Rabu, 27 Januari 2016

Full Time or Part Time Mommy?



Full Time Mommy or Part Time Mommy??
Aku tersentak! Apakah ada ibu sepenuh waktu dan ibu separuh waktu? Sungguh itu sebuah ungkapan yang tidak tepat.Karena bagiku,seorang ibu ya tetap seorang ibu. Tapi itulah isu yang mengemuka saat ini di dunia maya,terutama Facebook dan Instagram yang kuikuti.
Isu yang sudah muncul sejak tiap orang punya wadah untuk bersuara dan berpendapat yaitu di media social. Berawal dari sebuah cuitan ustad Felix Siaw di twitter memicu kembali ‘perang’ antar ibu-ibu.Ya tentu saja,antara ibu yang total sebagai ibu rumah tangga/mengurus rumah tangga(dalam hal ini dinamakan Ibu Sepenuh Waktu dan ibu yang sebagai ibu rumah tangga juga punya pekerjaan di luar rumah (mereka menamakannya Ibu Separuh Waktu)
Sebelum membaca komentar yang semakin beragam dan menarik,aku mencoba membaca dengan teliti apa makna sebenarnya dari twit beliau.
Hmmm..tak ada yang salah.Bagus malah.Dan sangat bersemangat,seperti karakter tulisannya yang lain.Tapi mungkin,orang yang membacanya dengan tafsiran dan kondisi yang beragam membuat tulisan itu direspon dengan beragam pula.
Dalam cuitan bernomor 22,Felix Siaw menyindir “Apakah wanita yang 8 jam waktunya di kantor layak disebut karyawati atau IBU?”
Disambung dengan rangkaian tulisan tentang peran seorang ibu yang difitrahkan agama adalah di rumah,sebagai peran mendampingi anak dan mengamankan urusan di rumah.
Jadi,poin yang bisa kutangkap dari tulisan tersebut adalah Felix Siaw mencoba menyorot wanita bekerja yang bergelar “Karyawati” mungkin maksudnya di sini pekerja kantoran yang terikat waktu kerja baik itu from nine to nine atau seharian di luar rumah sehingga dianggap tidak full mengurus rumah,terutama anak-anak.
Dan poin berikutnya yang kutangkap adalah kegelisahan ustad tersebut, akan banyaknya fenomena muslimah yang mengejar karir dan prestise sehingga enggan berdiam di rumah,enggan beranak banyak .
Hal yang menjadi sentilan sensitive di permasalahan ini sebenarnya nama ‘IBU’ tadi.Teman-teman di saluran Facebook yang memiliki karir di luar rumah tak rela dianggap meninggalkan statusnya sebagai ibu yang sebenarnya.Mereka menganggap pendapat itu terlalu menghakimi ibu bekerja.Mereka tak mau dikatakan menyalahi fitrah karena kondisi tiap-tiap orang berbeda. Mengapa mereka bekerja ada alasannya.
Dan yang berperan penuh sebagai ibu rumah tangga tentu saja sangat mendukung dan membenarkan twit tadi. Saling memberi kesaksian dan menceritakan kisahnya masing-masing. Didukung dalil-dalil yang membuat ibu bekerja semakin panas!
Tentu saja diskusi ini tidak akan selesai-selesai!
Bagaimana dengan diriku?
Alhamdulillah..aku tetap seorang IBU.Aku mengalami sebagai IBU Rumah Tangga total dan akhirnya menjadi IBU yang punya pekerjaan.
Sesudah menikah,suami terkesan berat saat aku ingin bekerja di luar rumah. Alasannya,selain belum jelas mau kerja apa(karena baru 3 bulan  di wisuda,langsung bertemu jodoh,menikah)…suami punya harapan ingin istrinya berdiam di rumah.Total mengurus rumah tangga.Dan bilamana dia pulang bekerja,istrinya memang ada di rumah.
Sebagai istri,tentu saja harus taat kan?terutama karena permintaan itu hal yang wajar dan KOMUNIKASI yang berakhir DEAL.Walaupun penghasilan /duit pas-pasan saat itu,tapi karena hasil kesepakatan ya harus dirasakan berdua.
Pernah aku merasakan keinginan sangat ingin bekerja?PASTI! terutama oleh bisikan hati dan bisikan tetangga #eh J
 “kenapa tidak bekerja?? Kan sayang ijazahnya….”
“Kok di rumah saja mengasuh anak??
Memang stigma sebagian masyarakat terhadap IRT total,terutama yang sarjana  masih agak negatif. Dan si ibu tadi pun tidak sedikit yang  menjadi  minder. Minder saat ketemu teman kuliah yang sudah sukses dalam pekerjaan dan minder saat ditanya-tanya.Minder juga membayangkan orang lain punya kegiatan beragam dan ketemu dengan banyak orang di luaran sana.sedangkan dia berputar di seantero ruangan rumahnya saja,dari pagi ke sore. Ke pasar,tetangga. Di situ-situ aja.
Kamu minder Fitri?? Hmmm…diakatakan minder sekali sih enggak..hehe
Karena selain aktivitas  di rumah,aku punya kegiatan organisasi dan kepartaian. Minimal dua kali seminggu ada acara keluar,termasuk hari minggu.
Alhamdulillah, Allah menganugerahkan kami 4 orang anak yang memiliki jarak kelahiran tiap 2 tahun.Ini membuat aku tak terlalu sering lagi digoda pertanyaan “kenapa” tadi.Karena dikerubungi kerepotan tentunya!
Sebagai ibu rumah tangga aku focus.Yah..memang mengerjakan semuanya sendiri /dan juga bantuan suami. Jadi,tidak memakai jasa pembantu rumah tangga,jasa setrika pakaian,jasa baby sitter,dari awal hingga kini. Terbayang kan kerepotannya ?? walaupun berkali-kali suami menawarkan mencarikan Asisten Rumah Tangga /khadimat/pembantu tapi kutolak.Karena aku merasa masih sanggup mengerjakan semuanya.Ini namanya menikmati pekerjaan. Hehehhe # alasan



