyak hal yang seharusnya rahasia bagi pribadi kita ekspos pada semua orang yang belum tentu layak untuk mengetahuinya.
So,buku harian yang berhiaskan bunga,berwarna pink atau biru,juga harum....tetap menjadi kerinduanku untuk menggoreskan pena.

2 oktober 2011

Terus terang,sebenarnya saya saat ini merasa kecewa.Tapi kadangkala kati harus coba kita bekukan dari rasa seperti itu.Karena tak ada gunanya.Paling di akhirnya,kepala akan pusing menahan protes,perut akan mual dan uring-uringan.Kalau memilih untuk disampaikan pun tak yakin saya air mata ini akan tertahankan tak tertumpah.komitmen akan janji membuat saya menyimpan harapan.Tapi ketika itu tak terwujud saya pun tak ingin jadi sasaran orang lain untuk dipertanyakan dan disalahkan.Saatnya harus lebih banyak memahami orang lain.Pahamilah orang itu memang dasarnya cuek,tak peduli pada komitmen janji,tak memperlakukan seperti yang kamu saksikan pada kehidupan orang lain.Dengan sekali-kali tak peduli terhadap suatu permasalahan,cuek pada keadaan maka hidupmu akan terasa ringan.

Jumat, 30 September 2011

Renungan malam

Seringkali kita terjebak pada fikiran kita sendiri.Saat kita berada pada situasi demikian,cenderung prasangka yang lebih menguasai hati.Saat hendak melakukan sesuatu pekerjaan,fikiran kita memberi banyak pertimbangan dan cenderung menyediakan banyak dugaan.Jika kita ingin memulai sesuatu pekerjaan baru kadangkala kita kebanyakan berfikir:bagaimana resikonya nanti?apa tanggapan orang?bagaimana seandainya gagal?dan bermacam dugaan lainnya.Dan,entah kenapa hal itu sering terjadi di saat kita belum memulai sesuatu pekerjaan.jika disadari sebenarnya fikiran kita mencegah kita dengan bermacam larangan.Seorang kanak-kanak akan bersifat spontan,berani dan berinisiatif.Penyebabnya tak lain karena fikirannya belum menghimpun segala rekaman kegagalan.Dia spontan karena dia yakin.Seiring waktu,mayoritas anak yang telah menjadi dewasa memiliki keyakinan yang semakin  terkikis keraguan.Faktornya bisa disebabkan pola pendidikan,lingkungan,kebanyakn larangan dan ancaman dan termasuk juga kebiasaan mengingat-ingat sebuah kegagalan dan menyimpannya dalam memori.Setidaknya,ketika seorang dewasa menyadari itu telah terlanjur pada dirinya dia mungkin akan mengubah hal itu pada generasinya.
Midnight,2011,Oct,1st
*Astaga,sudah tiba di bulan baru,aduhai betapa indahnya seiris bulan sabit di langit sana.....!!*

