Kamis, 11 Desember 2014

                                                                    Desember Rain

If you need someone to ease the pain
you can lean on me...........................

Sedih rasanya....mengetahui beberapa teman karib yang lama tak berkabar,dirundung masalah pelik.
Masalah rumah tangga,masalah pekerjaan dan masalah yang lainnya yang membuat galau
Ingin berbagi,tapi tak kuasa tuk bertanya......
Mungkinkah kata 'teman karib" perlu kurevisi?
karena sebagai sahabat aku tak sejati?
Sahabat..be strong...

*Laa yukallifullahu nafsan illa wus 'aha*

Dia tak akan memberi ujian di luar batas kemampuan hambaNYA

Do' a saja yang tak henti kukirimkan untukmu

Rabu, 03 Desember 2014

Banyak hal yang ingin kugoreskan di lembaran putih ini,tapi seolah  suara yang tercekat,tak mampu menuangkannya.
Jadi,aku tidak akan memaksakannya
Aku memilih tidur...
Semoga malam yang lembut mampu menghiburku dengan dendangnya




*di awal bulan baru,saat purnama tigaperempat*

Senin, 24 November 2014

Suasana habis hujan begini.....
Dingin bersama angin
Seduh kopi hitam



Pas,suasana seperti di Sidikalang


My hometown


Tempat keluargaku tinggal adalah sebuah ruko (rumah toko) bertingkat di tepi jalan raya.Bernama jalan Ujung,Kota Sidikalang,Kabupaten Dairi,Sumatera Utara.Di lantai bawah adalah kedai kopi dan rumah makan milik keluarga kami dan di tingkat atas sebagai rumah .
Lantai atas memiliki beranda yang langsung memperlihatkan kehidupan di hadapannya.Teras di beranda itu adalah tempat favoritku.
Masa remajaku dipenuhi dengan belajar dan membantu usaha orang tua di kedai /menjaga warung.
Setelah aktivitas di lantai bawah,malam adalah saatnya kami beraktivitas di lantai atas.
Suasana favoritku adalah ketika langit malam dipenuhi bintang,jalanan mulai lengang dan aku duduk di beranda sambil menulis diary.Aku sangat menyukai suasana itu.Perasaanku tertuang dengan mudahnya di setiap lembaran diaryku.Masa remaja pasti dipenuhi cerita kan??semua itu tertuang pada sahabatku yang membisu itu.Segala yang kurasakan,yang kualami,yang kupertanyakan.Aku tak memiliki sahabat dekat dan spesial.Dan rasanya nyaman ketika kita bercerita pada sesuatu yang tidak akan membocorkan rahasia kita,kecuali jika orang lain yang mencoba mengintipnya.
Sambil menulis diary,pandanganku sesekali teralih ke suasana jalan.Suara tertawa sekumpulan pemuda yang sepertinya pulang olahraga, pasangan atau gerombolan orang yang tampaknya akan ke bioskop di sebalik jalan itu.
Yang sangat kuingat,ruko di seberang jalan rumah kami adalah kedai tuak.Pemandangan di sana menyajikan wajah lusuh menyendiri di sudut meja,atau tawa terbahak sekumpulan peminum yang mulai mabuk.Tentu saja mereka jarang menyadari keberadaanku karena mereka sibuk dengan percakapan seru.Semakin malam semakin berkurang mereka karena satu-persatu keluar kedai dengan langkah terhuyung.
Jika hujan baru reda,bunyi percikan air dilalui roda kendaraan......angin yang semakin menggigit,akan memaksaku menghabiskan kopi,mengucapkan salam perpisahan pada diaryku  dan bergegas menutup malam.

Malam ini...serasa kembali merasakan suasana itu...bunyi tetesan air sisa hujan tadi sore...
namun kopi di gelas ku belum habis lagi.


24 November 2014

Senin, 17 November 2014


Senja ini,kita menatap  matahari yang sama
Walau di tempat yang berbeda
Namun percayalah,sunset di sini tak kalah indahnya

Burung memekik berombongan
Terbang kembali ke sarang
Seiring mentari yang kembali ke peraduan

Senja selalu indah,dear.....
Jika kita memandangnya dengan cahaya cintaNYA

Minggu, 16 November 2014



Bagaimana ya??

