Sabtu, 01 Oktober 2011

Merindukan mereka

Saya punya kebiasaan menulis sesuatu di buku harian.Tapi itu dulu.Semenjak saya kelas 6 SD.Setiap apa yang saya rasakan,baik berat maupun ringan pasti akan tertumpahkan di sana.Dan itu merupakan privasi saya.Saya menjaga mereka agar tak terbaca orang lain karena mereka berisikan semua rahasia dalam hidup saya.Saya keranjingan menulis diari karena saya tak terbiasa curhat kepada seseorang.Kadang saya susah untuk mempercayai orang lain.Selain itu,saya juga mudah merasa kecewa ketika saya curhat kepada seseorang tapi tak ditanggapi serius.So,curhat kepada buku harian menjadi solusi,setidaknya jika tidak memberi solusi bagi permasalahan saya tapi bisa membuat hati saya plong.Mereka juga saya beri nama.Nama-nama cewek tentunya.Beberapa teman yang tahu saya suka menulis di buku harian,kadang memberi saya kado buku harian saat ulang tahun saya.Yang saya ingat,saya pernah mendapatkan kado buku harian yang bagus,besar,indah hiasannya dan cantik kertasnya saya perlakukan secara spesial karena yang memberikannya adalah seseorang yang spesial buat saya untuk saat itu.Kira-kira ketika saya berumur 17 tahun dan masih duduk di bangku kelas 2 smu.
Saat ini saya merindukan buku harian saya,tentu kamu akan bertanya:temui saja mereka.nah itu masalahnya...mereka telah saya bakar semuanya!kenapa saya musnahkan mereka?itupun ada kisahnya.
Pada saat masih kuliah saya mendapat penyadaran dari seorang teman.Teman yang lebih tepat dikatakan seorang saudara karena dengannyalah saya merasa dekat untuk bercerita dan cocok dalam banyak hal.Pada suatu ketika dia pernah berkata sesuatu yang menohok hati saya.Yang menyadarkan saya bahwa saat saya sudah memutuskan hijrah meninggalkan masa kejahiliahan saya makan segala pintu yang mengingatkan saya akan masa-masa tersebut harus saya jauhi juga termasuk buku harian yang menyimpan cerita positif negatif saya.Selain itu dia juga pernah menyadarkan saya untuk berhenti curhat pada diary karena ada saatnya curhat kepada manusia lebih menenangkan.Sejak itu saya suka curhat pada teman saya tersebut.kenapa saya mulai berani curhat dengannya?karena dia menceritakan pula permasalahan pribadinya kepada saya dan saling memotivasi termasuk cita-cita serta komitmen di jalan dakwah.Namun,pemikiran untuk memusnahkan semua rekaman sejarah saya itu masih sebatas pemikiran dan rencana.
Kemudian,penyebab atau dorongan terbesar saya memusnahkan buku-buku harian ketika telah ada seseorang yang Allah kirimkan sebagai jodoh saya,sebagai suami saya.Rasanya tidak etis juga menyimpan buku-buku itu di saat saya telah memutuskan membuka lembaran baru bersama seseorang yang hatinya mungkin menjadi setengah milik saya dan hati saya sebagian juga dirinya.Akhirnya saya membakar beberapa buku (masih belum tega membakar semuanya..hehe..) yaitu buku-buku yang berisi kisah-kisah cengeng tak bermanfaat atau goresan perasaan yang jika suami saya membacanya pasti dia akan tidak enak hati.Tentunya saya yang akan lebih tak enak hati pastinya.
Namun kadang-kadang kini saya merasa menyesal terutama jika saya ingin merekam perjalanan kualitas tulisan saya dari dulu hingga kini.Tak ada arsip yang tersisa.Selain itu,buku harian masa SMU tidak semuanya berisi kisah penuh khayal atau perasaan yang semu namun di sana juga tergores ketika saya dalam dilema memilih pendidikan masa depan.Bagaimana kata-kata motivasi yang telah saya himpun terangkum di sana.
Kini,saya tak lagi menulis buku harian.Bukannya takut dibaca atau tak mau curhat pada sehelai kertas lagi tapi tak lebih karena tidak sempat.Waktu untuk menulis semakin terasa sempit.Di saat ingin menulis ada anak yang menuntut perhatian,terlebih rasa malas yang lebih dominan. :D.  Pernah juga mencoba menuangkan ide di selembar kertas tapi akhirnya tercecer entah kemana.
Di era teknologi yang semakin terasa memudahkan ini sebenarnya sangat membantu.Kita bisa mengetik di laptop dan menyimpannya dalam flashdisk.Tapi,tidak seenak kita menulis langsung di buku harian.Dan agak repot ya untuk mulai mengetik harus buka laptop dulu,kalau ingin membaca ulangpun harus dibuka dulu file-nya.Dan godaan terbesar di era dunia maya ini adalah godaan untuk mengekspos diri   atau istilahnya narsis gitu lah.Padahal,banyak hal yang seharusnya rahasia bagi pribadi kita ekspos pada semua orang yang belum tentu layak untuk mengetahuinya.
So,buku harian yang berhiaskan bunga,berwarna pink atau biru,juga harum....tetap menjadi kerinduanku untuk menggoreskan pena.

2 oktober 2011

Terus terang,sebenarnya saya saat ini merasa kecewa.Tapi kadangkala kati harus coba kita bekukan dari rasa seperti itu.Karena tak ada gunanya.Paling di akhirnya,kepala akan pusing menahan protes,perut akan mual dan uring-uringan.Kalau memilih untuk disampaikan pun tak yakin saya air mata ini akan tertahankan tak tertumpah.komitmen akan janji membuat saya menyimpan harapan.Tapi ketika itu tak terwujud saya pun tak ingin jadi sasaran orang lain untuk dipertanyakan dan disalahkan.Saatnya harus lebih banyak memahami orang lain.Pahamilah orang itu memang dasarnya cuek,tak peduli pada komitmen janji,tak memperlakukan seperti yang kamu saksikan pada kehidupan orang lain.Dengan sekali-kali tak peduli terhadap suatu permasalahan,cuek pada keadaan maka hidupmu akan terasa ringan.

Kesempatan kedua di Apresiasi GTK 2023

 Seolah rendezvous, aku menatap Bandara Internasional Minangkabau pagi itu, 20 November 2023. Sementara hiruk pikuk rombongan Apresiasi GTK ...