Rabu, 21 September 2011

Suatu Saat di 2009

     Kehati-hatian dan ketelitian merupakan elemen terpenting dalam merancang suatu pekerjaan,apapun itu.Karena sesuatu yang telah kita rancang,kita susun dengan sepenuh waktu dapat hancur dalam sekejap.Atau terkadang,tetap berjalan lancar namun menyisakan ketidakpuasan.Perencanaan yang matang dan penuh ketelitian tidak saja berlaku dalam kehidupan kita sebagai individu,juga sangat penting bagi berjalannya suatu organisasi.
     Selayaknya hasil evaluasi suatu kegiatan yang telah berlangsung dapat kita ambil hikmah untuk dijadikan bahan pertimbangan saat melaksanakan kegiatan berikutnya.Begitu juga yang dapat kusimpulkan dari sebuah kejadian yang sangat memberikan catatan bagiku dan bagi organisasi secara umumnya.
     Berawal dengan suatu niat mengadakan acara bagi masyarakat.Dalam  rangka memperingati hari anak nasional,organisasi kami berniat mengangkatkan acara penyuluhan kesehatan di sebuah desa.Dan,agar acara tersebut semakin menarik bagi ibu-ibu peserta maka kami menambahkannya dengan memberikan makanan tambahan bagi anak-anak mereka.
     Saat itu saya diamanahkan sebagai panitia yang bertugas mempersiapkan konsumsi dan makanan tambahan anak balita yang akan kami bagikan.Tentu saja saya sebagai penanggung jawab terjun langsung untuk berbelanja ke pasar bersama beberapa panitia yang lainnya.Untuk 100 orang balita,kami mengemas paket yang terdiri dari satu kotak susu bubuk formula,sepaket roti balita dan telur puyuh rebus.Yang perlu dimasak di rumah hanyalah telur puyuh sedangkan yang lainnya adalah paket kotak.Demi menjaga kepercayaan,saya berbelanja susu bubuk formula dan roti di toko langganan saya yang tentunya telah saya yakin kepadanya.
     Untuk tugas membungkus paket,saya bersama panitia dan keluarga saling bantu membantu dan dengan yakin bahwa acara yang kami angkatkan akan memberikan manfaat bagi masyarakat secara umum dan ibu-ibu secara khusus.
     Tibalah saat acara berlangsung,AlhamduliLLAH atas pertolonganNYA jualah acara yang kami angkatkan berlangsung lancar.Acara dibuka oleh Kepala desa dan penyuluhan oleh seorang ahli gizi yang sengaja kami datangkan.Paket makanan tambahan pun telah terdistribusikan kepada semua peserta.Dengan gambaran umum,acara yang kami angkatkan berjalan lancar dan mendapat sambutan positif dari masyarakat.
     Namun,rupanya Allah berkehendak lain.Acara yang kami angkatkan berbuntut suatu peristiwa yang menyisakan tanda tanya bagiku secara khusus.Keesokkan malam sesudah acara berlangsung,seorang nenek dari salah satu balita yang mendapatkan paket makanan datang ke rumah.Karena kebetulan saya tinggal di desa tempat kami mengangkatkan acara.Nenek tersebut melaporkan,cucunya muntah dan mencret sesudah mengkonsumsi susu formula dari kami.Sontak saya mengunjungi rumah mereka dan mendapati balita tersebut memang masih muntah dan mencret.Dari informasi dari ibu balita tersebut,anaknya memang terindikasi mun-men sejak meminum susu tersebut.Karena sang ibu termasuk seorang yang berpendidikan beliau juga merasa heran.Susu yang biasa dikonsumsi anaknya mereknya sama dengan susu yang kami beri.Untuk memastikan,saya memeriksa kotak untuk melihat tanggal kadaluarsanya dan ternyata tanggalnya masih sangat jauh ( 11 bulan lagi).Menurut si ibu, malam itu memang susu formula anaknya sedang habis sehingga langsung saja membuka susu formula dari kami dan menyediakan untuk anaknya dengan cara biasa.Dan kata mereka,saat anaknya dibawa ke bidan dicurigai susu formula dari kami memang sudah rusak dari pabriknya.Karena anaknya biasa mengkonsumsi dus besar sedangkan susu yang kami bagikan dus kecil.Terang saja saya membantah,mana mungkin pabrik yang terpercaya membedakan isi susu formula di dus besar dan dus kecil.Kalau iya bisa kita adukan ke YLKI dong..? Dan sejauh itu saya merasa`tidak bersalah karena tanggal kadaluarsanya jelas masih jauh dan kondisi kotak pun masih rapi.
     Namun,berhadapan dengan masyarakat yang majemuk tentu saja menghadapi bermacam tanggapan pula.
Dari 100 balita yang mendapatkan susu tersebut terlaporkan 2 orang yang mencret sesudah mengkonsumsinya.Balita yang saya kunjungi akhirnya di rawat dirumah sakit karena mencretnya belum reda dalam 2 hari.Saya yang berkesempatan menjenguknya (karena si ibu adalah teman saya) bertanya bagaimana tanggapan dokter anak?menurut ibunya dokter mendiagnosa si anak mungkin salah makanan.Ketika disampaikan perihal susu,si dokter percaya bukan susu tersebut penyebabnya karena belum kadaluarsa. Namun susu bisa jadi penyebab mun-men jika cara penyajian yang salah,misalnya terlalu kental atau air yang dipakai tidak sepenuhnya steril.
     Dalam hal ini saya termasuk lega karena tidak salah.Namun yang sangat menyedihkan ketika saya mendapat laporan ada beberapa yang membuang dus beserta susu di dalamnya karena tanggalnya kadaluarsa.Saat saya kunjungi rumah mereka untuk memastikan,ternyata sebagian mereka melihat tanggal pembuatan yang telah tercantum yang tentu saja telah lewat!.mereka tidak bisa membedakan manufacturd date dengan expired date.Perasaan saya,antara kecewa,gemas,kesal,marah dan entah apalagi.Tapi menyalahkan mereka rasanya juga tak mungkin.Ini adalah reaksi sebagian mereka saat mendengar berita yang menakutkan dan ditambah kekurangtahuan akan informasi.
     Saat mengunjungi posyandu bulan berikutnya saya menyampaikan masalah  ini kepada bidan dan beliau membantu menjelaskan kepada ibu-ibu yang hadir bagaimana yang sebenarnya.AlhamduliLLAH mayoritas ibu-ibu tidak merasa ada yang salah dengan susu yang dikonsumsi anak mereka dan mungkin balita yang  mencret adalah faktor kebetulan saja.sebagian mereka malah berharap acara seperti ini tetap berlanjut.Tapi dalam hati saya:jera deh...!
     Namun jika diingat secara mendalam,saya merasa ini adalah faktor teguran dari Allah atas ketidak hati-hatian kami.Tak masalah rasanya jika sebelu membagikan susu kami memastikan ke ibu-ibu bahwa susu yang kami bagikan adalah produk baru (seperti yang dipastikan pemilik toko).Jadi,tidak sama dengan acara bagi susu gratis yang seringkali mendatangkan korban.Tapi,itulah yang kami lalaikan sebagai panitia.
     Dari semua yang kami alami memang kami jadikan bahan evaluasi untuk ke depan yang lebih baik.Mungkin saja dalam niat kami ada yang kurang bersih,atau kami disuruh ALLAH untuk mengevaluasi diri masing-masing.Namun diriku pribadi hingga saat ini begitu susah untuk melupakan kejadian itu,tudingan itu.namun saya yakin Dia lah yang punya skenario atas segala sesuatu.Wallahu 'alam...

