Full Time Mommy or
Part Time Mommy??
Aku tersentak!
Apakah ada ibu sepenuh waktu dan ibu separuh waktu? Sungguh itu sebuah ungkapan
yang tidak tepat.Karena bagiku,seorang ibu ya tetap seorang ibu. Tapi itulah
isu yang mengemuka saat ini di dunia maya,terutama Facebook dan Instagram yang
kuikuti.
Isu yang sudah
muncul sejak tiap orang punya wadah untuk bersuara dan berpendapat yaitu di
media social. Berawal dari sebuah cuitan ustad Felix Siaw di twitter memicu
kembali ‘perang’ antar ibu-ibu.Ya tentu saja,antara ibu yang total sebagai ibu
rumah tangga/mengurus rumah tangga(dalam hal ini dinamakan Ibu Sepenuh Waktu
dan ibu yang sebagai ibu rumah tangga juga punya pekerjaan di luar rumah
(mereka menamakannya Ibu Separuh Waktu)
Sebelum membaca
komentar yang semakin beragam dan menarik,aku mencoba membaca dengan teliti apa
makna sebenarnya dari twit beliau.
Hmmm..tak ada
yang salah.Bagus malah.Dan sangat bersemangat,seperti karakter tulisannya yang
lain.Tapi mungkin,orang yang membacanya dengan tafsiran dan kondisi yang
beragam membuat tulisan itu direspon dengan beragam pula.
Dalam cuitan
bernomor 22,Felix Siaw menyindir “Apakah wanita yang 8 jam waktunya di kantor
layak disebut karyawati atau IBU?”
Disambung dengan
rangkaian tulisan tentang peran seorang ibu yang difitrahkan agama adalah di
rumah,sebagai peran mendampingi anak dan mengamankan urusan di rumah.
Jadi,poin yang
bisa kutangkap dari tulisan tersebut adalah Felix Siaw mencoba menyorot wanita
bekerja yang bergelar “Karyawati” mungkin maksudnya di sini pekerja kantoran
yang terikat waktu kerja baik itu from nine to nine atau seharian di luar rumah
sehingga dianggap tidak full mengurus rumah,terutama anak-anak.
Dan poin
berikutnya yang kutangkap adalah kegelisahan ustad tersebut, akan banyaknya
fenomena muslimah yang mengejar karir dan prestise sehingga enggan berdiam di
rumah,enggan beranak banyak .
Hal yang menjadi
sentilan sensitive di permasalahan ini sebenarnya nama ‘IBU’ tadi.Teman-teman di
saluran Facebook yang memiliki karir di luar rumah tak rela dianggap
meninggalkan statusnya sebagai ibu yang sebenarnya.Mereka menganggap pendapat
itu terlalu menghakimi ibu bekerja.Mereka tak mau dikatakan menyalahi fitrah
karena kondisi tiap-tiap orang berbeda. Mengapa mereka bekerja ada alasannya.
Dan yang berperan
penuh sebagai ibu rumah tangga tentu saja sangat mendukung dan membenarkan twit
tadi. Saling memberi kesaksian dan menceritakan kisahnya masing-masing.
Didukung dalil-dalil yang membuat ibu bekerja semakin panas!
Tentu saja
diskusi ini tidak akan selesai-selesai!
Bagaimana dengan
diriku?
Alhamdulillah..aku
tetap seorang IBU.Aku mengalami sebagai IBU Rumah Tangga total dan akhirnya
menjadi IBU yang punya pekerjaan.
Sesudah
menikah,suami terkesan berat saat aku ingin bekerja di luar rumah. Alasannya,selain
belum jelas mau kerja apa(karena baru 3 bulan di wisuda,langsung bertemu jodoh,menikah)…suami
punya harapan ingin istrinya berdiam di rumah.Total mengurus rumah tangga.Dan
bilamana dia pulang bekerja,istrinya memang ada di rumah.
Sebagai
istri,tentu saja harus taat kan?terutama karena permintaan itu hal yang wajar
dan KOMUNIKASI yang berakhir DEAL.Walaupun penghasilan /duit pas-pasan saat
itu,tapi karena hasil kesepakatan ya harus dirasakan berdua.
Pernah aku
merasakan keinginan sangat ingin bekerja?PASTI! terutama oleh bisikan hati dan
bisikan tetangga #eh J
“kenapa tidak bekerja?? Kan sayang
ijazahnya….”
“Kok di rumah
saja mengasuh anak??
Memang stigma
sebagian masyarakat terhadap IRT total,terutama yang sarjana masih agak negatif. Dan si ibu tadi pun tidak
sedikit yang menjadi minder. Minder saat ketemu teman kuliah yang sudah
sukses dalam pekerjaan dan minder saat ditanya-tanya.Minder juga membayangkan
orang lain punya kegiatan beragam dan ketemu dengan banyak orang di luaran
sana.sedangkan dia berputar di seantero ruangan rumahnya saja,dari pagi ke
sore. Ke pasar,tetangga. Di situ-situ aja.
