Kamis, 21 Agustus 2014

Selama ini....aku selalu berharap untuk bisa menjadi seperti orang-orang pintar,mengetahui segala hal dan selalu ingin mencari ilmu dimana saja.Sukses seperti orang-orang yang telah sukses.
Tetapi seiring waktu....ternyata  aku lebih ingin menjadi seorang yang bijaksana.
Karena almarhum kedua kakekku...beberapa tokoh yang aku kagumi,memikat penghormatanku bukan hanya karena kepintaran mereka,kecerdasan mereka,tetapi lebih kepada kebijaksanaan yang mereka miliki.
Menjadi bijaksana tidak dijamin dari banyaknya gelar yang disandang,beragam organisasi yang diikuti atau banyaknya pelatihan motivasi yang diikuti.
Kebijaksanaan muncul dari beragam pengalaman hidup.Perenungan yang panjang, mengambil hikmah dari setiap permasalahan.
Orang yang bijaksana,mampu berfikir tenang di tengah hiruk pikuk kepanikan
Orang bijaksana mampu mengelola kemarahan disaat dia mudah untuk dihamburkan
Orang bijaksana mengasah mata hati melalui kedekatan ruhani dengan Sang Rabb
Orang bijaksana melakukan sesuatu dengan keikhlasan semata-mata karena Tuhannya.

Semoga aku mampu

00.30 dini hari

make a wish


*my special day*

Kamis, 14 Agustus 2014

THE UNSPOKEN

Maaf.
Ikut latah memberi judul seperti kasus yang sedang tren.
Tapi ini tentang diriku.Yang tak terasa dalam hitungan hari akan genap berusia 35 tahun.Usia yang masih terkategori usia produktif.Dan menurut pelatihan konsep diri yang pernah aku ikuti pada masa kuliah dulu,pada usia ini  seseorang menata kesuksesan dan sedang menuju era kebebasan finansial. 
Itu katanya.
Ketika dulu saat melewati usia 30 tahun..aku masih bertanya-tanya apa "passion" ku?
Passion,memiliki banyak makna.Dari hasil blog walking,aku mendapati beberapa makna dari passion itu sendiri.
Passion dapat diartikan sebagai sebuah hasrat,panggilan dari alam bawah sadar kita.Untuk melakukan sesuatu hal atau pekerjaan yang kita menyukainya.Kita ikhlas melakukannya karena kita minat padanya.Kita tidak pernah bosan melakukannya dan kadangkala mau berkorban untuk mencapainya.
Trus,info dari blog-nya Ananto Veryadesa,passion dapat juga dikatakan sebagai kombinasi Pleasure(kesenangan),meaning (kepercayaan/yang secara luas dimaknai sebagai kepercayaan terhadap Tuhan) dan emotion (emosi)
Kesimpulan yang dapat kuambil,passion ini dimaknai lebih kepada pencapaian sesuatu yang padanya kita memiliki kepuasan menjalaninya dan berkeinginan kuat untuk mencapainya.Tidak hanya bersifat kesukaan,tetapi juga dalam memberikan makna pada hidup.
Misalnya,seseorang memiliki minat dalam bidang otomotif.Dia tidak hanya berkutat melampiaskan hobbi saja,tetapi juga menjadikan minatnya ini bermakna.Misalnya,membagi ilmu secara sukarela,membuka usaha bidang otomotif dan yang lainnya yang lebih memberikan arti dan kepuasan pada dirinya.Disinilah passionnya.
Sehingga banyak yang mengaitkan passion ini dengan pekerjaan.Karena sebagian besar orang ternyata bekerja bukan karena dia menyukai pekerjaan  tersebut melainkan karena mengharapkan imbalan uang.Yang mengakibatkan seringnya muncul perasaan jenuh,letih.Namun tetap bertahan di dalamnya karena tidak ada pilihan lain.

Dan aku pun ingin mengisahkan suatu hal berkaitan dengan pekerjaan.