Minggu, 29 Mei 2011

OUR LOVELY LIBRARY

Di suatu sore saat duduk termangu menunggu matahari terbenam,  mendadak muncul di benakku  keinginan memiliki sebuah perpustakaan untuk anak-anak.Dan,ide-ide segar pun berseliweran saat itu.Tidak hanya pustaka hendaknya, namun lebih sebagai wahana belajar segala hal bagi peningkatan pengetahuan anak-anak.Misalnya, baca dongeng,wisata ilmu,dan yang lainnya. Kenapa muncul keinginan seperti itu?tak lain tak bukan adalah lingkungan yang memunculkannya.Di lingkungan tempat kami tinggal  merupakan pemukiman yang terdapat banyak anak-anak.Di tiap rumah minimal memiliki anak lebih dari 2 orang dan umurnya berkisaran 2-15 tahun. jika sedang berkumpul sesama mereka bisa melebihi 30 anak jumlahnya.Anak-anak sering bermain ke rumah dan bermain dengan anak-anakku. Banyak nikmatnya lingkungan yang dipenuhi anak-anak.Walaupun mereka seringkali bising dan membuat 'kekacauan' namun lebih banyak nilai persahabatannya.

Mereka semua bersekolah dan seperti kebanyakan anak-anak lainnya siang hari mereka memiliki banyak waktu bermain. Dalam pandanganku,permainan yang sering mereka lakukan  hanya permainan yang menguras energi dan minim nilai pendidikannya. Bukan  game online,karena di sana belum ada warnet dan Play Station.Mereka jarang sekali belajar bersama kecuali ada PR yang memang tak bisa dikerjakan sendiri di rumah.Padaha kalau dibandingkan di beberapa tempat, seusia mereka sudah disibukkan dengan les matematika,les bahasa,les musik,les renang dan les-les lainnya.Dan di sini, kegiatan menyenangkan adalah bermain dan bermain!Khayalku melayang....ah...seandainya  mereka memiliki tempat alternatif menambah ilmu...

Aha!!....bagaimana dengan pustaka? mendadak muncul ide tersebut.Karena membaca salah satu sarana manusia untuk memiliki ilmu. Bukalah sebuah  buku,maka akan terbentang dunia di depanmu untuk dijelajahi..(kira-kira begitulah kesannya kalau didramatisir..he..he..) .Teringatku masa ketika aku seusia mereka, hasrat untuk membaca terbentur pada minimnya bahan bacaan  untuk kulahap. Walaupun itu bacaan apa saja.Tapi umumnya buku cerita atau majalah.Situasi dan kondisi ekonomi yang tak terlalu memungkinkan untuk selalu membeli buku.Namun saat itu aku tak kehilangan akal, setiap tanggal terbit majalah B*B*,aku akan mendekati seorang teman yang berlangganan untuk menjemput majalah di Toko Buku Aneka Ragam dan mendaftar sebagai peminjam pertama.Dan bersyukur,aku memiliki seorang saudara petugas perpustakaan sekolah di MAN Sidikalang.Dengan begitu aku bisa meminjam buku secara tak langsung melaluinya.Hingga ketika masa SMP,aku mulai mengenal taman bacaan yang menyewakan segala macam bacaan.Walaupun kebanyakan komik dan majalah namun aku menjadi pelanggan tetap hingga Smu.Saat itu di rumah kami berlangganan koran,kadangkala ayah membeli majalah Tempo,Gatra.