Saya termasuk kepada sebagian orangtua yang dirundung keresahan akhir-akhir ini.Keresahan karena dihadapkan pada zaman dimana daya tarik media digital mulai terasa begitu kuatnya.Menarik minat bagai magnet,baik itu anak dan juga orangtua
Media bagai pisau bermata dua,di satu sisi memberi kemanfaatan namun di sisi lain menimbulkan permasalahan.Walaupun fungsinya tergantung bagaimana kita memakainya,namun untuk anak,orangtua menjadi peran utama sebagai pendamping.
Konten tontonan di internet,tontonan di televisi,game digital,PSP....semua menarik.
Saking menariknya,semua ingin dilahap.
Jika saringan tadi kurang berjalan fungsinya,anak bebas menikmati tontonan tanpa pendampingan orangtua,anak bermain game baik online maupun tidak tak mengenal waktu sehingga melalaikan tugas dan pelajarannya.
Orangtua yang tak mampu menyaring keterikatan dengan media digital...mata tak terlepas dari smartphone,komputer dalam jaringan online.Kegiatan mencari ilmu di gadget terkadang melalaikan hak anak atasnya.hak anak untuk diperhatikan perkembangannya,hak anak untuk didengarkan keluhannya.
Acara makan bersama atau meonton tv bersama yang dulunya diramaikan dengan diskusi,kini semakin sunyi karena tiap individu di rumah itu telah stand by dengan perangkat di tangan masing-masing
Hiruk-pikuk anak,remaja,oangtua berkumpul di tempat-tempat keramahan,semakin disenyapkan oleh keseriusan menghadapi dunia maya yang menjanjikan kenyamanan baginya.Anak-anak bersepeda berombongan berkeliling semkin berkurang karena mereka memilih duduk menghabiskan jam mainnya di warnet untuk bermain game online.
Si gadis remaja cekikian dan tersenyum sendiri memandangi kolom chat di hape-nya sambil sesekali matanya memandang sinetron televisi di depannya.Curhat mereka ke dunia maya.
Aku gregetan melihat anakku hanya terpaku menatap layar komputer,aku ingin mereka berlarian,menjelajah alam,berlumpur,bermain pasir dan masuk ke semak mencari burung,mencari capung,seperti yang kulakukan di masa kecilku.
Tapi,zaman sudah menemukan masa seperti ini.
Kedekatan tidak lagi dipenuhi ikatan emosional yang mesra tapi terkadang hanya menjalankan peran.
Tapi,inilah zaman yang kita hadapi.Tidak cukup dengan mengeluhkannya tetapi harus mensiasatinya.Karena jika kita tidak ikut berputar di dalamnya,maka kita akan tergilas perputaran roda itu.
Melukis langit dengan kenangan

Kesunyian terkadang menakutkan
Terkadang ia juga menghanyutkan
Jelajah bayang-bayang
Hilang dan timbul bagai pendar bintang


Kesunyian membekukan makna
Bagai kejora yang terdiam tergugu
Menanti edaran yang menghantarkannya pada pagi

Kesunyian ini membuatku tak ingin apa-apa
Saat sebentuk kenangan terlompat 
Mencairkan kesombongan
Menggugah  keegoisan


Nun di sana,terlukis dalam bentangan kelam
Tergores penuh warna
Namun tersembunyi
Karena ia memilih tertutup hitam
Namun tercatat  di sudut hati
Bahwa kau telah menjadi sahabatku
Hingga kini tetap sebagai sahabatku


Untuk:seorang sahabat
yang pernah kuberikan sebuah kado ultah,
tanpa nama,
tanda persahabatan,17 th y.l

 

Jumat, 26 September 2014

Dunia maya heboh...
Warung kopi heboh
Karena paripurna penetapan sistem pilkada
langsung oleh rakyat
atau dipilih oleh anggota parlemen

Heboh karena Ahok
Plt Gub DKI yang tak mencerminkan kesantunan berbicara
dan tak menghormati ibadah agama
melarang kurban di tempat yang selama ini tidak masalah sbagai tempat pemotongan

Rakyat jadi penonton?
tidak juga
rakyat telah berbuat semaksimal usahanya
yaitu mengungkapkan pendapat masing-masing
dimana saja dia bisa bersuara
baik didengar orang maupun tidak
Terkadang tak faham sistem
namun menganggap dia paling tahu

debat sana
debat sini
ah..poning pula awak lihatnya!
bah!
bah!
bah!

Kamis, 21 Agustus 2014

Selama ini....aku selalu berharap untuk bisa menjadi seperti orang-orang pintar,mengetahui segala hal dan selalu ingin mencari ilmu dimana saja.Sukses seperti orang-orang yang telah sukses.
Tetapi seiring waktu....ternyata  aku lebih ingin menjadi seorang yang bijaksana.
Karena almarhum kedua kakekku...beberapa tokoh yang aku kagumi,memikat penghormatanku bukan hanya karena kepintaran mereka,kecerdasan mereka,tetapi lebih kepada kebijaksanaan yang mereka miliki.
Menjadi bijaksana tidak dijamin dari banyaknya gelar yang disandang,beragam organisasi yang diikuti atau banyaknya pelatihan motivasi yang diikuti.
Kebijaksanaan muncul dari beragam pengalaman hidup.Perenungan yang panjang, mengambil hikmah dari setiap permasalahan.
Orang yang bijaksana,mampu berfikir tenang di tengah hiruk pikuk kepanikan
Orang bijaksana mampu mengelola kemarahan disaat dia mudah untuk dihamburkan
Orang bijaksana mengasah mata hati melalui kedekatan ruhani dengan Sang Rabb
Orang bijaksana melakukan sesuatu dengan keikhlasan semata-mata karena Tuhannya.

