Salah satu penemuan yang mempermudah kita adalah GPS atau Global Positioning System.Pemandu arah ini sudah lazim digunakan manusia terutama yang berkendara.
Tapi dibalik kemudahan tersebut,kita sering dibuat bingung lalu akhirnya tertawa.
Pengalaman menggunakan GPS sudah sering kami gunakan saat berkendara terutama menjelajah daerah baru.Tapi pengalaman yang paling horor kurasakan saat kami berlibur sekeluarga ke Kota Sawahlunto,awal bulan lalu.
Rute via sudah kami lewati saat perjalanan pergi ke Sawahlunto.Tujuan selanjutnya adalah Bukittinggi..karena rute tadi terasa jauh kami cari opsi lain.
Berdasarkan 'saran ' dari google map,katanya kami sebaiknya mengambil rute Kota Batusangkar ->Baso->Bukittinggi.Okelah,kami pilih itu.Akhirnya kami dipandu oleh seseembak alias suara dari aplikasi itu.
Sampai Batusangkar,situasi aman terkendali.Hari sudah menjelang maghrib, hujan pun turun dengan lebatnya.Jalan lurus Tabek Patah Tanah Datar kami lewati diiringi sore yang semakin meremang.
Hingga maps memandu kami menyuruh belok kiri ke arah Bukittinggi.Kami ikuti hingga dua kali simpang.
Hingga kami tersadar,kenapa memasuki jalan kecil?mungkin bisa dikatakan itu jalan perkampungan.Kami ikuti saja..tapi sudah mulai bertanya-tanya .Hari semakin gelap,dan kami melewati jalan kecil yang hanya bisa dilewati satu mobil ukuran besar.Sebelah kiri kami sudah menjulang hutan membuat kami tersadar mungkin kami salah jalan.Rumah pun hanya terlihat satu dua,selebihnya hanya kegelpan.Tapi pemandu maps tetap diam.hehe..dia tidak tau kami mulai cemas.
Hingga kami menemui jalan dengan bekas longsoran tebing yang hampir menutupi jalan.Aku yang semakin ketar-ketir menyarankan suami yang menyetir agar bertanya ke penduduk sekitar.Karena melihat sang navigator sudah buntu,akhirnya ia turun saat menemukan sebuah warung.Aku dan anak-anakku menanti sambil berharap.Dia pun datang dengan wajah sumringah.Memang ternyata jalan itu menuju Baso,Bukittinggi.
Kami lanjutkan perjalanan dengan hati masih berharal lepas dari kegelapan ini.
Alhamdulillah,tak sampai sepuluh menit perjalanan kami pun tiba di jalan raya Bukittinggi-Payakumbuh tepatnya di Baso.
Ooh. Ternyata si google memberi solusi jalan yang singkat,namun penuh resiko.
Yang paling merasa lega tentu saja diriku.Sudah terbayang bagaimana nasib kami di situasi seperti tadi.Dalam musim hujan seperti itu,bagaimana kalau tebing itu longsor ,sedangkan kami tak tau sedang berada dimana?
Terlebih lagi sebelumnya kami mendengar bencana longsor di beberapa daerah termasuk di Baso itu
Namun kami masih diberi Allah kesempatan bersyukur karena tadi sempat khawatir dan harap-harap cemas.
Semoga bisa dijadikan pelajaran ke depannya.