Selepas diwisuda pada April tahun 2004,aku memiliki rencana. Ingin melibatkan diri di Pusat Penelitian /PSI (Pusat Studi Irigasi) Universitas Andalas.Karena ini adalah tema yang kuambil  untuk skripsiku.Setelah melewati  penelitian di Irigasi Galogandang,Kabupaten Tanah Datar Sumbar dan terlibat dengan stake holder di sana.Ditambah ketika itu pembimbing ku,Dr.Helmi,seseorang yang cerdas,suka berdiskusi  membuatku merasa ingin menerjunkan diri dalam bidang penelitian.Sepertinya bidang ini menantang untuk dijalani dan inilah jalanku.

Tetapi Allah SWT memberikan rencana lain untuk aku jalani.

Selepas wisuda,Allah mempertemukanku dengan jodohku.
April 2004 melewati masa ta'aruf dilanjutkan khitbah di bulan Mei dan melangsungkan pernikahan di 18 Juli 2004.
Karena suamiku bekerja sebagai asisten perkebunan di kebun sawit BTN 2 PT INCASI RAYA di Pasaman,aku harus ikhlas untuk diboyong ke sana.Aku juga harus ikhlas tidak bekerja karena perusahaan tidak membolehkan suami-istri bekerja dalam satu perusahaan.Dan pekerjaanku selanjutnya adalah mengurus rumah tangga.

Saat akan melahirkan anak pertama di tahun 2005,kami memutuskan berhenti bekerja di kebun sawit itu.Karena kondisi medan juang..eh..lokasi kurang mendukung jika kelak punya bayi sehingga kami pulang ke kampung suami di Pariaman.
Anak kedua lahir tahun 2007
Anak ketiga lahir tahun 2009
Anak ke empat lahir tahun 2012

Alhasil,aku disibukkan dengan anak-anakku.Jika ada lowongan membuatku berfikir panjang saat itu.Penerimaan penyuluh (THL) besar-besaran aku lewati.Padahal penyuluhan pertanian adalah prodi ku di Faperta Unand.Saat itu,panggilan sebagai seorang ibu lebih mendominasi.Tetapi, walaupun aku tidak bekerja tetap namun tetap bekerja.Beberapa aktivitas di bidang nirlaba tetap kujalani.Bidang inilah yang secara tidak langsung kuanggap sebagai cara Allah menunjukiku.
Dengan yayasan yang dikelola suami dan rekan-rekannya,muncul ide memperluas akses pelayanan yayasan yaitu mendirikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di desa  kami. Dan aku ditunjuk menjadi pengelolanya.Yang merancang dari awal,menyiapkan lokasi,merekrut guru serta mengurus perizinan ke dinas terkait.

Di tahun ajaran baru,Juli 2012,PAUD "ALBANA" resmi beroperasi.
Sejujurnya,dunia anak bukanlah dunia yang baru bagiku.Anak-anakku lahir dalam rentang waktu yang termasuk dekat.Dan mereka besar dalam pengawasanku.Saat awal  memiliki mereka,aku adalah ibu yang baru belajar.Sambil menjalankkan pengasuhan anak aku juga menambah pengetahuan dengan membeli majalah seperti ParentsGuide,Anakku,buletin bundabalita dll.Sedikit banyaknya ada ilmu yang bisa diserap.
Sekarang akses informasi sudah lebih mudah.Juknis suatu kegiatan bisa kita unduh dari situs departemen terkait.Informasi mengenai dunia PAUD mudah didapat dari situs,blog,mengikuti grup-grup seperti grup pendidik PAUD.Atau berdikusi dengan pihak dinas pendidikan,diskusi sesama pengelola ,rajin mendatangi pertemuan-pertemuan. Karena ilmu  ada di mana saja asal kita memiliki kemauan  untuk mencari dan mempelajarinya.
Memasuki tahun ketiga sebagai pengelola PAUD,aku menyadari aku belum pernah mengalami kejenuhan,keberatan dan keinginan untuk mundur.Malah sebaliknya aku  selalu ingin belajar dan belajar. Di dunia ini aku mengenal banyak orang baru,mempelajari banyak hal baru dan sepertinya akan selalu memancing keingintahuan. Seperti ada suatu dorongan dari dalam diri untuk terus mendalaminya.Malah ada keinginan untuk mengambil kuliah di PG PAUD supaya lebih maksimal dalam keterlibatan.
Apakah ini ''passion"-ku??

