Jumat, 09 Desember 2022

Perdana setelah 18 tahun

 'Apa sih enaknya naik gunung? sudah capek naik eh... turun lagi."

Itulah kesan awalku saat diajak suami naik gunung.

Awal menikah di tahun 2004, dia yang hobi mendaki entah kenapa mau mengajakku yang agak pemalas  ini.

Aku ingat ajakan itu sudah ada ketika baru sebulan kami menikah.Mungkin maksudnya ingin se frekuensi,hi.hi..

Eh, bulan depannya ternyata aku sudah positif hamil , melahirkan, punya bayi dan tak sampai 2 tahun sudah hamil lagi!

Dan begitulah hingga  18 tahun kemudian. Hingga anak-anak telah berjumlah 5 orang.Sekarang si bungsu sudah berusia 5 tahun.

Sedangkan dia tetap dengan hobinya. Setidaknya 2 kali setahun dia mendaki, tentu saja bersama teman dan tim nya.

Aku masih setia sebagai tim motivator (ciee...) dan penyiapan logistik dari rumah (Maksudnya, masak teribol - tau kan apa itu teribol?-dan ransum lainnya) juga sebagai orang yang memantau dia apakah pulang dengan selamat.

Nah, kenapa tiba-tiba dapat hidayah?Aiihh..

Itu karena musim bunga yang melanda sejak tahun 2020.

Wabah Covid-19 membuat kita harus stay di rumah. Untung ada internet. Kegemaran baruku adalah bertanam bunga. Termasuk bunga Anggrek.

Keseringan googling dan nonton Youtube, aku jadi keranjingan beli anggrek. Beli yang hampir berbunga dan bahkan botolan pun kubeli. Tapi yah begitulah, ada yang bertahan dan ada yang gagal.

Nah..rasa penasaran muncul, apakah di hutan ada anggrek?Kata suami, ada.

Itulah motivasi utamaku di samping khayalan dari semua cerita dia tentang gunung.

Sepertinya harus melihat langsung!

Juni 2022, itulah perdana aku mendaki gunung. Dengan suami sebagai personal guide -ku yang memilihkan persiapan bagi pendaki pemula ini.hihi..Ke Marapi saja, katanya, ramah bagi pendaki pemula.

Mobil bisa mendaki hingga ke posko tempat kita melapor. Dari Koto Baru sekitar setengah jam kita akan melewati jalan kecil pas mobil di tengah ladang sayur.Sesudah melapor ke Posko ,kami pun mulai mendaki.


Siapkan minum yang cukup. Pengalamanku setia membawa Pocari Sweat, terbukti lebih bertenaga.
Letih? berhenti dulu...ngopi...



Karena gak faham cara pasang tenda, aku hanya jadi penonton saja.


Selfi ,senangnya ketemu edelweis ,walaupun belum mekar,tetap indah.



Alhamdulillah..dari lokasi posko menjelang tengah hari, kamipun sampai di lokasi perkemahan (cadas) sekitar lepas asar. Sesudah memasang tenda, kamipun memasak nasi dan makan bekal. Malam terasa begitu cerahnya.Namun saat terbangun di dini hari, angin bertiup kencang,terasa ada badai.

 Sesudah shalat subuh dalam tenda, kami menunggu saat yang tepat menuju puncak.Namun  angin masih kencang dan kabut tebal. Jam 7 kami mencoba melangkah menuju puncak melewati batuan cadas di tenbgah kabut tebal.Namun belum sampai separuh jalan kamipun memutuskan berhenti. 

 

Sebenarnya aku yang minta. Karena tujuan ke puncak ingin melihat pemandangan,kalau kabut yaa mana nampak. Itu menurutku. Dan untuk menunggu kabut pergi kayaknya agak lama gitu .Oke deh,,.kita memutuskan turun lagi ke tenda. Sekitar jam 10 kami bongkar tenda dan turun untuk bersiap pulang.

Bagaimana fisik pendaki pemula berumur 42 tahun ini? hihi..Alhamdulillah masih diberi Allah kekuatan.

Kaki aman dari cedera (mungkin karena sering jalan kaki).Jantung aman.

Mungkin karena perjalanan hepi, sepanjang jalan aku hanya celingak-celinguk kanan-kiri-atas mencari jejak bunga Anggrek!

Dan baru tersadar bahwa anggrek hutan itu langka , beibi....Pastinya ada di bagian terdalam hutan yang masih terjaga habitatnya.Kalau jalur pendakian kan sudah jalur terbuka, ada juga sih tanaman hutan lainnya yang membuat pemandangan semakin takjub. Seperti pohon besar ini.

 

Yah..itulah hakikat menjelajah alam. Mengenal kuasa Allah dan membawa berzikir. Dan yang abadi dibawa pulang adalah kenangan dan foto untuk dipamerkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kesempatan kedua di Apresiasi GTK 2023

 Seolah rendezvous, aku menatap Bandara Internasional Minangkabau pagi itu, 20 November 2023. Sementara hiruk pikuk rombongan Apresiasi GTK ...