Minggu, 29 Mei 2011

OUR LOVELY LIBRARY

Di suatu sore saat duduk termangu menunggu matahari terbenam,  mendadak muncul di benakku  keinginan memiliki sebuah perpustakaan untuk anak-anak.Dan,ide-ide segar pun berseliweran saat itu.Tidak hanya pustaka hendaknya, namun lebih sebagai wahana belajar segala hal bagi peningkatan pengetahuan anak-anak.Misalnya, baca dongeng,wisata ilmu,dan yang lainnya. Kenapa muncul keinginan seperti itu?tak lain tak bukan adalah lingkungan yang memunculkannya.Di lingkungan tempat kami tinggal  merupakan pemukiman yang terdapat banyak anak-anak.Di tiap rumah minimal memiliki anak lebih dari 2 orang dan umurnya berkisaran 2-15 tahun. jika sedang berkumpul sesama mereka bisa melebihi 30 anak jumlahnya.Anak-anak sering bermain ke rumah dan bermain dengan anak-anakku. Banyak nikmatnya lingkungan yang dipenuhi anak-anak.Walaupun mereka seringkali bising dan membuat 'kekacauan' namun lebih banyak nilai persahabatannya.

Mereka semua bersekolah dan seperti kebanyakan anak-anak lainnya siang hari mereka memiliki banyak waktu bermain. Dalam pandanganku,permainan yang sering mereka lakukan  hanya permainan yang menguras energi dan minim nilai pendidikannya. Bukan  game online,karena di sana belum ada warnet dan Play Station.Mereka jarang sekali belajar bersama kecuali ada PR yang memang tak bisa dikerjakan sendiri di rumah.Padaha kalau dibandingkan di beberapa tempat, seusia mereka sudah disibukkan dengan les matematika,les bahasa,les musik,les renang dan les-les lainnya.Dan di sini, kegiatan menyenangkan adalah bermain dan bermain!Khayalku melayang....ah...seandainya  mereka memiliki tempat alternatif menambah ilmu...

Aha!!....bagaimana dengan pustaka? mendadak muncul ide tersebut.Karena membaca salah satu sarana manusia untuk memiliki ilmu. Bukalah sebuah  buku,maka akan terbentang dunia di depanmu untuk dijelajahi..(kira-kira begitulah kesannya kalau didramatisir..he..he..) .Teringatku masa ketika aku seusia mereka, hasrat untuk membaca terbentur pada minimnya bahan bacaan  untuk kulahap. Walaupun itu bacaan apa saja.Tapi umumnya buku cerita atau majalah.Situasi dan kondisi ekonomi yang tak terlalu memungkinkan untuk selalu membeli buku.Namun saat itu aku tak kehilangan akal, setiap tanggal terbit majalah B*B*,aku akan mendekati seorang teman yang berlangganan untuk menjemput majalah di Toko Buku Aneka Ragam dan mendaftar sebagai peminjam pertama.Dan bersyukur,aku memiliki seorang saudara petugas perpustakaan sekolah di MAN Sidikalang.Dengan begitu aku bisa meminjam buku secara tak langsung melaluinya.Hingga ketika masa SMP,aku mulai mengenal taman bacaan yang menyewakan segala macam bacaan.Walaupun kebanyakan komik dan majalah namun aku menjadi pelanggan tetap hingga Smu.Saat itu di rumah kami berlangganan koran,kadangkala ayah membeli majalah Tempo,Gatra.

Hingga saat aku ditakdirkan menuntut ilmu di Padang, tempat pertama yang menakjubkan adalah Perpustakaan Wilayah.Selama 5 tahun jadi anggota,3 kantong peminjaman tak pernah pulang ke rumah kecuali libur semester.Serasa di dunia baru!semua jenis buku ada. Mulai dari biografi tokoh sampai serial Lupus yang dulunya hanya bisa kupinjam dari teman-teman. Dan tenggelam di dunia buku kalau sedang tak ada kuliah adalah hal  yang paling kunantikan. Selain itu tentunya adalah "cuci mata " di toko buku!