Tapi…perjalanan hidup tak bisa diduga
Saat anak ke empat sudah lahir,ada peluang amal di depan mata.Sebuah yayasan mendirikan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini dan aku diminta sebagai pengelola.Melihat ini adalah bidang yang  8 tahun ini kugeluti (ya tentu saja sebagai pendidik anak usia dini,anak sendiri) dan tak menolak kenyataan kalau selama ini  aku secara khusus mendalami bidang ini dengan bacaan-bacaan dan seminar.Jadi tawaran itu kuterima.
Jadilah aku ibu rumah tangga yang punya pekerjaan di luar rumah.
Tapi aku tetap harus menjemput/menyambut anak-anak sepulang sekolah di rumah.Karena jam kerja ku  di sekolah jam 8 sampai jam 10 pagi. Dan sesekali ada urusan atau rapat.Jadi,fungsi asli seperti komitmen dengan suami di awal tadi tetap bisa dipertahankan.
Apakah perhatian ke anak-anak menjadi berubah dengan kita bekerja?tentu saja JANGAN
Mungkin kondisiku dengan anak –anak yang beranjak besar,sudah mandiri,sekolah.Tak serepot ibu bekerja lainnya yang masih memiliki bayi.
Tapi inilah IBU
IBU itu adalah tempat mengadu,menumpahkan tangis,curhat,keran nasehat bagi anak-anaknya.Sehingga telinga ,mata dan hatinya harus tetap terbuka terhadap anaknya.Bisa dengan memeluk anaknya,menelpon anaknya,pada intinya hatinya selalu pada anaknya.
IBU adalah manajer rumah tangga,bukan pemimpin.Sehingga segala keteraturan urusan domestic harus tetap menjadi perhatian ibu.Jika tak sempat dikerjakan semua,bisa dikerjakan oleh ART.Pada intinya bagaimana bisa teratur dan selesai.Karena bukan kewajiban ibu melakukan itu semua,bisa dengan bantuan orang .Tapi  jika ada ibu  yang memilih melakukan itu semua sendiri itu tak usah di bully  J
IBU sebagaimana wanita umumnya mampu multitasking dalam berbagai kegiatannya.
IBU adalah sosok yang kuat dan pasti selalu mencintai penuh terhadap keluarganya
Truzz..IBU yang karyawati tadi bagaimana??
Oiya….
Faktor alasan ibu bekerja kan bermacam-macam.Ada yang memang karena tugasnya bidang pengabdian contohnya dokter,perawat,polwan,dan yang lainnya.Ada yang memang sepakat dengan suami bersama mencari penghasilan untuk biaya rumah tangga.Ada yang hanya ingin kerja.Yang penting kerja.Walaupun penghasilan suami cukup tapi tetap ingin bekerja juga.
Kembali kepada KOMUNIKASI dengan pasangan.Dan ini pasti berbeda juga alasan dan kondisi pada tiap-tiap orang. Bagaimana mereka dengan perencanaan hidupnya.
Pusat perhatian sebenarnya tidak pada IBU yang  karyawati dimana terikat jam kerja  tetapi juga ibu-ibu lainnya.Termasuk IBU pengusaha yang bisa saja seharian waktunya di luar rumahnya.
Karena IRT total pun tidak menjamin dia total mengurus rumah dan anak-anaknya.Ada juga ibu yang hatinya  selalu di rumahnya namun selalu stress melihat kerjaan menumpuk,selalu dilanda pusing melihat tingkah anaknya.Ada juga ibu yang suka keluyuran gossip ke tetangga,menghabiskan waktu untuk urusan tidak penting. Dan bukan dusta juga ada ibu yang total di rumah tapi anaknya selalu jadi sasaran kemarahan dan kekerasan olehnya.
Atau ibu yang full di rumah tapi anak-anaknya seperti anak kehilangan ibu.Ibu tidak menjadi sosok yang dicari,dirindui,tapi dihindari karena setiap bertemu pasti berkelahi.
Dan,pasti banyak ibu yang melakoni perannya dengan keikhlasan
Ikhlas mengerjakan semua pekerjaan rumah
Ikhlas mengandung dan menyusui sempurna bagi anaknya
Ikhlas  menjelaskan sambil tersenyum saat dicibir kenapa tidak “bekerja”
