A
Thousand Days
Seharian tadi
mendapatkan kesempatan menghadiri seminar Parenting bersama narasumber Irwan Rinaldi,seorang
konselor,pemerhati dan aktivis pembelaan anak (KPAI).
Sangat menarik materi
yang disampaikannya berkaitan tentang peran orangtua pada tiap tahapan
perkembangan anak. Kita sebagai umat
islam, ilmu parenting yang terbaik
adalah ala islami yang ditunjukkan di Alqur’an yang Allah turunkan dan sunnah
yang diwariskan Rasulullah
Nah ….judul materi
seminarnya “Menjadi Ayah dan Bunda Teladan”.Akan saya coba sampaikan kembali
dengan bahasa saya dan saya
bagikan.Because,sharing is caring ya?
Pertemuan
menarik ini menekankan pada pentingnya penanaman pendidikan pada anak sejak
sebelum dia dilahirkan.Karena Alqur’an banyak menjelaskan pola pengasuhan anak
kepada kita tetapi selama ini kita acuhkan.Padahal beberapa hasil kajian-kajian
negara maju terhadap ilmu parenting belakangan seringkali ditemukan ternyata sesuai
seperti yang telah diceritakan dalam Al-qur’an .Padahal bisa jadi mereka tidak
islam.Dan awal mereka mengkaji,meneliti hanya berdasarkan ilmu turunan saja.
Sebenarnya itu adalah hikmah milik kita,umat muslim yang harus kita dapatkan
kembali.Sehingga penting bagi kita untuk meletakkan metoda pendidikan islami,berpedoman
pada tuntunan Allah dan RasulNYA, karena itulah yang paling tepat untuk
menjawab permasalahan kontemporer kini.
Dalam paparan di
bawah ini hanya beberapa hikmah dari sekian banyak hikmah yang terdapat dalam
Al-Qur’an berkaitan dengan parenting skill.Karena dalam tema seminar
menyinggung ini sehingga hanya ini yang bisa saya sampaikan,hehe…
Proses kelahiran
anak yang tidak tahu apa-apa kemudian Allah beri penglihatan,pendengaran dan
hati nurani agar kita bersyukur dijelaskan Allah dalam An-Nahl 78 (buka
yuukk…dan iqra’).
Hikmahnya
adalah, awal penerimaan pembelajaran seorang anak di awali dari:telinga/pendengarannya,Apa
saja yang didengarnya sejak masih sebagai janin di kandungan.Suara-suara
negative memberikan kesan negative pula,kalimat-kalimat thoyyibah akan memberi kesan
baik dalam memorynya juga.Mata/penglihatannya,yang akan merekam kejadian
yang dilihatnya dan terekam menjadi kesan dalam ingatannya.Dan hati nurani
yang menjadi penimbang kesan baik-buruk terhadap kesan tadi.Melalui 3 hal ini
ini, anak mendapatkan kepercayaan,kehangatan,kebaikan hati dan menjadi pusat
perhatian
Proses penyusuan
hingga penyapihan Allah jelaskan dalam Surah Luqman 14 (tolong dibuka dan
dibaca sendiri ya..:).Di sana disampaikan bahwa ibu mengandung,dilanjutkan
dengan penyusuan hingga dua tahun. Ibu memberi ASI pada bayinya hingga usia
maksimal dua tahun.Total usia kehamilan dan penyusuan hingga penyapihan 30
bulan.masa-masa ini lah yang dalam ilmu parenting barat dikenal dengan masa a
thousand days (1000 hari pertama).Pada masa inilah kesan yang mendalam akan
tertanam dan berpengaruh pada proses tumbuh dan kembang anak.baik fisik maupun
psikisnya.
Di tahapan
inilah peran ibu dan juga ayah sangat menentukan.Jika
memungkinkan,ayah ibunyalah yang mendampingi anak-anaknya pada masa-masa emas
tersebut.Anak itu adalah amanah dan tak seharusnya amanah tadi kita amanahkan
kembali pada oranglain.Ibu yang akan selalu dekat dengannya sejak dalam rahim
dan selama proses penyusuan.Karena penyusuan tidak sekedar proses memberikan
air susu tetapi juga terbentuk ikatan cinta / the bond of love antara anak yang
menyusu sambil menatap wajah ibu yang juga menatapnya sepenuh cinta (ibu-ibu
yang mengalami ini pasti sepakat!iya kan..iya kan.)
Peran ayah pun
tak kalah pentingnya,mendampingi ibu semasa hamil,memberikan kenyamanan dan
dukungan penuh atas segala kepayahan yang calon ibu alami.Ayah harus sering
menyapa,bercakap dengan calon anaknya sambil mengelus perut ibu dan mengirimkan
cinta dan kasih sayang.Elusan ayah secara langsung dan nada suara ayah diyakini
akan memberikan reaksi pada si janin.