Yah...membaca memang menyenangkan.Dengan membaca kita kaya akan kosa kata.Dengan buku kita mengenal lebih dekat sisi lain dari dunia.Hingga aku menyadari,kurangnya minat baca anak-anak di lingkunganku sekarang dikarenakan sarana yang tak tersedia.Kucoba melihat perpustakaan keluarga yang kami bina di rumah sendiri,isinya kebanyakan buku-buku "serius" yang anak-anak mungkin tidak faham membacanya.

Bismillah....dengan memakai nama yayasan yang kami punya,aku mulai menyusun proposal dana untuk menambah modalku membuat perpustakaan nantinya.Alhamdulillah...sedikit demi sedikit terkumpul buku sejak dari ensiklopedia,buku cerita,novel remaja,novel anak hingga komik Doraemon dan Detectif Conan.Juga kusertakan majalah  untuk anak-anak di dalamnya.Mengenai tempat tidak masalah yang penting adalah bukunya.Anak-anak yang sudah kuberitahu menyambut antusias rencana itu.Dan pada bulan Agustus 2009 resmi kubuka perpustakaan tersebut dan membebaskan anak-anak membaca di sana.Prinsip yang kumiliki, biarkanlah buku-buku tersebut kumal karena sering dibaca daripada tersimpan rapi dan angkuh di dalam etalase terkunci.Mereka diberi tanggung jawab memelihara buku dan merawatnya seperti milik sendiri

Namun,sejak terjadinya gempa 30 September 2009 yang lalu, rumah kurang kondusif lagi dijadikan sebagai pustaka. Sebab beberapa bagian rumah retak, penuh debu dan riskan bagi anak-anak.Saat kami mendapat bantuan rumah senyum dari sebuah NGO,kami memindahkan buku-buku ke sana.Dan itupun tidak berlangsung lama karena rumah kayu tersebut dimasuki tikus-tikus yang kukhawatirkan memakan buku yang berjejer rapi di rak.Akhirnya kini,buku-buku tersebut kami simpan dalam lemari kaca di dalam rumah.Barangsiapa yang ingin meminjamnya boleh di bawa pulang ke rumah untuk waktu beberapa hari.

Kondisi ini masih menyisakan ketidak puasan di hatiku.Aku masih ingin menambah buku perpustakaan kami dan melaksanakan program-program pembelajaran di dalamnya.Sejauh ini masalah yang terbesar adalah dana dan tempat yang kondusif.Namun,harapan itu harus tetap ada.InsyaALLAH ke depannya aku akan tetap berbuat walau tidak banyak.



Selasa, 24 Mei 2011

Sesuatu yang baru...

Orang yang tinggal di daerah pesisir, tepatnya pinggir pantai,kita diberi Allah SWT kesempatan menyaksikan mahakarya  berupa view lautan yang tak terbatas dalam pandangan. Kita juga diberi kesempatan menyaksikan sunrise dan sunset dalam berbagai pola lukisan.Terkadang sunset dilatari semburat jingga langit senja.Sesekali sang surya berangkat ke peraduannya diiringi lazuardi yang mengelam.Nikmat itu tampak di depan mata tapi seringkali terlupakan sebagai nikmat karena terbiasa disaksikan.
Begitu juga dengan benda-benda "peninggalan" yang sering terdampar di tepi pantai.Kenapa dikatakan peninggalan,karena sebagian merupakan benda-benda mati yang tak berarti bagi orang kebanyakan.Contohnya;rumah siput laut (disini biasa disebut sarang umang-umang),terumbu karang yang telah mati,dan cangkang kerang.Semua berserakan tak berguna.
Sebagai 'orang gunung' yang sekarang tinggal di pesisir,bagiku ini adalah sesuatu yang berbeda.Kenapa dulu sering membeli souvenir kerang mahal-mahal padahal di sini dia malah berserakan.Malah terkesan sampah bagi masyarakat.Ternyata kuncinya adalah ide dan hasil karya.
Maka,tak salah rasanya kucoba juga membuat 'karya' yang gratis dan dinikmati sendiri pula.berikut contohnya:




Walaupun tak terlalu indah dan tak terlalu profesional,namun dengan pe-de,kugantungkan juga di dinding rumah untuk dipandang mata.

Dan,keindahan pulau-pulau kecil di sepanjang pesisir barat Sumatera menaburkan putihnya pasir laut yang masih belum terkotori oleh sampah-sampah manusia.Edisi pasir berikut ini berakhir di gelas bekas setelah diberi warna-warni menarik hati.