Hingga saat aku ditakdirkan menuntut ilmu di Padang, tempat pertama yang menakjubkan adalah Perpustakaan Wilayah.Selama 5 tahun jadi anggota,3 kantong peminjaman tak pernah pulang ke rumah kecuali libur semester.Serasa di dunia baru!semua jenis buku ada. Mulai dari biografi tokoh sampai serial Lupus yang dulunya hanya bisa kupinjam dari teman-teman. Dan tenggelam di dunia buku kalau sedang tak ada kuliah adalah hal  yang paling kunantikan. Selain itu tentunya adalah "cuci mata " di toko buku!

Yah...membaca memang menyenangkan.Dengan membaca kita kaya akan kosa kata.Dengan buku kita mengenal lebih dekat sisi lain dari dunia.Hingga aku menyadari,kurangnya minat baca anak-anak di lingkunganku sekarang dikarenakan sarana yang tak tersedia.Kucoba melihat perpustakaan keluarga yang kami bina di rumah sendiri,isinya kebanyakan buku-buku "serius" yang anak-anak mungkin tidak faham membacanya.

Bismillah....dengan memakai nama yayasan yang kami punya,aku mulai menyusun proposal dana untuk menambah modalku membuat perpustakaan nantinya.Alhamdulillah...sedikit demi sedikit terkumpul buku sejak dari ensiklopedia,buku cerita,novel remaja,novel anak hingga komik Doraemon dan Detectif Conan.Juga kusertakan majalah  untuk anak-anak di dalamnya.Mengenai tempat tidak masalah yang penting adalah bukunya.Anak-anak yang sudah kuberitahu menyambut antusias rencana itu.Dan pada bulan Agustus 2009 resmi kubuka perpustakaan tersebut dan membebaskan anak-anak membaca di sana.Prinsip yang kumiliki, biarkanlah buku-buku tersebut kumal karena sering dibaca daripada tersimpan rapi dan angkuh di dalam etalase terkunci.Mereka diberi tanggung jawab memelihara buku dan merawatnya seperti milik sendiri

Namun,sejak terjadinya gempa 30 September 2009 yang lalu, rumah kurang kondusif lagi dijadikan sebagai pustaka. Sebab beberapa bagian rumah retak, penuh debu dan riskan bagi anak-anak.Saat kami mendapat bantuan rumah senyum dari sebuah NGO,kami memindahkan buku-buku ke sana.Dan itupun tidak berlangsung lama karena rumah kayu tersebut dimasuki tikus-tikus yang kukhawatirkan memakan buku yang berjejer rapi di rak.Akhirnya kini,buku-buku tersebut kami simpan dalam lemari kaca di dalam rumah.Barangsiapa yang ingin meminjamnya boleh di bawa pulang ke rumah untuk waktu beberapa hari.

Kondisi ini masih menyisakan ketidak puasan di hatiku.Aku masih ingin menambah buku perpustakaan kami dan melaksanakan program-program pembelajaran di dalamnya.Sejauh ini masalah yang terbesar adalah dana dan tempat yang kondusif.Namun,harapan itu harus tetap ada.InsyaALLAH ke depannya aku akan tetap berbuat walau tidak banyak.



Selasa, 24 Mei 2011

Sesuatu yang baru...

Orang yang tinggal di daerah pesisir, tepatnya pinggir pantai,kita diberi Allah SWT kesempatan menyaksikan mahakarya  berupa view lautan yang tak terbatas dalam pandangan. Kita juga diberi kesempatan menyaksikan sunrise dan sunset dalam berbagai pola lukisan.Terkadang sunset dilatari semburat jingga langit senja.Sesekali sang surya berangkat ke peraduannya diiringi lazuardi yang mengelam.Nikmat itu tampak di depan mata tapi seringkali terlupakan sebagai nikmat karena terbiasa disaksikan.
Begitu juga dengan benda-benda "peninggalan" yang sering terdampar di tepi pantai.Kenapa dikatakan peninggalan,karena sebagian merupakan benda-benda mati yang tak berarti bagi orang kebanyakan.Contohnya;rumah siput laut (disini biasa disebut sarang umang-umang),terumbu karang yang telah mati,dan cangkang kerang.Semua berserakan tak berguna.
Sebagai 'orang gunung' yang sekarang tinggal di pesisir,bagiku ini adalah sesuatu yang berbeda.Kenapa dulu sering membeli souvenir kerang mahal-mahal padahal di sini dia malah berserakan.Malah terkesan sampah bagi masyarakat.Ternyata kuncinya adalah ide dan hasil karya.
Maka,tak salah rasanya kucoba juga membuat 'karya' yang gratis dan dinikmati sendiri pula.berikut contohnya:




Walaupun tak terlalu indah dan tak terlalu profesional,namun dengan pe-de,kugantungkan juga di dinding rumah untuk dipandang mata.

