Di suatu sore saat duduk termangu menunggu matahari terbenam, mendadak muncul di benakku keinginan memiliki sebuah perpustakaan untuk anak-anak.Dan,ide-ide segar pun berseliweran saat itu.Tidak hanya pustaka hendaknya, namun lebih sebagai wahana belajar segala hal bagi peningkatan pengetahuan anak-anak.Misalnya, baca dongeng,wisata ilmu,dan yang lainnya. Kenapa muncul keinginan seperti itu?tak lain tak bukan adalah lingkungan yang memunculkannya.Di lingkungan tempat kami tinggal merupakan pemukiman yang terdapat banyak anak-anak.Di tiap rumah minimal memiliki anak lebih dari 2 orang dan umurnya berkisaran 2-15 tahun. jika sedang berkumpul sesama mereka bisa melebihi 30 anak jumlahnya.Anak-anak sering bermain ke rumah dan bermain dengan anak-anakku. Banyak nikmatnya lingkungan yang dipenuhi anak-anak.Walaupun mereka seringkali bising dan membuat 'kekacauan' namun lebih banyak nilai persahabatannya.
Mereka semua bersekolah dan seperti kebanyakan anak-anak lainnya siang hari mereka memiliki banyak waktu bermain. Dalam pandanganku,permainan yang sering mereka lakukan hanya permainan yang menguras energi dan minim nilai pendidikannya. Bukan game online,karena di sana belum ada warnet dan Play Station.Mereka jarang sekali belajar bersama kecuali ada PR yang memang tak bisa dikerjakan sendiri di rumah.Padaha kalau dibandingkan di beberapa tempat, seusia mereka sudah disibukkan dengan les matematika,les bahasa,les musik,les renang dan les-les lainnya.Dan di sini, kegiatan menyenangkan adalah bermain dan bermain!Khayalku melayang....ah...seandainya mereka memiliki tempat alternatif menambah ilmu...
Aha!!....bagaimana dengan pustaka? mendadak muncul ide tersebut.Karena membaca salah satu sarana manusia untuk memiliki ilmu. Bukalah sebuah buku,maka akan terbentang dunia di depanmu untuk dijelajahi..(kira-kira begitulah kesannya kalau didramatisir..he..he..) .Teringatku masa ketika aku seusia mereka, hasrat untuk membaca terbentur pada minimnya bahan bacaan untuk kulahap. Walaupun itu bacaan apa saja.Tapi umumnya buku cerita atau majalah.Situasi dan kondisi ekonomi yang tak terlalu memungkinkan untuk selalu membeli buku.Namun saat itu aku tak kehilangan akal, setiap tanggal terbit majalah B*B*,aku akan mendekati seorang teman yang berlangganan untuk menjemput majalah di Toko Buku Aneka Ragam dan mendaftar sebagai peminjam pertama.Dan bersyukur,aku memiliki seorang saudara petugas perpustakaan sekolah di MAN Sidikalang.Dengan begitu aku bisa meminjam buku secara tak langsung melaluinya.Hingga ketika masa SMP,aku mulai mengenal taman bacaan yang menyewakan segala macam bacaan.Walaupun kebanyakan komik dan majalah namun aku menjadi pelanggan tetap hingga Smu.Saat itu di rumah kami berlangganan koran,kadangkala ayah membeli majalah Tempo,Gatra.
Hingga saat aku ditakdirkan menuntut ilmu di Padang, tempat pertama yang menakjubkan adalah Perpustakaan Wilayah.Selama 5 tahun jadi anggota,3 kantong peminjaman tak pernah pulang ke rumah kecuali libur semester.Serasa di dunia baru!semua jenis buku ada. Mulai dari biografi tokoh sampai serial Lupus yang dulunya hanya bisa kupinjam dari teman-teman. Dan tenggelam di dunia buku kalau sedang tak ada kuliah adalah hal yang paling kunantikan. Selain itu tentunya adalah "cuci mata " di toko buku!
Yah...membaca memang menyenangkan.Dengan membaca kita kaya akan kosa kata.Dengan buku kita mengenal lebih dekat sisi lain dari dunia.Hingga aku menyadari,kurangnya minat baca anak-anak di lingkunganku sekarang dikarenakan sarana yang tak tersedia.Kucoba melihat perpustakaan keluarga yang kami bina di rumah sendiri,isinya kebanyakan buku-buku "serius" yang anak-anak mungkin tidak faham membacanya.
Bismillah....dengan memakai nama yayasan yang kami punya,aku mulai menyusun proposal dana untuk menambah modalku membuat perpustakaan nantinya.Alhamdulillah...sedikit demi sedikit terkumpul buku sejak dari ensiklopedia,buku cerita,novel remaja,novel anak hingga komik Doraemon dan Detectif Conan.Juga kusertakan majalah untuk anak-anak di dalamnya.Mengenai tempat tidak masalah yang penting adalah bukunya.Anak-anak yang sudah kuberitahu menyambut antusias rencana itu.Dan pada bulan Agustus 2009 resmi kubuka perpustakaan tersebut dan membebaskan anak-anak membaca di sana.Prinsip yang kumiliki, biarkanlah buku-buku tersebut kumal karena sering dibaca daripada tersimpan rapi dan angkuh di dalam etalase terkunci.Mereka diberi tanggung jawab memelihara buku dan merawatnya seperti milik sendiri
Namun,sejak terjadinya gempa 30 September 2009 yang lalu, rumah kurang kondusif lagi dijadikan sebagai pustaka. Sebab beberapa bagian rumah retak, penuh debu dan riskan bagi anak-anak.Saat kami mendapat bantuan rumah senyum dari sebuah NGO,kami memindahkan buku-buku ke sana.Dan itupun tidak berlangsung lama karena rumah kayu tersebut dimasuki tikus-tikus yang kukhawatirkan memakan buku yang berjejer rapi di rak.Akhirnya kini,buku-buku tersebut kami simpan dalam lemari kaca di dalam rumah.Barangsiapa yang ingin meminjamnya boleh di bawa pulang ke rumah untuk waktu beberapa hari.
Kondisi ini masih menyisakan ketidak puasan di hatiku.Aku masih ingin menambah buku perpustakaan kami dan melaksanakan program-program pembelajaran di dalamnya.Sejauh ini masalah yang terbesar adalah dana dan tempat yang kondusif.Namun,harapan itu harus tetap ada.InsyaALLAH ke depannya aku akan tetap berbuat walau tidak banyak.