Kepuasan hati adalah ketika tangan dapat membuat sesuatu yang baru dari hal-hal yang tak berguna lagi.Apalagi jika mata memandangnya teringat semua kepada ciptaanNYA.

Sesuatu yang baru tak harus dibeli,dan sesuatu yang baru tak harus mahal.
*ada yang tau nggak cara memutar foto yang terakhir agar tampilannya tegak?*he..he..maklum...baru belajar.

Sabtu, 21 Mei 2011

Siang tadi di 21 Mei 2011

Siang ini, aku dan suami mengantarkan si sulung Wafa ikut tes masuk di SD dambaannya, SDIT Mutiara.Dikatakan "dambaannya" mungkin tak sepenuhnya benar.Karena setahun yang lalu "promotornya" yaitu kami,abi dan uminya sudah mulai mengompori Wafa dengan segala cerita tentang SD itu.Yang jelas,akhirnya dia memang menginginkan sendiri untuk menjadi murid di sana.
Sebagaimana seperti kebanyakan orangtua yang anaknya baru masuk sekolah,keharuan menyergapku....si kakak sudah besar rupanya.Tak terasa sudah 6 tahun umurnya.
Ah....... dari jendela kuperhatikan si sulungku sedang menjawab pertanyaan calon ustadzahnya dengan malu-malu.Sepertinya dia akan di tes membaca.
Ngomong-ngomong tentang membaca, ingatanku melayang ke beberapa tahun yang lalu......