Semoga aku mampu

00.30 dini hari

make a wish


*my special day*

Kamis, 14 Agustus 2014

THE UNSPOKEN

Maaf.
Ikut latah memberi judul seperti kasus yang sedang tren.
Tapi ini tentang diriku.Yang tak terasa dalam hitungan hari akan genap berusia 35 tahun.Usia yang masih terkategori usia produktif.Dan menurut pelatihan konsep diri yang pernah aku ikuti pada masa kuliah dulu,pada usia ini  seseorang menata kesuksesan dan sedang menuju era kebebasan finansial. 
Itu katanya.
Ketika dulu saat melewati usia 30 tahun..aku masih bertanya-tanya apa "passion" ku?
Passion,memiliki banyak makna.Dari hasil blog walking,aku mendapati beberapa makna dari passion itu sendiri.
Passion dapat diartikan sebagai sebuah hasrat,panggilan dari alam bawah sadar kita.Untuk melakukan sesuatu hal atau pekerjaan yang kita menyukainya.Kita ikhlas melakukannya karena kita minat padanya.Kita tidak pernah bosan melakukannya dan kadangkala mau berkorban untuk mencapainya.
Trus,info dari blog-nya Ananto Veryadesa,passion dapat juga dikatakan sebagai kombinasi Pleasure(kesenangan),meaning (kepercayaan/yang secara luas dimaknai sebagai kepercayaan terhadap Tuhan) dan emotion (emosi)
Kesimpulan yang dapat kuambil,passion ini dimaknai lebih kepada pencapaian sesuatu yang padanya kita memiliki kepuasan menjalaninya dan berkeinginan kuat untuk mencapainya.Tidak hanya bersifat kesukaan,tetapi juga dalam memberikan makna pada hidup.
Misalnya,seseorang memiliki minat dalam bidang otomotif.Dia tidak hanya berkutat melampiaskan hobbi saja,tetapi juga menjadikan minatnya ini bermakna.Misalnya,membagi ilmu secara sukarela,membuka usaha bidang otomotif dan yang lainnya yang lebih memberikan arti dan kepuasan pada dirinya.Disinilah passionnya.
Sehingga banyak yang mengaitkan passion ini dengan pekerjaan.Karena sebagian besar orang ternyata bekerja bukan karena dia menyukai pekerjaan  tersebut melainkan karena mengharapkan imbalan uang.Yang mengakibatkan seringnya muncul perasaan jenuh,letih.Namun tetap bertahan di dalamnya karena tidak ada pilihan lain.

Dan aku pun ingin mengisahkan suatu hal berkaitan dengan pekerjaan.

Selepas diwisuda pada April tahun 2004,aku memiliki rencana. Ingin melibatkan diri di Pusat Penelitian /PSI (Pusat Studi Irigasi) Universitas Andalas.Karena ini adalah tema yang kuambil  untuk skripsiku.Setelah melewati  penelitian di Irigasi Galogandang,Kabupaten Tanah Datar Sumbar dan terlibat dengan stake holder di sana.Ditambah ketika itu pembimbing ku,Dr.Helmi,seseorang yang cerdas,suka berdiskusi  membuatku merasa ingin menerjunkan diri dalam bidang penelitian.Sepertinya bidang ini menantang untuk dijalani dan inilah jalanku.

Tetapi Allah SWT memberikan rencana lain untuk aku jalani.

Selepas wisuda,Allah mempertemukanku dengan jodohku.
April 2004 melewati masa ta'aruf dilanjutkan khitbah di bulan Mei dan melangsungkan pernikahan di 18 Juli 2004.
Karena suamiku bekerja sebagai asisten perkebunan di kebun sawit BTN 2 PT INCASI RAYA di Pasaman,aku harus ikhlas untuk diboyong ke sana.Aku juga harus ikhlas tidak bekerja karena perusahaan tidak membolehkan suami-istri bekerja dalam satu perusahaan.Dan pekerjaanku selanjutnya adalah mengurus rumah tangga.