Dan,keindahan pulau-pulau kecil di sepanjang pesisir barat Sumatera menaburkan putihnya pasir laut yang masih belum terkotori oleh sampah-sampah manusia.Edisi pasir berikut ini berakhir di gelas bekas setelah diberi warna-warni menarik hati.



Kepuasan hati adalah ketika tangan dapat membuat sesuatu yang baru dari hal-hal yang tak berguna lagi.Apalagi jika mata memandangnya teringat semua kepada ciptaanNYA.

Sesuatu yang baru tak harus dibeli,dan sesuatu yang baru tak harus mahal.
*ada yang tau nggak cara memutar foto yang terakhir agar tampilannya tegak?*he..he..maklum...baru belajar.

Sabtu, 21 Mei 2011

Siang tadi di 21 Mei 2011

Siang ini, aku dan suami mengantarkan si sulung Wafa ikut tes masuk di SD dambaannya, SDIT Mutiara.Dikatakan "dambaannya" mungkin tak sepenuhnya benar.Karena setahun yang lalu "promotornya" yaitu kami,abi dan uminya sudah mulai mengompori Wafa dengan segala cerita tentang SD itu.Yang jelas,akhirnya dia memang menginginkan sendiri untuk menjadi murid di sana.
Sebagaimana seperti kebanyakan orangtua yang anaknya baru masuk sekolah,keharuan menyergapku....si kakak sudah besar rupanya.Tak terasa sudah 6 tahun umurnya.
Ah....... dari jendela kuperhatikan si sulungku sedang menjawab pertanyaan calon ustadzahnya dengan malu-malu.Sepertinya dia akan di tes membaca.
Ngomong-ngomong tentang membaca, ingatanku melayang ke beberapa tahun yang lalu......