Sebenarnya,ibu yang bekerja di luar rumah pun lebih berat lagi menjalani itu semua.Karena selain memikirkan pekerjaan kantor dia juga harus memikirkan perkerjaan rumah.Tak jarang,pagi-pagi buta sudah mengerjakan cucian,masakan,mempersiapkan anak yang perlu di titip ke TPA atau ke tempat neneknya.Begitu pulang kantor ditunggu dengan rutinitas jemput anak,mencucui,memasak.
Pasti tidak mudah juga kan??double repotnya.
Dan sebagaimana IRT yang pernah mengidam-idamkan menjadi wanita karir,tak jarang
Ibu berkarir tersebut mengidam-idamkan menjadi  ibu rumah tangga saja.
Jadi,itu pilihan.yang terpenting tidak menyingkirkan kita dari kebutuhan abadi
Kebutuhan  kesuksesan dunia dan tidak melupakan akhirat,niat kita bekerja ditujukan ke ALLAH
Kebutuhan akan karunia anak-anak soleh/solehah..yang kita bisa dapatkan  dengan pembinaan dari kita orangtuanya.Dari ayahnya dan dari ibunya yang harusnya memposisikan dia sebagai perhiasan berharga.
Nah pemirsa…ternyata  Felix Siaw mencermati banyaknya polemic tulisannya yang membuat suasana panas…beliau membuat tulisan menyusul yang sebelumnya tentang tema ini.Di sana dia menjabarkan latar belakang kenapa  berpendapat seperti itu bagaimana masa lalunya dan apa kekhawatirannya terhadap agama ini jika ibu beromba-lomba untuk keluar dari rumah mereka.Bagimana di Negara-negara liberal yang telah dikuasai pemikiran feminisme yang pada akhirnya gejala kehancuran yang mulai tampak.Beliau sampaikan ini dengan data-data di dalamnya.Dan Ustad bersikukuh dengan pendapatnya bahwa ibu lah yang paling sesuai mendampingi setiap tumbuh kembang anaknya sendiri. Sehingga dalam tulisannya dia ‘garang’
Dan ditekankannya lagi dalam tulisan susulan itu,dia mencermati ibu bekerja/karyawati yang memilih- mengejar karir,tidak lagi karena  sekedar mencukupi biaya rumah tangga bersama suami.
Menurut beliau, ibu yang single parent beda. Kondisi yang dihadapinya tidak lagi sebagai pilihan tapi terpaksa.Keadaan memaksa dia harus menghidupi keluarganya.Dalam hal ini si ibu sebagai pemimpin menggantikan posisi ayah yang telah tiada.
                Sudah disampaikan di awal bahwa pembaca punya pemikiran,pendapat,kondisi berbeda. Jadi viral ini berkembang semakin panas karena tak sedikit yang salah tanggap terhadap tulisan itu.Banyak yang langsung marah, yang komen tanpa membaca twit ternyata banyak juga.Karena  banyak juga komen yang ngelantur,ga nyambung.Yah begitulah media social kan??
Kalau aku berpendapat…tujuan beliau baik,menyampaikan nasihat
Kita diajarkan oleh agama,saat mendengar nasihat silahkan di dengarkan diserap menjadi kebaikan.Jika ada yang merasa tersinggung singkirkan dulu buruk sangka.Masing-masing kita memang punya pendapat yang menurut kita benar dan orang lain tidak memahaminya.Tapi,husnuzhan akan membuat nasihat terasa indah.Apalagi nasihat dari sesama muslim.
Selanjutnya,kembalikan kepada masing-masing individu. Tidak mudah juga men-judge kehidupan orang tanpa tahu persoalan jelasnya.Memberi nasehat pun dengan cara yang bijak.Setuju??????a
Yang penting,bagaimana IBU diamanapun dia memperbaharui hati dan kecintaannya pada rumah dan seisinya.Mencintai keluarganya dan ingin bersama-sama ke surga  seperti idaman bersama.

9 Januari 2016.












Kesempatan kedua di Apresiasi GTK 2023

 Seolah rendezvous, aku menatap Bandara Internasional Minangkabau pagi itu, 20 November 2023. Sementara hiruk pikuk rombongan Apresiasi GTK ...