Kemarin sore,seorang teman bertanya,"Fit, ikut tes CPNS tahun ini??'

Waaahh...apakah  aku masih termasuk kategori lagi?? karena tanggal 22 Agustus esok aku berusia 35 tahun?

 Mungkin..... bidang yang sedang kujalani sekarang rencana yang ALLAH sediakan untukku saat ini.Untuk aku memperdalam dan memaksimalkan potensi diri di sana.
  Semoga Allah selalu menunjuki.Amin.

*refleksi diri*
di 
14 Agustus 2014




Selasa, 05 Agustus 2014

My Digital Diary

Sangat erat kaitannya,antara sering membaca dengan keinginan menulis.
Sedikit pengalaman:

Aku dibesarkan di sebuah keluarga yang secara tak sengaja memfasilitasi kebiasaan membaca.Walaupun itu secara tidak langsung.
Akhir tahun 80-an saat aku duduk di kelas 5 SD,kami pindah dari rumah Batang Beruh ke Jalan Ujung karena ayah memulai usaha kedai kopi.Ayah berlangganan koran harian sebagai sediaan bacaan di sana.Selain untuk dibaca keluarga.Dan kakek kami (poli-panggilan suku Pak-pak)adalah seorang pembaca koran.Setiap pagi sebelum pergi ke ladang di Bantun Kerbau,beliau selalu menyempatkan membaca koran.Kenapa aku tahu??karena rumah kakek di sebelah rumah kami( siapa nanya seehh??)
Secara langsung ataupun tidak,kami harus membaca koran.Sepulang sekolah,aku dan adikku  Fauzi bergantian menjaga warung kopi kami.Karena ayah harus berangkat ke ladangnya di Sidiangkat.Koran jadi sasaran pembunuh waktu karena tivi kami tidak punya.Saat itu juga belum ada hape untuk dipakai main game apalagi laptop dan komputer.Nimbrung  ngobrol dengan bapak-bapak langganan warung kami?hadeuh...omongannya hilir mudik ga seru.
Dengan Fauzi yang beda usia setahun denganku, aku sering rebutan koran sepulang sekolah.Karena koran dibaca sambil makan siang (ini contoh tidak baik,jangan ditiru.Walaupun sampai sekarang aku sering melakukannya,hihihi)
Seiring waktu berjalan ayah juga sesekali membeli majalah Tempo,Gatra.Karena beliau orang yang suka berdiskusi dan membahas sesuatu.Walaupun mereka majalah politik aku selalu membaca setiap beritanya.Mbu Nur-ku yang saat itu bekerja di PT.Wahana sering membeli majalah Kartini.Dan Mbu Dewi ku sering meminjamkan buku-buku dari pustaka sekolah tempat dia mengajar.
Saat itu,membaca merupakan tarikan tertentu.Sepertinya menarik sekali membaca segala sesuatu.
Sebuah tarikan yang aku sangat mengingatnya,kebiasan setiap sabtu di SD Teladan tempatku sekolah meminjamkan buku-buku kepada siswa  untuk dibaca di rumah.Momen ini sangat kutunggu-tunggu.
Aku juga punya teman akrab seorang chinese bernama Widya.Dia berlangganan majalah BOBO dan Donal Bebek.Widya adalah sasaranku untuk meminjam bahan bacaan.Karena ayah kurang setuju kalau akau membeli majalah anak-anak itu,entah kenapa sebabnya.
Di kota Sidikalang tanah kelahiranku,saat itu tidak ada perpustakaan daerah.Yang ada jasa sewa komik.Kalau ini aku jarang meminjamnya karena cenderung mahal dan terkena denda jika terlambat.Bisa dikatakan,aku lebih suka bahan bacaan yang gratis (Ngaku...)
Sebuah pengalaman pribadi, ayahku pernah merobek majalah Donal Bebek yang kupinjam karena aku keasyikan membaca hingga tak dengar ayahku menyuruh sesuatu.Terpaksalah aku mengganti majalah tadi. Kasian..kasian..