***

Saat tren Homeschooling  marak dibahas di media-media,saat itu aku masih lajang dan mengikuti bahasannya tanpa pernah terfikir akan mengamalkannya atau tidak kelak.Namun,beberapa tahun kemudian saat aku sudah memiliki Wafa dan menikmati keseharian bersamanya,hatiku tergelitik untuk mengulang lagi membaca tentang homeschooling.Juga kisah  H.Agus Salim yang menyekolahkan anaknya di rumahnya sendiri,dan beberapa contoh orang tua lain yang telah melakukannya.Kemudian  aku tertarik untuk mempraktekkan konsep "sekolah rumah" itu bagi pendidikan anakku.Padahal saat itu Wafa baru berumur 1 tahun. Kubayangkan,kelak dia tidak perlu disekolahkan ke PAUD bahkan SD sekalipun.Cukup aku saja yang mengajarinya di rumah.
Dari beberapa bacaan kucoba menyusun panduan,kurikulum yang terarah untuk bekal mengajar dan mendidiknya kelak.Suatu ketika saat berdiskusi dengan teman-teman,seorang teman yang profesinya  guru PAUD menyatakan bahwa homeschooling agak ribet dilakukan.Dan pasti kita membutuhkan orang lain untuk menjadi guru bagi mata pelajaran yang kita kurang menguasainya.Untuk kelak mendapatkan ijazah pun,perlu tes persamaan dan lain-lain untuk memperoleh keabsahan hasilnya.Aku jadi berfikir ulang,apakah aku bisa total? 
Kemudian keraguan menyergapku,terutama keraguan akan kemampuan diri sendiri (he..he..ngaku deh...).
Okelah,kalaupun tak sampai SD, melewati PAUD pun jadilah.
Ternyata...saat Wafa berumur 2 tahun,Alhamdulillah dapat rezeki adik baru.Otomatis perhatian terbagi.Namun,membelikan buku-buku,kaset dan mainan edukasi  untuk Wafa tak berkurang.Hingga suatu ketika,di majalah aku menemukan sebuah promosi kaset yang berisi lagu-lagu pengenalan huruf untuk anak pra sekolah. Tak susah mencarinya di toko.Berharap,dengan kaset ini minatnya membaca muncul.Apalagi bersama paket disertakan kartu flash pengenalan huruf .Mulailah aku bereksperimen dengan memanfaatkan suasana bermain.Tak susah mengarahkannya karena konsepnya dengan lagu.
Tak memakan waktu setahun,Wafa sudah mengenal huruf dan mulai memperlihatkan kemajuan.Semangat?tentu saja!
Tetapi,idealismeku runtuh juga.Saat Wafa berumur 4 tahun,seorang teman yang mengelola sebuah PAUD di dekat rumah membujuk  agar Wafa beserta anak-anak tetangga yang lain bersekolah di sana. Akhirnya,jadi juga Wafa bersekolah namun hanya sekitar 5 bulan.Dia mogok  dan memilih menghabiskan pagi harinya di rumah.
Ketika Wafa berumur 5 tahun, saat itulah kami pindah rumah ke kompleks yang penghuninya 'minim' anak kecil..Teman bermainnya hanya Jundi dan Zaki (lahir saat Jundi 2 tahun) adiknya.Kelihatannya ia bosan dan merasa kurang teman.Akhirnya......mimpi homeschooling hanya tinggal mimpi.
pernah kucoba membujuk ;"kakak... sekolah di rumah saja ya,ummi yang ajarin"...saat itu pula aku sudah mulai ragu!
Sudahlah,biarlah...sang anak perlu juga sebuah lingkungan yang beraneka,banyak teman yang ceria,serta guru yang berbeda-beda.Selain itu, "guru" yang di rumah sepertinya kurang disegani yah..he..he..
Kami putuskan menyekolahkannya di TK yang terdekat dengan kompleks.Dan kadang dalam proses belajar mengajar 'kuintip' teknik gurunya dan apa saja yang diajarkannya.Akhirnya aku menyimpulkan,belajar membaca harus diteruskan di rumah.Karena,akulah guru yang mendampinginya selama 21 jam di rumah.Aku bertekad meneruskan metoda lyang kupakai.Salah satu teknik yang telah kami lakukan adalah "mengepung" anak dengan buku,membacakannya buku dan tak bosan membelikannya buku .Wafa menjadi anak yang suka buku.
Sewaktu  berulangtahun ditanya :"Kakak mau kado apa?"
"..buku!!"lantangnya 
Alhamdulillah,satu semester di TK Wafa sudah bisa membaca.
Sewaktu ibu gurunya bertanya:"Siapa yang ngajarin Wafa membaca?kok sudah pintar?"
"Ummi!"jawabnya lantang.
*bangga dikit nih..:)*
Yang juga sering terjadi:
Saat dia berkata"Mi,bacain cerita mi...?"
Kujawab: "kakak kan sudah bisa baca sendiri..."
*dia menggerutu,tapi tetap melanjutkan membaca*
Kenapa bagiku anak perlu cepat pandai membaca? karena banyak hal lain yang menanti untuk dipelajarinya.Dengan membaca dia jadi banyak bertanya arti kosa kata yang baru diketahuinya dari bacaan. Dengan membaca dia jadi mudah mengikuti suatu kisah.
Setelah dijalani , ternyata tak sulit melakukannya asalkan kita fokus.Namun kita perlu menyesuaikan juga dengan tahap usia dan kondisi sang anak.Karena kebiasaan dan sifat  yang berbeda pada tiap anak maka berbeda pula pola pendekatan dan pengajarannya .Ini  baru satu bagian,membaca.Belum lagi mengaji,berhitung,,menulis dan yang lainnya.

***


Tersadar aku kembali  dari sepenggal kisah ,menatap ke dalam ruangan kelas.Sepertinya tes membaca sudah selesai.Selanjutnya tes mengaji....
Kutatap lagi bidadari mungilku,sudah mulai menyatu ceria dengan ustadzah dan calon kawan-kawannya. Duhai,semua berlalu tanpa terasa ya Allah...Si sulung sudah hendak menjadi gadis.Tugas yang semakin besar menanti kami orangtuanya agar bisa menjaganya dan adik-adiknya dengan upaya terbaik kami.Bantu dan kuatkan kami Ya Rabbana..Amin.