***

Saat tren Homeschooling  marak dibahas di media-media,saat itu aku masih lajang dan mengikuti bahasannya tanpa pernah terfikir akan mengamalkannya atau tidak kelak.Namun,beberapa tahun kemudian saat aku sudah memiliki Wafa dan menikmati keseharian bersamanya,hatiku tergelitik untuk mengulang lagi membaca tentang homeschooling.Juga kisah  H.Agus Salim yang menyekolahkan anaknya di rumahnya sendiri,dan beberapa contoh orang tua lain yang telah melakukannya.Kemudian  aku tertarik untuk mempraktekkan konsep "sekolah rumah" itu bagi pendidikan anakku.Padahal saat itu Wafa baru berumur 1 tahun. Kubayangkan,kelak dia tidak perlu disekolahkan ke PAUD bahkan SD sekalipun.Cukup aku saja yang mengajarinya di rumah.
Dari beberapa bacaan kucoba menyusun panduan,kurikulum yang terarah untuk bekal mengajar dan mendidiknya kelak.Suatu ketika saat berdiskusi dengan teman-teman,seorang teman yang profesinya  guru PAUD menyatakan bahwa homeschooling agak ribet dilakukan.Dan pasti kita membutuhkan orang lain untuk menjadi guru bagi mata pelajaran yang kita kurang menguasainya.Untuk kelak mendapatkan ijazah pun,perlu tes persamaan dan lain-lain untuk memperoleh keabsahan hasilnya.Aku jadi berfikir ulang,apakah aku bisa total? 
Kemudian keraguan menyergapku,terutama keraguan akan kemampuan diri sendiri (he..he..ngaku deh...).
Okelah,kalaupun tak sampai SD, melewati PAUD pun jadilah.
Ternyata...saat Wafa berumur 2 tahun,Alhamdulillah dapat rezeki adik baru.Otomatis perhatian terbagi.Namun,membelikan buku-buku,kaset dan mainan edukasi  untuk Wafa tak berkurang.Hingga suatu ketika,di majalah aku menemukan sebuah promosi kaset yang berisi lagu-lagu pengenalan huruf untuk anak pra sekolah. Tak susah mencarinya di toko.Berharap,dengan kaset ini minatnya membaca muncul.Apalagi bersama paket disertakan kartu flash pengenalan huruf .Mulailah aku bereksperimen dengan memanfaatkan suasana bermain.Tak susah mengarahkannya karena konsepnya dengan lagu.
Tak memakan waktu setahun,Wafa sudah mengenal huruf dan mulai memperlihatkan kemajuan.Semangat?tentu saja!
Tetapi,idealismeku runtuh juga.Saat Wafa berumur 4 tahun,seorang teman yang mengelola sebuah PAUD di dekat rumah membujuk  agar Wafa beserta anak-anak tetangga yang lain bersekolah di sana. Akhirnya,jadi juga Wafa bersekolah namun hanya sekitar 5 bulan.Dia mogok  dan memilih menghabiskan pagi harinya di rumah.
Ketika Wafa berumur 5 tahun, saat itulah kami pindah rumah ke kompleks yang penghuninya 'minim' anak kecil..Teman bermainnya hanya Jundi dan Zaki (lahir saat Jundi 2 tahun) adiknya.Kelihatannya ia bosan dan merasa kurang teman.Akhirnya......mimpi homeschooling hanya tinggal mimpi.
pernah kucoba membujuk ;"kakak... sekolah di rumah saja ya,ummi yang ajarin"...saat itu pula aku sudah mulai ragu!
Sudahlah,biarlah...sang anak perlu juga sebuah lingkungan yang beraneka,banyak teman yang ceria,serta guru yang berbeda-beda.Selain itu, "guru" yang di rumah sepertinya kurang disegani yah..he..he..
Kami putuskan menyekolahkannya di TK yang terdekat dengan kompleks.Dan kadang dalam proses belajar mengajar 'kuintip' teknik gurunya dan apa saja yang diajarkannya.Akhirnya aku menyimpulkan,belajar membaca harus diteruskan di rumah.Karena,akulah guru yang mendampinginya selama 21 jam di rumah.Aku bertekad meneruskan metoda lyang kupakai.Salah satu teknik yang telah kami lakukan adalah "mengepung" anak dengan buku,membacakannya buku dan tak bosan membelikannya buku .Wafa menjadi anak yang suka buku.
Sewaktu  berulangtahun ditanya :"Kakak mau kado apa?"
"..buku!!"lantangnya 
Alhamdulillah,satu semester di TK Wafa sudah bisa membaca.
Sewaktu ibu gurunya bertanya:"Siapa yang ngajarin Wafa membaca?kok sudah pintar?"
"Ummi!"jawabnya lantang.
*bangga dikit nih..:)*
Yang juga sering terjadi:
Saat dia berkata"Mi,bacain cerita mi...?"
Kujawab: "kakak kan sudah bisa baca sendiri..."
*dia menggerutu,tapi tetap melanjutkan membaca*
Kenapa bagiku anak perlu cepat pandai membaca? karena banyak hal lain yang menanti untuk dipelajarinya.Dengan membaca dia jadi banyak bertanya arti kosa kata yang baru diketahuinya dari bacaan. Dengan membaca dia jadi mudah mengikuti suatu kisah.
Setelah dijalani , ternyata tak sulit melakukannya asalkan kita fokus.Namun kita perlu menyesuaikan juga dengan tahap usia dan kondisi sang anak.Karena kebiasaan dan sifat  yang berbeda pada tiap anak maka berbeda pula pola pendekatan dan pengajarannya .Ini  baru satu bagian,membaca.Belum lagi mengaji,berhitung,,menulis dan yang lainnya.

***


Tersadar aku kembali  dari sepenggal kisah ,menatap ke dalam ruangan kelas.Sepertinya tes membaca sudah selesai.Selanjutnya tes mengaji....
Kutatap lagi bidadari mungilku,sudah mulai menyatu ceria dengan ustadzah dan calon kawan-kawannya. Duhai,semua berlalu tanpa terasa ya Allah...Si sulung sudah hendak menjadi gadis.Tugas yang semakin besar menanti kami orangtuanya agar bisa menjaganya dan adik-adiknya dengan upaya terbaik kami.Bantu dan kuatkan kami Ya Rabbana..Amin.