Kamu minder
Fitri?? Hmmm…diakatakan minder sekali sih enggak..hehe
Karena selain aktivitas di rumah,aku punya kegiatan organisasi dan
kepartaian. Minimal dua kali seminggu ada acara keluar,termasuk hari minggu.
Alhamdulillah,
Allah menganugerahkan kami 4 orang anak yang memiliki jarak kelahiran tiap 2
tahun.Ini membuat aku tak terlalu sering lagi digoda pertanyaan “kenapa”
tadi.Karena dikerubungi kerepotan tentunya!
Sebagai ibu
rumah tangga aku focus.Yah..memang mengerjakan semuanya sendiri /dan juga
bantuan suami. Jadi,tidak memakai jasa pembantu rumah tangga,jasa setrika
pakaian,jasa baby sitter,dari awal hingga kini. Terbayang kan kerepotannya ??
walaupun berkali-kali suami menawarkan mencarikan Asisten Rumah Tangga
/khadimat/pembantu tapi kutolak.Karena aku merasa masih sanggup mengerjakan
semuanya.Ini namanya menikmati pekerjaan. Hehehhe # alasan
Tapi…perjalanan
hidup tak bisa diduga
Saat anak ke
empat sudah lahir,ada peluang amal di depan mata.Sebuah yayasan mendirikan
lembaga Pendidikan Anak Usia Dini dan aku diminta sebagai pengelola.Melihat ini
adalah bidang yang 8 tahun ini kugeluti
(ya tentu saja sebagai pendidik anak usia dini,anak sendiri) dan tak menolak
kenyataan kalau selama ini aku secara
khusus mendalami bidang ini dengan bacaan-bacaan dan seminar.Jadi tawaran itu
kuterima.
Jadilah aku ibu
rumah tangga yang punya pekerjaan di luar rumah.
Tapi aku tetap harus
menjemput/menyambut anak-anak sepulang sekolah di rumah.Karena jam kerja
ku di sekolah jam 8 sampai jam 10 pagi.
Dan sesekali ada urusan atau rapat.Jadi,fungsi asli seperti komitmen dengan
suami di awal tadi tetap bisa dipertahankan.
Apakah perhatian
ke anak-anak menjadi berubah dengan kita bekerja?tentu saja JANGAN
Mungkin
kondisiku dengan anak –anak yang beranjak besar,sudah mandiri,sekolah.Tak
serepot ibu bekerja lainnya yang masih memiliki bayi.
Tapi inilah IBU
IBU itu adalah
tempat mengadu,menumpahkan tangis,curhat,keran nasehat bagi
anak-anaknya.Sehingga telinga ,mata dan hatinya harus tetap terbuka terhadap
anaknya.Bisa dengan memeluk anaknya,menelpon anaknya,pada intinya hatinya
selalu pada anaknya.
IBU adalah
manajer rumah tangga,bukan pemimpin.Sehingga segala keteraturan urusan domestic
harus tetap menjadi perhatian ibu.Jika tak sempat dikerjakan semua,bisa
dikerjakan oleh ART.Pada intinya bagaimana bisa teratur dan selesai.Karena
bukan kewajiban ibu melakukan itu semua,bisa dengan bantuan orang .Tapi jika ada ibu
yang memilih melakukan itu semua sendiri itu tak usah di bully J
IBU sebagaimana
wanita umumnya mampu multitasking dalam berbagai kegiatannya.
IBU adalah sosok
yang kuat dan pasti selalu mencintai penuh terhadap keluarganya
Truzz..IBU yang
karyawati tadi bagaimana??
Oiya….
Faktor alasan
ibu bekerja kan bermacam-macam.Ada yang memang karena tugasnya bidang
pengabdian contohnya dokter,perawat,polwan,dan yang lainnya.Ada yang memang
sepakat dengan suami bersama mencari penghasilan untuk biaya rumah tangga.Ada
yang hanya ingin kerja.Yang penting kerja.Walaupun penghasilan suami cukup tapi
tetap ingin bekerja juga.
Kembali kepada
KOMUNIKASI dengan pasangan.Dan ini pasti berbeda juga alasan dan kondisi pada
tiap-tiap orang. Bagaimana mereka dengan perencanaan hidupnya.
Pusat perhatian
sebenarnya tidak pada IBU yang karyawati
dimana terikat jam kerja tetapi juga
ibu-ibu lainnya.Termasuk IBU pengusaha yang bisa saja seharian waktunya di luar
rumahnya.
Karena IRT total
pun tidak menjamin dia total mengurus rumah dan anak-anaknya.Ada juga ibu yang
hatinya selalu di rumahnya namun selalu
stress melihat kerjaan menumpuk,selalu dilanda pusing melihat tingkah
anaknya.Ada juga ibu yang suka keluyuran gossip ke tetangga,menghabiskan waktu
untuk urusan tidak penting. Dan bukan dusta juga ada ibu yang total di rumah
tapi anaknya selalu jadi sasaran kemarahan dan kekerasan olehnya.
