Kamis, 01 Oktober 2020

Dimanakah kamu saat gempa 2009 di Sumbar?

Kenangan heroik tentang ayahku yang selalu membekas dalam ingatan.

Flashback ke 30 September 2009 di Desa Marunggi Kota Pariaman.

Hari itu berjalan seperti biasa.sekitar jam 5 sore , dimana anak-anak bermain di halaman, orang-orang duduk bercengkrama menunggu maghrib menjelang.Kami yang masih tinggal di rumah mertua telah memiliki anak 3 orang.Si sulung Wafa  berusia 5 tahun,Jundi 3 tahun dan Zaki saat itu baru berusia 6 bulan. Wafa dan Jundi saat itu bermain bersama anak tetangga.Sementara suami dan mertua duduk mengobrol di teras. Aku menggendong si kecil sambil menonton berita sore di dalam rumah seperti biasa.

Mendadak seketika bumi berguncang hebat dan terdengar suara gemuruh.Kami yang tinggal di daerah rawan bencana sudah terbiasa waspada langsung berhamburan.Aku menggendong anakku ke luar rumah.Sesaat aku keluar pintu,dinding rumah di sebelah pintu ambruk jatuh,debu pun berhamburan.
Kami yang panik hanya duduk di halaman .Anak-anak pun menangis cemas.Kami spontan berzikir: Laa ilaha Illallah!!!
Gempa reda setelah beberapa menit.Bagian dapur rumah sudah ambruk tak berdinding lagi.Ada yang pergi ke tepi pantai yang hanya berjarak 200 meter dari rumah,untuk melihat apakah air surut  sebagai pertanda tsunami akan menerjang.
Tapi keputusan tercepat adalah tidak perlu menunggu lama,kami harus mengungsi lewat jalur evakuasi.
Dengan mobil tetangga,kami mengutamakan anak-anak dahulu.Pemukiman kami termasuk padat dan tetangga kami adalah satu kaum sepersukuan.Orang dewasa bergegas pakai motor.Aku termasuk ke dalam pasukan naik mobil bersama anak-anak.Mobil kijang tetangga itu dipenuhi sekitar 15 orang anak.Akupun tak ingat jelas tepatnya.
Kami menuju ke daerah Santok.Sepanjang jalan tampak beberapa rumah sudah bersujud,ambruk,retak,hancur di antara orang-orang yang panik.
Kami menumpang di teras rumh seorang teman.Hari semakin gelap, hujan pun turun,mati lampu...dan anak-anak menangis!
Anak yang kami bawa ada yang tidak jelas dimana ayahnya,ibunya,kakaknya..pokoknya kami semua berkumpul menangis.Kecuali aku tentunya..Aku berusaha tenang,karena jadi kepala pasukan.
Makan malam kami disediakan tuan rumah yang baik hati. Jaringan telepon mati total.Pak tetangga kembali ke kampung untuk memberitahukan keberadaan kami.Malam kami lalui dengan cemas.Waspada gempa susulan,kami hanya berkumpul di teras.Beberapa tetangga menyusul berkumpul.Isu-isu pun berseliweran,katanya tsunami sudah naik,rumah hancur lebur dan yang lainnya.
Alhamdulillah malam itu ditengah kepanikan bisa kami lalui dengan selamat.
Paginya..karena dirasa aman dan gempa susulan kecil saja,kami berangsur pulang
Mendapati rumah yang hancur setengahnya.
Hari pertama..hari kedua..listrik masih mati,jaringan internet belum aktif.Hari ketiga aku baru dengar kabar bahwa Kota Padang kondisinya parah.Info dari tv di warung yang punya genset.Pusat gempa ternyata di Pariaman.Kerusakan di Pariaman juga banyak.Namun di Padang bangunan bertingkat banyak yang ambruk,hotel,mal,rata dengan tanah.
Suasana kacau tersebut ditonton oleh ayah dan mamak di Sidikalang.
Perasaan mereka pasti kacau meliht berita.Karena aku dan keluarga di Pariaman,dan sihah adikku yang kuliah di UNP Padang tak dapt dihubungi.
Hari ke empat kami terkejut.Ayah datang dengan mobil box berisi bantuan yang terkumpul dari saudara- saudara di Sidikalang.
Karena kami tak dapat ditelpon,ayah bertindak langsung berangkat melihat kondisi anaknya  ke Sumbar apakah selamat atau tidak.hiks.
Alhamdulillah kami selamat,adikku Sihah selamat juga.
Ayah mengira kami masih mengungsi.Mobil Box yang dibawa ayah itu penuh makanan,beras,tenda,ember,gayung sampai pisau pun ada.Cukup untuk keperluan di pengungsian.
Alhamdulillah ...dan Terima kasih juga kepada semua saudara yang telah mengirimkn bantuan saat itu kepada kami.Nama yang tak tersebut,semoga kebaikan keluarga dan tetangga di Sidikalang dibalas Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Gempa sering menghampiri daerah ini.Kapan akan terjadinya,dimana pusatnya Wallahu'alam..Allah punya rahasia.Kita hanya berusaha waspada dan tetap mempersiapkan diri.
Semoga kita dijauhkan dari musibah dan marabahaya.


Kesempatan kedua di Apresiasi GTK 2023

 Seolah rendezvous, aku menatap Bandara Internasional Minangkabau pagi itu, 20 November 2023. Sementara hiruk pikuk rombongan Apresiasi GTK ...