Saat akan melahirkan anak pertama di tahun 2005,kami memutuskan berhenti bekerja di kebun sawit itu.Karena kondisi medan juang..eh..lokasi kurang mendukung jika kelak punya bayi sehingga kami pulang ke kampung suami di Pariaman.
Anak kedua lahir tahun 2007
Anak ketiga lahir tahun 2009
Anak ke empat lahir tahun 2012

Alhasil,aku disibukkan dengan anak-anakku.Jika ada lowongan membuatku berfikir panjang saat itu.Penerimaan penyuluh (THL) besar-besaran aku lewati.Padahal penyuluhan pertanian adalah prodi ku di Faperta Unand.Saat itu,panggilan sebagai seorang ibu lebih mendominasi.Tetapi, walaupun aku tidak bekerja tetap namun tetap bekerja.Beberapa aktivitas di bidang nirlaba tetap kujalani.Bidang inilah yang secara tidak langsung kuanggap sebagai cara Allah menunjukiku.
Dengan yayasan yang dikelola suami dan rekan-rekannya,muncul ide memperluas akses pelayanan yayasan yaitu mendirikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di desa  kami. Dan aku ditunjuk menjadi pengelolanya.Yang merancang dari awal,menyiapkan lokasi,merekrut guru serta mengurus perizinan ke dinas terkait.

Di tahun ajaran baru,Juli 2012,PAUD "ALBANA" resmi beroperasi.
Sejujurnya,dunia anak bukanlah dunia yang baru bagiku.Anak-anakku lahir dalam rentang waktu yang termasuk dekat.Dan mereka besar dalam pengawasanku.Saat awal  memiliki mereka,aku adalah ibu yang baru belajar.Sambil menjalankkan pengasuhan anak aku juga menambah pengetahuan dengan membeli majalah seperti ParentsGuide,Anakku,buletin bundabalita dll.Sedikit banyaknya ada ilmu yang bisa diserap.
Sekarang akses informasi sudah lebih mudah.Juknis suatu kegiatan bisa kita unduh dari situs departemen terkait.Informasi mengenai dunia PAUD mudah didapat dari situs,blog,mengikuti grup-grup seperti grup pendidik PAUD.Atau berdikusi dengan pihak dinas pendidikan,diskusi sesama pengelola ,rajin mendatangi pertemuan-pertemuan. Karena ilmu  ada di mana saja asal kita memiliki kemauan  untuk mencari dan mempelajarinya.
Memasuki tahun ketiga sebagai pengelola PAUD,aku menyadari aku belum pernah mengalami kejenuhan,keberatan dan keinginan untuk mundur.Malah sebaliknya aku  selalu ingin belajar dan belajar. Di dunia ini aku mengenal banyak orang baru,mempelajari banyak hal baru dan sepertinya akan selalu memancing keingintahuan. Seperti ada suatu dorongan dari dalam diri untuk terus mendalaminya.Malah ada keinginan untuk mengambil kuliah di PG PAUD supaya lebih maksimal dalam keterlibatan.
Apakah ini ''passion"-ku??

Kemarin sore,seorang teman bertanya,"Fit, ikut tes CPNS tahun ini??'

Waaahh...apakah  aku masih termasuk kategori lagi?? karena tanggal 22 Agustus esok aku berusia 35 tahun?

 Mungkin..... bidang yang sedang kujalani sekarang rencana yang ALLAH sediakan untukku saat ini.Untuk aku memperdalam dan memaksimalkan potensi diri di sana.
  Semoga Allah selalu menunjuki.Amin.

*refleksi diri*
di 
14 Agustus 2014




Selasa, 05 Agustus 2014

My Digital Diary

Sangat erat kaitannya,antara sering membaca dengan keinginan menulis.
Sedikit pengalaman:

Aku dibesarkan di sebuah keluarga yang secara tak sengaja memfasilitasi kebiasaan membaca.Walaupun itu secara tidak langsung.
Akhir tahun 80-an saat aku duduk di kelas 5 SD,kami pindah dari rumah Batang Beruh ke Jalan Ujung karena ayah memulai usaha kedai kopi.Ayah berlangganan koran harian sebagai sediaan bacaan di sana.Selain untuk dibaca keluarga.Dan kakek kami (poli-panggilan suku Pak-pak)adalah seorang pembaca koran.Setiap pagi sebelum pergi ke ladang di Bantun Kerbau,beliau selalu menyempatkan membaca koran.Kenapa aku tahu??karena rumah kakek di sebelah rumah kami( siapa nanya seehh??)
Secara langsung ataupun tidak,kami harus membaca koran.Sepulang sekolah,aku dan adikku  Fauzi bergantian menjaga warung kopi kami.Karena ayah harus berangkat ke ladangnya di Sidiangkat.Koran jadi sasaran pembunuh waktu karena tivi kami tidak punya.Saat itu juga belum ada hape untuk dipakai main game apalagi laptop dan komputer.Nimbrung  ngobrol dengan bapak-bapak langganan warung kami?hadeuh...omongannya hilir mudik ga seru.
Dengan Fauzi yang beda usia setahun denganku, aku sering rebutan koran sepulang sekolah.Karena koran dibaca sambil makan siang (ini contoh tidak baik,jangan ditiru.Walaupun sampai sekarang aku sering melakukannya,hihihi)
Seiring waktu berjalan ayah juga sesekali membeli majalah Tempo,Gatra.Karena beliau orang yang suka berdiskusi dan membahas sesuatu.Walaupun mereka majalah politik aku selalu membaca setiap beritanya.Mbu Nur-ku yang saat itu bekerja di PT.Wahana sering membeli majalah Kartini.Dan Mbu Dewi ku sering meminjamkan buku-buku dari pustaka sekolah tempat dia mengajar.
Saat itu,membaca merupakan tarikan tertentu.Sepertinya menarik sekali membaca segala sesuatu.
Sebuah tarikan yang aku sangat mengingatnya,kebiasan setiap sabtu di SD Teladan tempatku sekolah meminjamkan buku-buku kepada siswa  untuk dibaca di rumah.Momen ini sangat kutunggu-tunggu.
Aku juga punya teman akrab seorang chinese bernama Widya.Dia berlangganan majalah BOBO dan Donal Bebek.Widya adalah sasaranku untuk meminjam bahan bacaan.Karena ayah kurang setuju kalau akau membeli majalah anak-anak itu,entah kenapa sebabnya.
Di kota Sidikalang tanah kelahiranku,saat itu tidak ada perpustakaan daerah.Yang ada jasa sewa komik.Kalau ini aku jarang meminjamnya karena cenderung mahal dan terkena denda jika terlambat.Bisa dikatakan,aku lebih suka bahan bacaan yang gratis (Ngaku...)
Sebuah pengalaman pribadi, ayahku pernah merobek majalah Donal Bebek yang kupinjam karena aku keasyikan membaca hingga tak dengar ayahku menyuruh sesuatu.Terpaksalah aku mengganti majalah tadi. Kasian..kasian..

Nah..demikian secuil kisahku
Lalu, dimana korelasinya dengan menulis??

Mungkin ini:

Aku tertarik menulis diary sejak kelas 5 SD.Segala hal kutuangkan di buku diaryku.Hingga aku tamat kuliah,buku diaryku berjumlah 12 buah.Sekali setahun aku mesti mengganti diary yang sudah penuh.Mereka masih ada sebagian.Sebagian lagi telah kumusnahkan ketika aku menikah.Karena beberapa di dalamnya kufikir hanya tentang kisah sedih di hari minggu..eh...bukan...kisah melankolis  ababil alias abege labil.Upaya pengenalan jati diri dan lawan jenis.Yang lucu jika kubaca ulang namun rasanya tak akan lucu ketika terbaca suamiku nantinya.Karena terkadang dalam hidup ini kita mesti menghapus kisah-kisah jahil kita saat Allah telah memberi kita kesempatan menutupnya.
Jika kubaca diary pertama dan keduaku,aku tak menyangka penulisnya  adalah aku.Karena gaya penulisannya dan kalimatnya bagus (halah...saatnya memuji diri sendiri..hehe).Eh,nggak ding..maksudku menilik gaya tulisannya..lumayanlah..untuk seorang pemula.Karena saat itu aku masih SD.Jadi,kurasa itu adalah efek dari kebiasaan membaca yang sangat membantu dalam proses pemilihan kata dan penyusunan kalimat untuk menuangkan ide.
Semakin ke depan semakin runut dan membaik susunan kalimat dan pemilihan kata-kata dalam tulisan di buku diaryku.
Tetapi,aku adalah penulis bebas.yang menuliskan opini,perasaan,ide hanya berdasarkan keinginan.Mencurahkan sesuatu yang menumpuk dalam fikiran.Aku tak serius memperdalam jurnalistikku.Saat di bangku kuliah,beberapa kali aku mengikuti pelatihan Jurnalistik namun tak seiring dengan latihan rutin.Tulisan yang kuhasilkan tak signifikan dengan keinginan dalam hati.Saat mendapat amanah di HIMASEKTA (Himp.Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) Univ.Andalas aku ditempatkan sebagai koordinator Jurnalistik.Dan anggota bid.Jurnalistik di Forum Studi FORSTUDI.Tapi,hasilnya saat itu hanya sebatas mading,belum menghasilkan yang lebih.
Sekitar tahun 2000-an,aku tergabung dalam  tim penyusun majalah mini milik Bidang Perempuan DPW PKS Sumbar.Tapi hanya sempat terlibat 3 edisi.
Saat kuliah aku mempunyai notes berisi ide-ide.Sejenis mind map lah...yang kelak kutuangkan dalam tulisan ketika ada waktu.