Nah..demikian secuil kisahku
Lalu, dimana korelasinya dengan menulis??

Mungkin ini:

Aku tertarik menulis diary sejak kelas 5 SD.Segala hal kutuangkan di buku diaryku.Hingga aku tamat kuliah,buku diaryku berjumlah 12 buah.Sekali setahun aku mesti mengganti diary yang sudah penuh.Mereka masih ada sebagian.Sebagian lagi telah kumusnahkan ketika aku menikah.Karena beberapa di dalamnya kufikir hanya tentang kisah sedih di hari minggu..eh...bukan...kisah melankolis  ababil alias abege labil.Upaya pengenalan jati diri dan lawan jenis.Yang lucu jika kubaca ulang namun rasanya tak akan lucu ketika terbaca suamiku nantinya.Karena terkadang dalam hidup ini kita mesti menghapus kisah-kisah jahil kita saat Allah telah memberi kita kesempatan menutupnya.
Jika kubaca diary pertama dan keduaku,aku tak menyangka penulisnya  adalah aku.Karena gaya penulisannya dan kalimatnya bagus (halah...saatnya memuji diri sendiri..hehe).Eh,nggak ding..maksudku menilik gaya tulisannya..lumayanlah..untuk seorang pemula.Karena saat itu aku masih SD.Jadi,kurasa itu adalah efek dari kebiasaan membaca yang sangat membantu dalam proses pemilihan kata dan penyusunan kalimat untuk menuangkan ide.
Semakin ke depan semakin runut dan membaik susunan kalimat dan pemilihan kata-kata dalam tulisan di buku diaryku.
Tetapi,aku adalah penulis bebas.yang menuliskan opini,perasaan,ide hanya berdasarkan keinginan.Mencurahkan sesuatu yang menumpuk dalam fikiran.Aku tak serius memperdalam jurnalistikku.Saat di bangku kuliah,beberapa kali aku mengikuti pelatihan Jurnalistik namun tak seiring dengan latihan rutin.Tulisan yang kuhasilkan tak signifikan dengan keinginan dalam hati.Saat mendapat amanah di HIMASEKTA (Himp.Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) Univ.Andalas aku ditempatkan sebagai koordinator Jurnalistik.Dan anggota bid.Jurnalistik di Forum Studi FORSTUDI.Tapi,hasilnya saat itu hanya sebatas mading,belum menghasilkan yang lebih.
Sekitar tahun 2000-an,aku tergabung dalam  tim penyusun majalah mini milik Bidang Perempuan DPW PKS Sumbar.Tapi hanya sempat terlibat 3 edisi.
Saat kuliah aku mempunyai notes berisi ide-ide.Sejenis mind map lah...yang kelak kutuangkan dalam tulisan ketika ada waktu.

Ketidak seriusan dalam belajar menghasilkan capaian yang kurang maksimal.Saat ini,panggilan menulis itu selalu ada.Di Fb aku berteman dengan penulis-penulis berharap agar virus menulis itu selalu merasukiku.Karena aku merasa sebagai penulis 'kapan sempat'.yah...kapan sempatlah baru menulis.Klisenya,dibebani pekerjaan rumah tangga  dan mengurus anak kadang membuatku merasa tak sempat lagi untuk menulis.

Tapi,untuk diary aku selalu ingin menulis.
Kini diaryku bukan sebuah buku tebal bergambar bunga yang punya kunci gembok di luarnya.
Diaryku adalah diary digital.

Untuk kubagikan kepada pembaca

Because sharing is caring



Kesempatan kedua di Apresiasi GTK 2023

 Seolah rendezvous, aku menatap Bandara Internasional Minangkabau pagi itu, 20 November 2023. Sementara hiruk pikuk rombongan Apresiasi GTK ...