Rabu, 27 Februari 2019

Mudik kita mi?

Momen mudik ke Sidikalang, Sumatera Utara adalah momen unik bagi anak-anakku.Kami harus selalu ke sana setidaknya saat lebaran atau liburan.Ayah,mamak,kakak adik dan keluargaku semua masih tinggal di sana.Orang sini bilang pulang ke Medan.Padahal letak Sidikalang jauh dari Kota Medan.hehe.
Semakin kesini mudik tidak pernah naik pesawat lagi.Sejak bandara  Polonia  tidak dipakai lagi,penerbangan melalui Kuala Namu membuat lokasi Sidikalang semamin jauh.Pasukan yang bertambah perlu mikir ongkos yang semakin mahal.Jadilah mudik via darat  dengan waktu tempuh paling lama 20 jam Pariaman-Sidikalang.
Oke..via darat kalau sudah terbiasa sih..ya biasa aja.Dari 7 anggota keluarga semua enjoy,tak ada yang mabuk darat.Kecuali si ajo Zaki/anak ke 3 yang akhir2 ini jadi pemabok(naik mobil,maksudnya)sejak trauma naik bis pariwisata bau sewaktu rihlah sekolah.
Yang perlu dipersiapkan adalah stamina,makanan dan bahan obrolan.
Alhamdulillah...aku dikaruniai Allah kemudahan tak suka tidur dalam perjalanan.Cucok deh jadi navigator si abi yang nyopir.Selama duduk di depan dengansi bungsu Azzam..aku harus memastikan kondisi di perjalanan tidak boleh membosankan.Pasang musik,murattal,alma'tsurat bersama sama,ngobrol apa saja ..pokoknya yang membuat perjalanan menjadi indah.walau sesekali si Ariq bertanya:lama lagi sampainya miii???
Sabar sayang...umi juga punya pertanyaan serupa hehe..
Memasuki Tapanuli Utara...mulai disajikan pemandangan banyak gereja,kuburan oppung leluhur meraka yang bangunannya bagus2,kondisi pertanian di sana,Danau Toba dan yang menarik,jualan daging babi di tepi jalan!
Pertama kali melihat kepala babi tergantung Wafa histeris.Tapi semakin sering mudik semakin terbiasa melihat pemandangan ini.
Itulah realita nak ku..
Di Padang atau di Pariaman mana pernah mereka melihat babi pinky hidup.Di Zoo adanya babi hutan.Apalagi baby di potong2,ususnya disosis di gerai.
Di kota Pariaman juga satu2nya kota di sumbar yang tidak ada bangunan gereja.
Emak mereka ini dilahirkan dan di besarkan di daerah yang ada itu semua.Sudah terbiasa melihat perbedaan dan melaluinya dengan aman.Mereka pun harus tahu bahwa ia hidup dengan beragam orang dan kepercayaan dan bagaimana menghadapinya.
Dengan melihat sendiri,mereka harus menyadari,islam di dadanya harus lebih kuat.Imun keislamannya harus lebih kokoh.Agama ini mengajarkan:bagimu agamamu dan bagiku agamaku.Toleransi itu harus .Tapi kita harus punya prinsip.
Kenapa islam mengharamkan memakan daging babi itu sudah dipelajari.Namun kenapa non muslim boleh memakannya itu boleh menurut agama mereka.Apalagi di sekitaran Tarutung,Siborong2,Balige adalah mayoritas non muslim.Jualan di tepi jalan mungkin masih bebas karena pembelinya banyak .
Kala mudik,sepanjang jalan daerah yang dilewati penuh keunikan bagi mereka.


Kesempatan kedua di Apresiasi GTK 2023

 Seolah rendezvous, aku menatap Bandara Internasional Minangkabau pagi itu, 20 November 2023. Sementara hiruk pikuk rombongan Apresiasi GTK ...