Ketidak seriusan dalam belajar menghasilkan capaian yang kurang maksimal.Saat ini,panggilan menulis itu selalu ada.Di Fb aku berteman dengan penulis-penulis berharap agar virus menulis itu selalu merasukiku.Karena aku merasa sebagai penulis 'kapan sempat'.yah...kapan sempatlah baru menulis.Klisenya,dibebani pekerjaan rumah tangga  dan mengurus anak kadang membuatku merasa tak sempat lagi untuk menulis.

Tapi,untuk diary aku selalu ingin menulis.
Kini diaryku bukan sebuah buku tebal bergambar bunga yang punya kunci gembok di luarnya.
Diaryku adalah diary digital.

Untuk kubagikan kepada pembaca

Because sharing is caring



Kamis, 24 Juli 2014

Ramadhan ini,tarbiyah kita

Ramadhan menyisakan beberapa hari lagi,hingga Syawal 1435 H menunggu kita.
Ramadhan kali ini menyisakan banyak cerita,antara aku dan anak-anakku.
Si sulung Wafa sudah memasuki usia 9 tahun,adiknya Jundi sekarang 7 tahun.Tahun kemarin puasa mereka penuh30 hari.InsyaAllah tahun ini juga.Dibanding tahun kemarin,kini mereka semakin bertumbuh dan mulai untuk mengerti hikmah Ramadhan.Kemampuan menahan diri tampaknya sudah semakin terlatih.Walaupun sekolah tetap berjalan 2 minggu di bulan Ramadhan,Alhamdulillah tak banyak menemui kendala.
Namun,di 10 hari terakhir,tampak beberapa perubahan.Apakah ini hanya dialami oleh mereka atau kita pada umumnya.Atau karena dipengaruhi cuaca yang atas kehendak Allah  SWT selalu terik dan hujan enggan mengguyur.Rewelan dan rengekan mulai sering terdengar.Menanyakan berapa lama lagi waktu berbuka.
Zaki,5 tahun dan si bungsu Ariq 2 tahun yang belum berpuasa jadi sasaran.Sebelumnya,mereka cuek saat melihat adik-adiknya makan atau minum di hadapannya.Tetapi kini,jika adiknya minum (apalagi minum es)langsung diusir,dimarahi kadang dibentak dianggap sebagai penggoda.Adiknya yang belum sepenuhnya memahami perintah 'menghormati orang puasa" sering terbengong-bengong.
Peranku,sebagai ibu yang senantiasa di sisi mereka tak pernah putus untuk menyabarkan,memberi pengertian dan memahamkan.Menyabarkan si orang puasa dan memahamkanadik-adiknya.
Terkadang sebagai seorang ibu aku terenyuh dan kadangkala menangis.Menatap badan mereka yang menjadi kurus,makan sahur seadanya karena masih ikuasai kantuk,bibirnya yang kering,tatapannya yang sayu dan letih.Rengekannya yang lirih dan lesu tubuhnya tergolek sesudah ashar.
Jika diturutkan perasaan tak tega,ingin rasanya memberinya pelepas dahaga.Tapi..inilah tarbiyah itu.Usia mereka akan menginjak remaja...sejak 6 tahun mereka berdua telah menjalani puasa yang semakin tahun semakin meresap ke jiwanya.Rasa iba ku adalah cobaan tersendiri.Karena yang diuji di sini termasuk aku,guru mereka.
Di saat aku berpuasa dan teruji kesabaran,aku harus mengajarkan mereka kesabaran
Di saat aku ingin menyerah terhadap kelemahan tubuh,aku malu pada tubuh-tubuh kecil mereka
Di saat aku mulai berpuasa setelah 10 tahun ini selalu bayar fidyah,aku memahami dan merasakan apa yang mereka rasakan.
Jiwa ini tak boleh kalah,karena godaan itu terkadang terjadi sesaat.Di balik itu akan terdapat hikmah yang besar.Dan sesudah itu akan tercipta cerita-cerita indah.
 Kebersamaan itu mengurai hikmah.Saat bersama melantunkan sebanyak-banyak do'a menjelang berbuka,wajah-wajah mungil itu mulai bersinar.
Menatap segelas teh dan makanan berbuka....menanti bedug maghrib,suara-suara itu mulai terdengar lantang bercerita
Alhamdulillah...telah tertunaikan lagi puasa di hari ini.
"ummi...seharian tadi kakak sangaattt haus.Tapi,waktu kakak minum air segelas aja,langsung kenyang."ungkap Wafa memaknai sebuah hikmah puasa.
"Mi,kita kurang makan dan minum,tapi kok nggak sakit ya?" Tanya Jundi
Alhamdulillah nak...semakin besar kalian akan semakin mengerti makna puasa.Hanya orang yang menjalaninya dengan kesabaran saja yang akan merasakan itu semua.
Mari bersama nak,kita lalui tarbiyah Allah ini.Kelak kalian membesar dengan kebiasaan-kebiasaan yang  mengakar dalam karakter kalian.
InsyaAllah jika Dia masih mempertemukan kita dengan Ramadhan tahun depan lagi,kelak kalian telah semakin mengerti dan menjadi contoh bagi adik-adik.
Do'akan juga ummi kalian ini yang masih tertatih-tatih menjalani ini semua.Semoga kita semua dikuatkanNYA.Amin.
Dear anak-anakku..
Amirah Shiddiqul Wafa /kakak Wafa
Abdurrahman Al Jundi/Abang Jundi
Ahmad Zaki Ar Rayyan/Ajo Zaki
Abdullah Thoriq/Adek Ariq

