Senin, 24 November 2014

Suasana habis hujan begini.....
Dingin bersama angin
Seduh kopi hitam



Pas,suasana seperti di Sidikalang


My hometown


Tempat keluargaku tinggal adalah sebuah ruko (rumah toko) bertingkat di tepi jalan raya.Bernama jalan Ujung,Kota Sidikalang,Kabupaten Dairi,Sumatera Utara.Di lantai bawah adalah kedai kopi dan rumah makan milik keluarga kami dan di tingkat atas sebagai rumah .
Lantai atas memiliki beranda yang langsung memperlihatkan kehidupan di hadapannya.Teras di beranda itu adalah tempat favoritku.
Masa remajaku dipenuhi dengan belajar dan membantu usaha orang tua di kedai /menjaga warung.
Setelah aktivitas di lantai bawah,malam adalah saatnya kami beraktivitas di lantai atas.
Suasana favoritku adalah ketika langit malam dipenuhi bintang,jalanan mulai lengang dan aku duduk di beranda sambil menulis diary.Aku sangat menyukai suasana itu.Perasaanku tertuang dengan mudahnya di setiap lembaran diaryku.Masa remaja pasti dipenuhi cerita kan??semua itu tertuang pada sahabatku yang membisu itu.Segala yang kurasakan,yang kualami,yang kupertanyakan.Aku tak memiliki sahabat dekat dan spesial.Dan rasanya nyaman ketika kita bercerita pada sesuatu yang tidak akan membocorkan rahasia kita,kecuali jika orang lain yang mencoba mengintipnya.
Sambil menulis diary,pandanganku sesekali teralih ke suasana jalan.Suara tertawa sekumpulan pemuda yang sepertinya pulang olahraga, pasangan atau gerombolan orang yang tampaknya akan ke bioskop di sebalik jalan itu.
Yang sangat kuingat,ruko di seberang jalan rumah kami adalah kedai tuak.Pemandangan di sana menyajikan wajah lusuh menyendiri di sudut meja,atau tawa terbahak sekumpulan peminum yang mulai mabuk.Tentu saja mereka jarang menyadari keberadaanku karena mereka sibuk dengan percakapan seru.Semakin malam semakin berkurang mereka karena satu-persatu keluar kedai dengan langkah terhuyung.
Jika hujan baru reda,bunyi percikan air dilalui roda kendaraan......angin yang semakin menggigit,akan memaksaku menghabiskan kopi,mengucapkan salam perpisahan pada diaryku  dan bergegas menutup malam.

Malam ini...serasa kembali merasakan suasana itu...bunyi tetesan air sisa hujan tadi sore...
namun kopi di gelas ku belum habis lagi.


24 November 2014

Senin, 17 November 2014


Senja ini,kita menatap  matahari yang sama
Walau di tempat yang berbeda
Namun percayalah,sunset di sini tak kalah indahnya

Burung memekik berombongan
Terbang kembali ke sarang
Seiring mentari yang kembali ke peraduan

Senja selalu indah,dear.....
Jika kita memandangnya dengan cahaya cintaNYA

Minggu, 16 November 2014



Bagaimana ya??

Saya termasuk kepada sebagian orangtua yang dirundung keresahan akhir-akhir ini.Keresahan karena dihadapkan pada zaman dimana daya tarik media digital mulai terasa begitu kuatnya.Menarik minat bagai magnet,baik itu anak dan juga orangtua
Media bagai pisau bermata dua,di satu sisi memberi kemanfaatan namun di sisi lain menimbulkan permasalahan.Walaupun fungsinya tergantung bagaimana kita memakainya,namun untuk anak,orangtua menjadi peran utama sebagai pendamping.
Konten tontonan di internet,tontonan di televisi,game digital,PSP....semua menarik.
Saking menariknya,semua ingin dilahap.
Jika saringan tadi kurang berjalan fungsinya,anak bebas menikmati tontonan tanpa pendampingan orangtua,anak bermain game baik online maupun tidak tak mengenal waktu sehingga melalaikan tugas dan pelajarannya.
Orangtua yang tak mampu menyaring keterikatan dengan media digital...mata tak terlepas dari smartphone,komputer dalam jaringan online.Kegiatan mencari ilmu di gadget terkadang melalaikan hak anak atasnya.hak anak untuk diperhatikan perkembangannya,hak anak untuk didengarkan keluhannya.
Acara makan bersama atau meonton tv bersama yang dulunya diramaikan dengan diskusi,kini semakin sunyi karena tiap individu di rumah itu telah stand by dengan perangkat di tangan masing-masing
Hiruk-pikuk anak,remaja,oangtua berkumpul di tempat-tempat keramahan,semakin disenyapkan oleh keseriusan menghadapi dunia maya yang menjanjikan kenyamanan baginya.Anak-anak bersepeda berombongan berkeliling semkin berkurang karena mereka memilih duduk menghabiskan jam mainnya di warnet untuk bermain game online.
Si gadis remaja cekikian dan tersenyum sendiri memandangi kolom chat di hape-nya sambil sesekali matanya memandang sinetron televisi di depannya.Curhat mereka ke dunia maya.
Aku gregetan melihat anakku hanya terpaku menatap layar komputer,aku ingin mereka berlarian,menjelajah alam,berlumpur,bermain pasir dan masuk ke semak mencari burung,mencari capung,seperti yang kulakukan di masa kecilku.
Tapi,zaman sudah menemukan masa seperti ini.
Kedekatan tidak lagi dipenuhi ikatan emosional yang mesra tapi terkadang hanya menjalankan peran.
Tapi,inilah zaman yang kita hadapi.Tidak cukup dengan mengeluhkannya tetapi harus mensiasatinya.Karena jika kita tidak ikut berputar di dalamnya,maka kita akan tergilas perputaran roda itu.
Melukis langit dengan kenangan

Kesunyian terkadang menakutkan
Terkadang ia juga menghanyutkan
Jelajah bayang-bayang
Hilang dan timbul bagai pendar bintang


Kesunyian membekukan makna
Bagai kejora yang terdiam tergugu
Menanti edaran yang menghantarkannya pada pagi

Kesunyian ini membuatku tak ingin apa-apa
Saat sebentuk kenangan terlompat 
Mencairkan kesombongan
Menggugah  keegoisan


Nun di sana,terlukis dalam bentangan kelam
Tergores penuh warna
Namun tersembunyi
Karena ia memilih tertutup hitam
Namun tercatat  di sudut hati
Bahwa kau telah menjadi sahabatku
Hingga kini tetap sebagai sahabatku


Untuk:seorang sahabat
yang pernah kuberikan sebuah kado ultah,
tanpa nama,
tanda persahabatan,17 th y.l

 

Kesempatan kedua di Apresiasi GTK 2023

 Seolah rendezvous, aku menatap Bandara Internasional Minangkabau pagi itu, 20 November 2023. Sementara hiruk pikuk rombongan Apresiasi GTK ...