Senin, 16 Mei 2011

Kenangan di Pasaman


Agustus 2004,aku menyusul suamiku untuk menetap di Pasaman.setelah resmi mengikatkan pernikahan tentu saja aku harus selalu ada bersamanya dalam segala kondisi.Walaupun ditawarkan untuk tinggal disebuah pemukiman dekat perkotaan,aku memilih untuk mengikutinya tinggal di hutan.Hutan??....ya..hutan.mungkin kata itu yang tepat untuk melukiskan lokasi baru yang kutemui.Bukan hutan dalam artian sebenarnya.karena di sana tak ada pohon besar dan tinggi ataupun binatang  buasnya.Sejauh mata memandang dari perbukitan perumahan staf,yang tampak hanya pepohonan sawit yang baru berumur setahun dan belum dipanen buah pasirnya.Menurut infonya sih,luas afdeling yang menjadi tanggung jawab suamiku sekitar 1200 ha.Seluas apa itu ya??.Karena lahan ini merupakan Land Clearing maka belum terdapat yang namanya pabrik pengolahan sawit atau pemukiman ramai dan ..tempat belanja!So,untuk membeli kebutuhan sekali seminggu memborong ke sebuah kota kecil,Ujung Gading yang berjarak sekitar 30 km dari lokasi kami tinggal. Membayangkan serta merasakan tinggal di sebuah afdeling yang terdiri dari 4 buah rumah staf dan 1 barak pekerja tak terasa menjadi beban bagiku.Sebagai lulusan Fak.Pertanian yang biasa tugas ke ladang (ehm...)ini kurasakan sebagai sebuah tempaan.Hanya bedanya, bukan lahan petani konvensional namun lahannya para kapitalis.
Hingga,saat aku baru tinggal sebulan di sana tibalah saat mengejutkan itu.Isu-isu beberapa minggu terakhir,demonstrasi masyarakat desa sebelah akhirnya terjadi juga.
Siang jam 11,saat suamiku pulang ke mess.Waktu  untuk makan siang masih jauh,ternyata dia membawa berita bahwa isunya akan ada serangan dari massa.Belum lama kami berdiskusi kemungkinan itu,dari bukit belakang rumah terdengar suara sorak sorai.Aku sontak mengintip dari lubang angin di kamar mandi dan sangat terkejut melihat banyaknya orang menuruni bukit dengan wajah amarah dengan parang terancung di tangan!

Astaghfirullah....lututku gemetar langsung aku memberitahu suamiku.Belum sempat dia melihat,pintu rumah digedor kuat diiringi sorak-sorai mereka berkumpul.Dengan berani dia membuka pintu dan bertanya dengan tenang kepada bapak-bapak yang mungkin jumlahnya ada 50 orang itu.Tapi,namanya menghadapi singa marah,mereka tak peduli penjelasan, kami diperintahkannya mengeluarkan semua barang-barang kami karena rumah akan di bakar!.
Anehnya ,melihat mereka masuk ke rumah....membantu mengeluarkan barang kami yang tak seberapa...ketakutanku berkurang.Kumasuki kamar dan kutumpahkan semua barang yang dianggap penting ke atas sprei dan kugulung semuanya dalam ikatan sprei.Kuseret keluar,para demonstran membantu mengeluarkan tempat tidur.Sebenarnya sih nggak mengeluarkan namanya tapi merusaknya.Mana coba,tempat tidur di patah 4 lalu dilemparkan keluar.Kupandangi dipan baru itu dengan sedih...duh...dipan nasibmu kini.
Seorang demonstran yang sudah agak tua mengatakan:
"tidak usah takut ibu,kami tidak akan melukai para karyawan.Kami hanya marah ke perusahaan yang telah merampas lahan kami tanpa kejelasan"
Lalu bapak tersebut menjangkau lubang angin kamar dan memberi kepadaku sesuatu.
"Ini dompet ibu..hampir ketinggalan"katanya.duh...Rabbi ini bukan dompet tapi Al-Qur;an yang pakai sampul persis dompet.
Saat semua barang telah keluar rumah,dengan beringas mereka melempari rumah dengan "bom" botol isi minyak tanah yang telah dipersiapkannya.
Api pun membumbung membakar 4 rumah staf yang berjejer.Tak membutuhkan waktu lama menghabiskannya karena bangunan itu semi permanen.
Saat itulah segala kesedihanku memuncak,dan... aku menangis.Bukan menangisi rumah tersebut tapi menangisi sebuah anarkisme yang membuat matahati tertutupi.
Saat mereka akan beranjak menuju barak karyawan yang terletak 200 meter di depan rumah kami,seseorang dari mereka melemparkan bom yang tersisa ke arah motor dinas suamiku.Api pun membakar dan tak ada yang berani memadamkannya karena takut meledak.Kami hanya menatap dengan tergugu.Saat itulah kami dan para karyawan yang kebanyakan dari pulau Nias berkumpul di antara onggokan bara kayu yang mulai menyisakan asap.Kemana kami akan pergi.??