Senin, 16 Mei 2011

Kenangan di Pasaman


Agustus 2004,aku menyusul suamiku untuk menetap di Pasaman.setelah resmi mengikatkan pernikahan tentu saja aku harus selalu ada bersamanya dalam segala kondisi.Walaupun ditawarkan untuk tinggal disebuah pemukiman dekat perkotaan,aku memilih untuk mengikutinya tinggal di hutan.Hutan??....ya..hutan.mungkin kata itu yang tepat untuk melukiskan lokasi baru yang kutemui.Bukan hutan dalam artian sebenarnya.karena di sana tak ada pohon besar dan tinggi ataupun binatang  buasnya.Sejauh mata memandang dari perbukitan perumahan staf,yang tampak hanya pepohonan sawit yang baru berumur setahun dan belum dipanen buah pasirnya.Menurut infonya sih,luas afdeling yang menjadi tanggung jawab suamiku sekitar 1200 ha.Seluas apa itu ya??.Karena lahan ini merupakan Land Clearing maka belum terdapat yang namanya pabrik pengolahan sawit atau pemukiman ramai dan ..tempat belanja!So,untuk membeli kebutuhan sekali seminggu memborong ke sebuah kota kecil,Ujung Gading yang berjarak sekitar 30 km dari lokasi kami tinggal. Membayangkan serta merasakan tinggal di sebuah afdeling yang terdiri dari 4 buah rumah staf dan 1 barak pekerja tak terasa menjadi beban bagiku.Sebagai lulusan Fak.Pertanian yang biasa tugas ke ladang (ehm...)ini kurasakan sebagai sebuah tempaan.Hanya bedanya, bukan lahan petani konvensional namun lahannya para kapitalis.
Hingga,saat aku baru tinggal sebulan di sana tibalah saat mengejutkan itu.Isu-isu beberapa minggu terakhir,demonstrasi masyarakat desa sebelah akhirnya terjadi juga.
Siang jam 11,saat suamiku pulang ke mess.Waktu  untuk makan siang masih jauh,ternyata dia membawa berita bahwa isunya akan ada serangan dari massa.Belum lama kami berdiskusi kemungkinan itu,dari bukit belakang rumah terdengar suara sorak sorai.Aku sontak mengintip dari lubang angin di kamar mandi dan sangat terkejut melihat banyaknya orang menuruni bukit dengan wajah amarah dengan parang terancung di tangan!

Astaghfirullah....lututku gemetar langsung aku memberitahu suamiku.Belum sempat dia melihat,pintu rumah digedor kuat diiringi sorak-sorai mereka berkumpul.Dengan berani dia membuka pintu dan bertanya dengan tenang kepada bapak-bapak yang mungkin jumlahnya ada 50 orang itu.Tapi,namanya menghadapi singa marah,mereka tak peduli penjelasan, kami diperintahkannya mengeluarkan semua barang-barang kami karena rumah akan di bakar!.
Anehnya ,melihat mereka masuk ke rumah....membantu mengeluarkan barang kami yang tak seberapa...ketakutanku berkurang.Kumasuki kamar dan kutumpahkan semua barang yang dianggap penting ke atas sprei dan kugulung semuanya dalam ikatan sprei.Kuseret keluar,para demonstran membantu mengeluarkan tempat tidur.Sebenarnya sih nggak mengeluarkan namanya tapi merusaknya.Mana coba,tempat tidur di patah 4 lalu dilemparkan keluar.Kupandangi dipan baru itu dengan sedih...duh...dipan nasibmu kini.
Seorang demonstran yang sudah agak tua mengatakan:
"tidak usah takut ibu,kami tidak akan melukai para karyawan.Kami hanya marah ke perusahaan yang telah merampas lahan kami tanpa kejelasan"
Lalu bapak tersebut menjangkau lubang angin kamar dan memberi kepadaku sesuatu.
"Ini dompet ibu..hampir ketinggalan"katanya.duh...Rabbi ini bukan dompet tapi Al-Qur;an yang pakai sampul persis dompet.
Saat semua barang telah keluar rumah,dengan beringas mereka melempari rumah dengan "bom" botol isi minyak tanah yang telah dipersiapkannya.
Api pun membumbung membakar 4 rumah staf yang berjejer.Tak membutuhkan waktu lama menghabiskannya karena bangunan itu semi permanen.
Saat itulah segala kesedihanku memuncak,dan... aku menangis.Bukan menangisi rumah tersebut tapi menangisi sebuah anarkisme yang membuat matahati tertutupi.
Saat mereka akan beranjak menuju barak karyawan yang terletak 200 meter di depan rumah kami,seseorang dari mereka melemparkan bom yang tersisa ke arah motor dinas suamiku.Api pun membakar dan tak ada yang berani memadamkannya karena takut meledak.Kami hanya menatap dengan tergugu.Saat itulah kami dan para karyawan yang kebanyakan dari pulau Nias berkumpul di antara onggokan bara kayu yang mulai menyisakan asap.Kemana kami akan pergi.??

Di tengah kekacauan,kami shalat Zuhur di antara puing-puing.Aku hanya bisa mengelus janin di perutku yang baru berusia 1 bulan.
"Sabar ya nak..ini cobaan bagi kita agar kita bisa lebih kuat lagi.Umi janji nggak akan sedih agar anak umi nggak sedih juga."
Waktu pun menuju malam,kami ditampung di sebuah pondok tak berlampu milik seorang operator alat berat yang agak tersembunyi.karena kantor perusahaan dan rumah para GM  mereka bakar juga....Si Mister(biasa kami menyebut si manejer) pun di selamatkan ke luar kebun oleh satpam.Karena kalau tidak,bisa jadi sate tuh Mister karena dia malah sembunyi di rumahnya.