Membacakan
kalimah-kalimah thoyyibah,kalimat-kalimat baik, bernada positif harus sering-sering
diperdengarkan kepada janin selama dia dalam kandungan hingga dia
lahir.Ayat-ayat suci Alqur’an harus kita yakini
lebih memberikan stimulasi pada calon bayi dibanding Mozart atau
Bethooven.Sudah ada lho penelitian yang mengungkapkan keistimewaan bacaan
Al-qur’an untuk stimulus otak janin.Lain kali saya tautkan linknya yee…
Kenapa 1000 hari
pertama itu penting? Dan kenapa masa-masa keemasan/Golden Age (0-4 tahun) itu
tak boleh kita lewatkan?karena masa ini akan menentukan karakter anak pada
saatnya besar nanti.Pembiasaan yang dia dapatkan terarah pada jalurnya.Pak
Irwan mengatakan :Penanganan yang tepat pada masa yang tepat.Karena jika
masa ini telah terbuang sia-sia maka tak akan bisa dipanggil lagi,tak akan bisa
diulang lagi.
Kita dihadapkan
pada fenomena
* makin
bobroknya akhlak dan makin rusaknya mental sebagian generasi kita.kriminalitas usia
kecil/anak berbuat tindak criminal,membunuh,memperkosa,seksualitas usia
remaja,narkoba usia remaja bahkan sakit jiwa usia muda.
*Selain
itu,terdapatnya fenomena kematangan mental jauh tertinggal dari kematangan
biologis
Usia sudah 40
tahun tapi berperilaku seperti berusia 20 tahun.terlambat dewasa..hehe..
Bisa jadi karena
pola pengasuhan yang tidak/kurang mengenalkan kemandirian sejak dini,tidak
mengajarkan bertanggung jawab akan perbuatannya,suka menyalahkan,anak jatuh
kita menyalahkan lantai.Saat anak bersalah,kita cenderung marah,memvonis dan
langsung menghukum tanpa memberinya ruang untuk memberi penjelasan sehingga
kelak dia menjadi tidak jujur.Mengajarkan curang agar anak menang lomba (ini semoga tidak ada pada
kita ya ..bu ibu…)
Masih banyak yang
lain yang tidak usah dusebutkan di sini satu per satu
*Atau
ini:kematangan mental lebih maju dari kematangan biologis
Apa yang salah??
Ternyata pola pengasuhan memegang kunci penting.Anak dibesarkan dengan
meminggirkan pendidikan karakter berbasis agama.Padahal inti pengasuhan itu
adalah :”Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.Orangtuanyalah yang
membuatnya menjadi yahudi,nasrani atau Majusi”.Jika dari kecil dia dilingkupi
nilai-nilai islam,kelak fitrah itu akan terjaga.Jika orangtuanya menanamkan
karakter berlandaskan agama secara maksimal,maka anak akan memiliki imunitas
.Bermacam pengaruh negative yang menggoda di sekitarnya akan tertolak oleh
fitrahnya.
Anak dituntut
mengejar nilai yang seolah satu-satunya ukuran kepintaran. Padahal karakter yang
sekarang kita usung kembali,jujur,berakhlak,santun,etos kerja,dll dijabarkan
secara gamblang dalam islam.
Beberapa pola
pengasuhan yang diterapkan orangtua kini
pada anaknya masih sama dengan pola
yang diterima dari orangtuanya dahulu.
Memang tidak semua negative,hanya beberapa.Namun di era digital ini anak-anak
kitapun tumbuh dengan semua sisi dirinya terdampak. Sehingga pola pengasuhan
yang kreatif dari orangtua perlu diperkuat.
Prophetic
parenting,pola parenting ala Rasulullah memuat hikmah yang luar biasa jika kita
mau mendalaminya.Ada sebuah buku yang berjudul serupa (keluaran penerbit
berbeda”Mendidik Anak Cara Nabi’).Di dalam sirah tersebut ,tampak bahwa
Rasulullah meletakkan penanganan yang berbeda pada anak di tiap tahap
pertumbuhan dan perkembangan.Bagaimana perlakuan pada anak 0-2 tahun,apa saja
trik yang bisa dilakukan di usia
perkembangannya.bagaimana rasulullah mengajarkan perlunya penegasan pada
gender,lelaki bertindak sebagai lelaki sejati dan perempuan tumbuh sebagai
perempuan sejati.Memisahkan tidur anak sejak usia 7 tahun,mengapa dilarang
tidur tengkurap.Begitupun usia remaja,bagaimana Rasulullah bertindak sebagai
sahabat tatkala mengajarkan Ali Bin Abi Thalib tentang ghadul
bashor/menundukkan pandangan pada wanita,kenapa remaja yang hampir dewasa harus
banyak terlibat aktivitas fisik untuk menyalurkan energy dan mengalihkan
fikirannya dari hal-hal negative.