Ramadhan 1435 Hmenjelang hari ke 26

Senin, 21 Juli 2014

Kesedihan bisa muncul kapan saja dia ingin menyapa jiwa
Di keheningan dini hari
Ramadhan memasuki hari ke 24
Searching...googling...
Menyapa alunan 'Ramadhan" by Maher Zain
Mengingat kebersamaan dengan ramadhan
Tak lama lagi ia akan terlalui
Kita akan melewatinya untuk menjalani sebelas bulan berikutnya
Entah kenapa...kesedihan tiba-tiba menerpa
Sadar diri ini belum memaksimalkan usaha mengisi ramadhan dengan ibadah
Padahal...
Waktu...
Terkadang hanya selintas
Bagai sebentuk lazuardi
Saat kita baru menikmati kehadirannya...
Dia telah hilang.....
Tinggal kita tercenung
Mengharapkan waktu dapat terikat dan tak bergerak
Hingga kesadaran menghantarkan
Kita tidak berbuat apa-apa 
...........................................................

You lift me up high
You spread my wings
And fly me to the sky
I feel so alive
It’s like my soul thrives in your light
But how I wish you’d be
Here with me all year around
Chorus:
Ramadan Ramadan,
Ramadanu ya habib
(Ramadan, Ramadan,
Ramadan O beloved)
Ramadan Ramadan
Laytaka dawman qareeb
(Ramadan, Ramadan,
How I wish you were always near)
Love is everywhere
So much peace fills up the air
Ramadan month of the Quran
I feel it inside of me, strengthening my Iman
But how I wish you’d be
Here with me all year around
Chorus
I just love the way you make me feel
Every time you come around you breathe life into my soul
And I promise that
I’ll try throughout the year
To keep your spirit alive
In my heart it never dies
Oh Ramadan!
18 Juli 2004----18 Juli2014
Tepat 10 tahun bahtera ini kita jalankan
Dengan niat menikah karena Allah SWT
Kita menyatu dari tak saling mengenal
berbagi semua cerita yang mungkin terlewatkan
Saling menggali,memahami,memberi dan menerima cinta
Menghadapi gelombang lautan hidup
Menilik hikmah dari setiap problema
Mengenalmu....menjadi bagian dari sepanjang hidupku.

10 tahun terlewati dengan tertunaikannya hikmah pernikahan
Anak-anak kita lahir
Sebagai sebuah anugerah yang tak ternilai
Tak bisa dibandingkan dengan apapun
Kehadiran mereka adalah pengikat cinta
Mengurai makna
Membuat kita selalu belajar dari setiap untaian langkah

10 tahun....kelak jika Allah SWT masih memberi tahun-tahun berikutnya
Dan ketika Dia memberi pilihan
Aku akan tetap memilihmu
Sebagaimana ketika 10 tahun yang lalu
Kehadiranmu di tengah istikharahku
Cukup menjadi sebuah jawaban
Engkaulah imamku yang telah dikirimkanNYA
Untuk membawaku dan anak-anakku menuju cintaNYA

Malam ini,
Dipayungi semarak cahaya lampu Jam Gadang
Ditengah percikan kembang api dan dentuman mercon 22 Ramadhan 1435 H
Kita mengulang cerita-cerita indah kita 
Bergandengan tangan menyusuri jalan yang mulai menyepi
Mengungkapkan keinginan,harapan,impian
Sembari melanjutkan ta'aruf sepanjang hidup kita
Menjalani apa yang disediakan Sang Maha Penjaga Cinta
Yang kelak masih ingin tetap kulalui
Bersamamu
Terima kasih atas kebersamaan ini...

Bukitinggi,malam minggu 19 Juli 2014

Selasa, 25 Februari 2014

 BERAGAM CERITA DALAM AMPLOP

Percaya tidak...kalau aku masih menyimpan koleksi surat-surat sejak aku kelas 5 SD?gak percaya?? yah udah..hehe..