Atau ibu yang
full di rumah tapi anak-anaknya seperti anak kehilangan ibu.Ibu tidak menjadi
sosok yang dicari,dirindui,tapi dihindari karena setiap bertemu pasti
berkelahi.
Dan,pasti banyak
ibu yang melakoni perannya dengan keikhlasan
Ikhlas
mengerjakan semua pekerjaan rumah
Ikhlas
mengandung dan menyusui sempurna bagi anaknya
Ikhlas menjelaskan sambil tersenyum saat dicibir
kenapa tidak “bekerja”
Sebenarnya,ibu
yang bekerja di luar rumah pun lebih berat lagi menjalani itu semua.Karena
selain memikirkan pekerjaan kantor dia juga harus memikirkan perkerjaan
rumah.Tak jarang,pagi-pagi buta sudah mengerjakan cucian,masakan,mempersiapkan
anak yang perlu di titip ke TPA atau ke tempat neneknya.Begitu pulang kantor
ditunggu dengan rutinitas jemput anak,mencucui,memasak.
Pasti tidak
mudah juga kan??double repotnya.
Dan sebagaimana
IRT yang pernah mengidam-idamkan menjadi wanita karir,tak jarang
Ibu berkarir
tersebut mengidam-idamkan menjadi ibu
rumah tangga saja.
Jadi,itu
pilihan.yang terpenting tidak menyingkirkan kita dari kebutuhan abadi
Kebutuhan kesuksesan dunia dan tidak melupakan akhirat,niat
kita bekerja ditujukan ke ALLAH
Kebutuhan akan
karunia anak-anak soleh/solehah..yang kita bisa dapatkan dengan pembinaan dari kita orangtuanya.Dari
ayahnya dan dari ibunya yang harusnya memposisikan dia sebagai perhiasan
berharga.
Nah
pemirsa…ternyata Felix Siaw mencermati
banyaknya polemic tulisannya yang membuat suasana panas…beliau membuat tulisan
menyusul yang sebelumnya tentang tema ini.Di sana dia menjabarkan latar
belakang kenapa berpendapat seperti itu
bagaimana masa lalunya dan apa kekhawatirannya terhadap agama ini jika ibu
beromba-lomba untuk keluar dari rumah mereka.Bagimana di Negara-negara liberal
yang telah dikuasai pemikiran feminisme yang pada akhirnya gejala kehancuran
yang mulai tampak.Beliau sampaikan ini dengan data-data di dalamnya.Dan Ustad
bersikukuh dengan pendapatnya bahwa ibu lah yang paling sesuai mendampingi
setiap tumbuh kembang anaknya sendiri. Sehingga dalam tulisannya dia ‘garang’
Dan
ditekankannya lagi dalam tulisan susulan itu,dia mencermati ibu
bekerja/karyawati yang memilih- mengejar karir,tidak lagi karena sekedar mencukupi biaya rumah tangga bersama
suami.
Menurut beliau,
ibu yang single parent beda. Kondisi yang dihadapinya tidak lagi sebagai
pilihan tapi terpaksa.Keadaan memaksa dia harus menghidupi keluarganya.Dalam
hal ini si ibu sebagai pemimpin menggantikan posisi ayah yang telah tiada.
Sudah
disampaikan di awal bahwa pembaca punya pemikiran,pendapat,kondisi berbeda.
Jadi viral ini berkembang semakin panas karena tak sedikit yang salah tanggap terhadap
tulisan itu.Banyak yang langsung marah, yang komen tanpa membaca twit ternyata
banyak juga.Karena banyak juga komen
yang ngelantur,ga nyambung.Yah begitulah media social kan??
Kalau aku
berpendapat…tujuan beliau baik,menyampaikan nasihat
Kita diajarkan
oleh agama,saat mendengar nasihat silahkan di dengarkan diserap menjadi
kebaikan.Jika ada yang merasa tersinggung singkirkan dulu buruk
sangka.Masing-masing kita memang punya pendapat yang menurut kita benar dan
orang lain tidak memahaminya.Tapi,husnuzhan akan membuat nasihat terasa
indah.Apalagi nasihat dari sesama muslim.
Selanjutnya,kembalikan
kepada masing-masing individu. Tidak mudah juga men-judge kehidupan orang tanpa
tahu persoalan jelasnya.Memberi nasehat pun dengan cara yang
bijak.Setuju??????a
Yang penting,bagaimana IBU diamanapun dia memperbaharui
hati dan kecintaannya pada rumah dan seisinya.Mencintai keluarganya dan ingin
bersama-sama ke surga seperti idaman
bersama.
9 Januari 2016.