Siapa yang
paling berperan menngajarkan dan membiasakan ini pada anak?
Ibunya
Dan….??
Ayahnya!
Nah,ayah adalah
sosok yang tak bisa diacuhkan di sini.Karena ternyata,anak belajar kehidupan
lebih ditentukan pendampingan sosok ayah.
Selain
pentingnya posisi seorang ibu, Al-Qur’an juga banyak menceritakan sosok-sosok
ayah dalam hikmahnya.Dalam Al-Baqarah 132-133 Allah ceritakan sosok Ibrahim yang selalu berwasiat tentang Allah bagi
Ismail sehingga anaknya itu tumbuh dengan karakter kuat .Dan saat diuji dengan
penyembelihan,Ismail begitu yakinnya akan ketentuan Allah.Kemudian ayat itu
dilanjutkan shirah tentang Nabi Ya’qub dalam menangani kesebelas anaknya.Kisah
Nuh juga mengandung makna dan dalam.
Seorang sosok
yang bernama Luqman,Allah kisahkan adalah sebagai seorang ayah yang sangat kuat
menanamkan karakter anaknya melalui rangkaian nasihat:
1.
Jangan menyekutukan Allah
2.
Selalu
bersyukur,karena barangsiapa yang bersyukur maka dia bersyukur untuk dirinya
3.
Selalu berbuat amar ma’ruf nahiy mungkar
4.
Selalu ihsan/berbuat baik,karena Allah Maha Luas
dan Maha Teliti
5.
Jangan sombong,jangan angkuh dan jangan suka
membanggakan diri
6.
Bersabar
Untaian nasihat
luqman ini sangat padat makna.Tidak hanya menyampaikan tetapi juga dilanjutkan
dengan akibat yang kita dapat jika melaksanakannya atau tidak.Begitu agung
kalimat Allah bukan?(sesekali cobalah baca dan renungi Surah Luqman di bagian ayat
12-19.Pengalaman saya,kalau lagi ngaji selalu merinding dan haru… karena di
sana juga diceritakan tentang ibu.secara saya punya ibu dan juga seorang ibu)
Alangkah
beruntungnya seorang anak masa kini yang memiliki ayah yang dekat
dengannya.Yang menjadi mentornya,yang menjadi sahabatnya,yang dipandangnya
sebagai sosok penting dalam setiap lembaran kisah hidupnya.
Menurut Pak
Irwan Rinaldi tadi ya, Indonesia sudah menunjukkan gejala ‘Fatherless
Country’/Negara tanpa ayah…ih ngeri ya bahasanya..ha kita bahasakan aja Negara
Kekurangan Ayah .Bukannya tidak ada ayah.Ada secara fisik tapi kurang tampak
secara psikis.Ayah masih di posisi sebagai ‘pencari uang untuk kebahagiaan
keluarga’.Banyak peran ayah di keluarga yang
masih memiliki sedikit quality time/waktu yang berkualitas bersama anak .Masih
ada gap kekakuan bahwa ayah harus tetap menjaga wibawanya yang ditakuti,yang
disegani sehingga untuk berkomunikasi semua kepada sosok ibu.
Di sebuah negeri
nun jauh di sana,malah terdapat fenomena ‘Father Hunger’ atau Lapar
Ayah.Anak-anak yang haus akan kasih-sayang ayahnya.Semoga tidak sampai terjadi
di Indonesia ya. Amin.. Ya rabb..
Belum terlambat
bagi kita untuk memperbaharui visi-misi berumah tangga dengan pasangan terutama
dalam hal pengasuhan anak.Bagaimana membawa sosok ayah juga terlibat menyapa
jiwa anak-anak kita. Tidak ada kata terlambat untuk itu.
Namun jika sudah
terlanjur bagaimana?anak-anak sudah remaja,dewasa,salah penanganan?
^Kita harus
berprasangka baik dulu kepada Allah
^^Lalu,kita
perbaiki keadaan dengan membayar ‘utang’/kesalahan yang sudah terlanjur kita
perbaiki perlahan dan jangan biarkan generasi kita ke bawahnya,cucu,cicit
mengalami hal serupa
Demikian sedikit
catatan saya tadi yang coba saya jabarkan .Mungkin ada poin yang terlewat mohon
masukan.
Jika ada
salah..maafin ya..maafin ya
Menjelang
pergantian hari,di Jum’at 11 Desember
2015 23:43
*Ditemani Maher
Zain