Kalau kalian mengatakan itu hal biasa,banyak orang juga mengoleksi surat maka bagiku itu adalah aktivitas yang "agak " kurang biasa.

Mereka mulai kukoleksi seiring aku menerima surat-surat berikutnya.Saat aku hijrah untuk kuliah ke Padang,mereka kubawa pindah.Pasca menikah tahun 2004 aku harus mengikuti suami yang bertugas di Pasaman,surat-suratku turut serta.Hingga berdomisili tetap di Pariaman sekarang ini,mereka masih awet.Kondisi mereka semua sangat baik dan terawat,karena setiap lembarannya kubungkus dengan plastik berperekat dan kugabungkan dalam satu map. 

Kumpulan surat-surat itu menyimpan beribu kenangan bagiku pribadi.
Surat yang paling tua umurnya,kuterima saat kelas 5 SD (sekitar tahun 1990)dari seorang sahabat pena pertamaku yang alamatnya kudapat saat itu dari majalah anak-anak.Surat dari Alifa Royana Fitri,si manis dari kota batik,Pekalongan.Sejak kita masih seragam putih merah sampai kuliah serta suka-duka hidup (hiks..) terekam di sana.Bertukar cerita tentang sekolah,keluarga,perasaan,pendapat,keinginan atau cita-cita Surat dari Fitri (begitu dia kupanggil,dan dia memanggilku Sari) adalah yang terbanyak di antara sekian surat karena dialah sahabat penaku yang terawet,hingga e-mail memisahkan hehe..maksudnya,sejak ada e-mail aktivitas surat-menyurat kertas sudah terasa kurang efektif lagi.Betul tidak??bagi yang pengalaman,pasti angguk-angguk sepakat...

Selain Fitri,surat dari sahabat penaku Surya Firdaus dan Gunawan dari Sei Rampah,Deliserdang juga masih menyimpan cerita2 konyol persahabatan kita.Hamdani dari Samarinda yang selalu sharing tentang organisasi,cerita-cerita travelling dan tak lupa juga saling bertukar belajar bahasa daerah. Dan beberapa surat sahabat pena yang persahabatan dalam surat berumur singkat.
Yang selalu meninggalkan kesan,surat dari ayah,mamak yang selalu kuterima saat kuliah.Surat-surat orangtua sebagai perpanjangan untuk mengantarkan nasihat-nasihat kehidupan,kesabaran dan ketabahan melewati studi di daerah asing.Surat ini terlihat lebih lecek dibandingkan yang lainnya,karena seringnya dibaca.Terkadang menjadi penawar hati saat kesedihan melanda.Bagaimana mau curhat ke kampung,saat itu telepon masih barang langka apalagi handphone.
Juga terselip surat dari si bungsu,Dinda yang saat aku kuliah dia masih TK,tulisan pertamanya masih tersimpan padaku.

Sahabat yang telah terasa sebagai saudara,Dwi lestari alias Wiwik....adalah sahabat yang kutemukan saat-saat akhir masa perkuliahan,dan begitu tamat dia harus melanjutkan S2 ke UGM.Cerita kami berlanjut ke surat.Walaupun tahun 2006 itu alat komunikasi telah modern tetapi kami  ingin berbagi cerita dalam helaian kertas.

Kini,koleksi suratku tersimpan dalam kardus di gudang bersama koleksi barang-barang lainnya.Sengaja kusimpan,kelak akan kutunjukkan kepada anak-anakku bagaimana sebuah sejarah tercatat dan mereka menjadi saksi lembaran itu. Tentu saja,aku  menunggu usia mereka telah cukup faham akan cerita-cerita dalam koleksi surat itu.

Saat belanja ke toko alat tulis,terkadang mataku masih mencari-cari kertas surat bergambar bunga atau karrtun,dilengkapi amplop senada dan berbau harum.Tapi pastinya tidak ada lagi ya karena orang tidak membutuhkannya .Kini komunikasi telah dikelola melalui beragam gadget canggih.Dunia telah terasa semakin sempit dan kecil karena komunikasi manusia semakin intens.
E-mail,microblogging,BBM,WhatsApp,YM,dan yang lainnya lah...

Tapi walau bagaimanapun semua itu berbeda dengan kesan menulis surat,belepotan tinta pena,tempelan prangko, sebuah kotak surat oranye yang tegak di tepi jalan dan  tentunya..tiinn..tinn...pos...pos!! Fitri..ada surat lagi nih..

Kesempatan kedua di Apresiasi GTK 2023

 Seolah rendezvous, aku menatap Bandara Internasional Minangkabau pagi itu, 20 November 2023. Sementara hiruk pikuk rombongan Apresiasi GTK ...