Persoalan pun makin rumit karena para demonstran "Hilang satu-satu tengah malam".Tentu saja,para intel telah disebarkan di desa sebelah.
Densus....eh...Brimob..eh..apalah gitu petugas yang berpakaian loreng2 berjaga siang malam  di areal perusahaan menjaga kantor yang sudah rata diiringi aroma pupuk hangus dari eks.gudang yang telah menjadi arang.
Saat itu kami memutuskan mencari kontrakan di Ujung Gading,dan menjadi cemas ketika malam suami agak terlambat pulang karena takut "hilang "juga.Karena banyak isu berseliweran,termasuk penangkapan balik demonstran terhadap karyawan kebun.Saat itu hanya Allah lah tempat mengadu di tengah ketidak pastian.Tapi ternyata dia sering terlambat pulang karena menanti tumpangan karena kendaraan andalannya telah tewas terpanggang.:(
Walaupun di tawarkan untuk pulang sementara ke rumah mertua,aku tetap ingin tinggal di sana.
Kabar yang kudengar,saat kejadian sebenarnya para staf mencari selamat masing2 karena takut dijadikan sasaran tapi suamiku malah pulang mendampingiku.Takut terjadi apa-apa dengan diriku.Dan akupun tak ingin meninggalkannya saat seperti ini. 
Walaupun kejadian ini sekarang menjadi sekedar kenangan,namun banyak hikmah yang bisa kupetik.salah satunya:nyata benar konflik ini dilatari kepentingan banyak pihak.Banyak konspirasi di dalamnya.Tak peduli mengorbankan orang,memutarbalikkan keadaan dan akhirnya petani kecillah yang menjadi korban dari kepentingan kapitalisme, imperialisme dan kolonialisme...(eehh...kok kayak pelajaran sejarah smu ya?).
Kenapa saat itu hatiku berpihak kepada petani-petani itu? mereka yang telah bertahun-tahun bekerja menjadikan hutan menjadi sebuah keceriaan.Mereka yang rela di transmigrasi dari kampung halamannya untuk sebuah penghidupan.Semangat mereka mempertahankan tanah garapannya kalah oleh rumitnya sebuah  HGU *Hak Guna Usaha*.
Tapi,inilah ternyata yang mesti terjadi.Usaha pendampingan hukum bagi mereka tak semulus keinginan semua.Masyarakat terkesan berani-berani takut.Tapi sebenarnya mesti ada pendampingan bagi pembelaan hak-hak mereka.
Tapi inilah yang mesti terjadi.Lahan yang mereka kelola dengan bebasnya dianggap terlarang untuk dilanjutkan pengelolannya karena akan merusak hutan,namun tak terlarang jika pengelolaan tersebut diserahkan kepada Perusahaan perkebunan.
Kasus seperti ini sering terjadi kepada petani-petani kita di daerah mana saja.Namun,yang menggembirakan,mereka tak sedikit yang mati-matian menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya dengan harapan akan menjadi pencerah bagi lingkungannya.Mengabdi dan membangun desanya menjadi semakin maju dan diperhitungkan.
dan,di sinilah aku sekarang....mengenang secuil kisah kenangan yang menginspirasi.

Jumat, 29 April 2011

Seringkali kita terjebak

Tanpa disadari,seringkali kita terjebak pada situasi yang tidak kita inginkan.Dan acapkali tindakan yang kita ambil hanyalah diam dan diam.Tak ada upaya untuk merubah keadaan dengan dalih tak sanggup,percuma dan tak ingin.Sampai kapan kita hanya memilih tindakan diam?ingatlah,saat kita berbuat maksimal maka bagaimanapun hasilnya setidaknya kita sedikit merasa ringan karena kita telah berbuat .Mari,berbuat yang terbaik walaupun sekelilingmu akan mengucilkanmu.

Kamis, 28 April 2011

Menjadi pribadi yang bermanfaat

Tepat di 28 April 2011....

Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

Kadangkala kita terlarut pada pusaran waktu yang semakin bergelut.Tersadar hanya jika senja telah menyambut.Tatkala diri terhentak,lingkaran waktu tak berubah masa ke masa.Terbayang ,andai waktu ini termanfaatkan maksimal dan optimal,alamat banyak kreasi  tercipta tak hanya satu dua namun semesta.

Kesempatan kedua di Apresiasi GTK 2023

 Seolah rendezvous, aku menatap Bandara Internasional Minangkabau pagi itu, 20 November 2023. Sementara hiruk pikuk rombongan Apresiasi GTK ...