Di tengah kekacauan,kami shalat Zuhur di antara puing-puing.Aku hanya bisa mengelus janin di perutku yang baru berusia 1 bulan.
"Sabar ya nak..ini cobaan bagi kita agar kita bisa lebih kuat lagi.Umi janji nggak akan sedih agar anak umi nggak sedih juga."
Waktu pun menuju malam,kami ditampung di sebuah pondok tak berlampu milik seorang operator alat berat yang agak tersembunyi.karena kantor perusahaan dan rumah para GM  mereka bakar juga....Si Mister(biasa kami menyebut si manejer) pun di selamatkan ke luar kebun oleh satpam.Karena kalau tidak,bisa jadi sate tuh Mister karena dia malah sembunyi di rumahnya.

Persoalan pun makin rumit karena para demonstran "Hilang satu-satu tengah malam".Tentu saja,para intel telah disebarkan di desa sebelah.
Densus....eh...Brimob..eh..apalah gitu petugas yang berpakaian loreng2 berjaga siang malam  di areal perusahaan menjaga kantor yang sudah rata diiringi aroma pupuk hangus dari eks.gudang yang telah menjadi arang.
Saat itu kami memutuskan mencari kontrakan di Ujung Gading,dan menjadi cemas ketika malam suami agak terlambat pulang karena takut "hilang "juga.Karena banyak isu berseliweran,termasuk penangkapan balik demonstran terhadap karyawan kebun.Saat itu hanya Allah lah tempat mengadu di tengah ketidak pastian.Tapi ternyata dia sering terlambat pulang karena menanti tumpangan karena kendaraan andalannya telah tewas terpanggang.:(
Walaupun di tawarkan untuk pulang sementara ke rumah mertua,aku tetap ingin tinggal di sana.
Kabar yang kudengar,saat kejadian sebenarnya para staf mencari selamat masing2 karena takut dijadikan sasaran tapi suamiku malah pulang mendampingiku.Takut terjadi apa-apa dengan diriku.Dan akupun tak ingin meninggalkannya saat seperti ini. 
Walaupun kejadian ini sekarang menjadi sekedar kenangan,namun banyak hikmah yang bisa kupetik.salah satunya:nyata benar konflik ini dilatari kepentingan banyak pihak.Banyak konspirasi di dalamnya.Tak peduli mengorbankan orang,memutarbalikkan keadaan dan akhirnya petani kecillah yang menjadi korban dari kepentingan kapitalisme, imperialisme dan kolonialisme...(eehh...kok kayak pelajaran sejarah smu ya?).
Kenapa saat itu hatiku berpihak kepada petani-petani itu? mereka yang telah bertahun-tahun bekerja menjadikan hutan menjadi sebuah keceriaan.Mereka yang rela di transmigrasi dari kampung halamannya untuk sebuah penghidupan.Semangat mereka mempertahankan tanah garapannya kalah oleh rumitnya sebuah  HGU *Hak Guna Usaha*.
Tapi,inilah ternyata yang mesti terjadi.Usaha pendampingan hukum bagi mereka tak semulus keinginan semua.Masyarakat terkesan berani-berani takut.Tapi sebenarnya mesti ada pendampingan bagi pembelaan hak-hak mereka.
Tapi inilah yang mesti terjadi.Lahan yang mereka kelola dengan bebasnya dianggap terlarang untuk dilanjutkan pengelolannya karena akan merusak hutan,namun tak terlarang jika pengelolaan tersebut diserahkan kepada Perusahaan perkebunan.
Kasus seperti ini sering terjadi kepada petani-petani kita di daerah mana saja.Namun,yang menggembirakan,mereka tak sedikit yang mati-matian menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya dengan harapan akan menjadi pencerah bagi lingkungannya.Mengabdi dan membangun desanya menjadi semakin maju dan diperhitungkan.
dan,di sinilah aku sekarang....mengenang secuil kisah kenangan yang menginspirasi.

Kesempatan kedua di Apresiasi GTK 2023

 Seolah rendezvous, aku menatap Bandara Internasional Minangkabau pagi itu, 20 November 2023. Sementara hiruk pikuk rombongan Apresiasi GTK ...