My Digital Diary
Sedikit pengalaman:
Aku dibesarkan di sebuah keluarga yang secara tak sengaja memfasilitasi kebiasaan membaca.Walaupun itu secara tidak langsung.
Akhir tahun 80-an saat aku duduk di kelas 5 SD,kami pindah dari rumah Batang Beruh ke Jalan Ujung karena ayah memulai usaha kedai kopi.Ayah berlangganan koran harian sebagai sediaan bacaan di sana.Selain untuk dibaca keluarga.Dan kakek kami (poli-panggilan suku Pak-pak)adalah seorang pembaca koran.Setiap pagi sebelum pergi ke ladang di Bantun Kerbau,beliau selalu menyempatkan membaca koran.Kenapa aku tahu??karena rumah kakek di sebelah rumah kami( siapa nanya seehh??)
Secara langsung ataupun tidak,kami harus membaca koran.Sepulang sekolah,aku dan adikku Fauzi bergantian menjaga warung kopi kami.Karena ayah harus berangkat ke ladangnya di Sidiangkat.Koran jadi sasaran pembunuh waktu karena tivi kami tidak punya.Saat itu juga belum ada hape untuk dipakai main game apalagi laptop dan komputer.Nimbrung ngobrol dengan bapak-bapak langganan warung kami?hadeuh...omongannya hilir mudik ga seru.
Dengan Fauzi yang beda usia setahun denganku, aku sering rebutan koran sepulang sekolah.Karena koran dibaca sambil makan siang (ini contoh tidak baik,jangan ditiru.Walaupun sampai sekarang aku sering melakukannya,hihihi)
Seiring waktu berjalan ayah juga sesekali membeli majalah Tempo,Gatra.Karena beliau orang yang suka berdiskusi dan membahas sesuatu.Walaupun mereka majalah politik aku selalu membaca setiap beritanya.Mbu Nur-ku yang saat itu bekerja di PT.Wahana sering membeli majalah Kartini.Dan Mbu Dewi ku sering meminjamkan buku-buku dari pustaka sekolah tempat dia mengajar.
Saat itu,membaca merupakan tarikan tertentu.Sepertinya menarik sekali membaca segala sesuatu.
Sebuah tarikan yang aku sangat mengingatnya,kebiasan setiap sabtu di SD Teladan tempatku sekolah meminjamkan buku-buku kepada siswa untuk dibaca di rumah.Momen ini sangat kutunggu-tunggu.
Aku juga punya teman akrab seorang chinese bernama Widya.Dia berlangganan majalah BOBO dan Donal Bebek.Widya adalah sasaranku untuk meminjam bahan bacaan.Karena ayah kurang setuju kalau akau membeli majalah anak-anak itu,entah kenapa sebabnya.
Di kota Sidikalang tanah kelahiranku,saat itu tidak ada perpustakaan daerah.Yang ada jasa sewa komik.Kalau ini aku jarang meminjamnya karena cenderung mahal dan terkena denda jika terlambat.Bisa dikatakan,aku lebih suka bahan bacaan yang gratis (Ngaku...)
Sebuah pengalaman pribadi, ayahku pernah merobek majalah Donal Bebek yang kupinjam karena aku keasyikan membaca hingga tak dengar ayahku menyuruh sesuatu.Terpaksalah aku mengganti majalah tadi. Kasian..kasian..
Nah..demikian secuil kisahku
Lalu, dimana korelasinya dengan menulis??
Mungkin ini:
Aku tertarik menulis diary sejak kelas 5 SD.Segala hal kutuangkan di buku diaryku.Hingga aku tamat kuliah,buku diaryku berjumlah 12 buah.Sekali setahun aku mesti mengganti diary yang sudah penuh.Mereka masih ada sebagian.Sebagian lagi telah kumusnahkan ketika aku menikah.Karena beberapa di dalamnya kufikir hanya tentang kisah sedih di hari minggu..eh...bukan...kisah melankolis ababil alias abege labil.Upaya pengenalan jati diri dan lawan jenis.Yang lucu jika kubaca ulang namun rasanya tak akan lucu ketika terbaca suamiku nantinya.Karena terkadang dalam hidup ini kita mesti menghapus kisah-kisah jahil kita saat Allah telah memberi kita kesempatan menutupnya.
Jika kubaca diary pertama dan keduaku,aku tak menyangka penulisnya adalah aku.Karena gaya penulisannya dan kalimatnya bagus (halah...saatnya memuji diri sendiri..hehe).Eh,nggak ding..maksudku menilik gaya tulisannya..lumayanlah..untuk seorang pemula.Karena saat itu aku masih SD.Jadi,kurasa itu adalah efek dari kebiasaan membaca yang sangat membantu dalam proses pemilihan kata dan penyusunan kalimat untuk menuangkan ide.
Semakin ke depan semakin runut dan membaik susunan kalimat dan pemilihan kata-kata dalam tulisan di buku diaryku.
Tetapi,aku adalah penulis bebas.yang menuliskan opini,perasaan,ide hanya berdasarkan keinginan.Mencurahkan sesuatu yang menumpuk dalam fikiran.Aku tak serius memperdalam jurnalistikku.Saat di bangku kuliah,beberapa kali aku mengikuti pelatihan Jurnalistik namun tak seiring dengan latihan rutin.Tulisan yang kuhasilkan tak signifikan dengan keinginan dalam hati.Saat mendapat amanah di HIMASEKTA (Himp.Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) Univ.Andalas aku ditempatkan sebagai koordinator Jurnalistik.Dan anggota bid.Jurnalistik di Forum Studi FORSTUDI.Tapi,hasilnya saat itu hanya sebatas mading,belum menghasilkan yang lebih.
Sekitar tahun 2000-an,aku tergabung dalam tim penyusun majalah mini milik Bidang Perempuan DPW PKS Sumbar.Tapi hanya sempat terlibat 3 edisi.
Saat kuliah aku mempunyai notes berisi ide-ide.Sejenis mind map lah...yang kelak kutuangkan dalam tulisan ketika ada waktu.
Ketidak seriusan dalam belajar menghasilkan capaian yang kurang maksimal.Saat ini,panggilan menulis itu selalu ada.Di Fb aku berteman dengan penulis-penulis berharap agar virus menulis itu selalu merasukiku.Karena aku merasa sebagai penulis 'kapan sempat'.yah...kapan sempatlah baru menulis.Klisenya,dibebani pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak kadang membuatku merasa tak sempat lagi untuk menulis.
Tapi,untuk diary aku selalu ingin menulis.
Kini diaryku bukan sebuah buku tebal bergambar bunga yang punya kunci gembok di luarnya.
Diaryku adalah diary digital.
Untuk kubagikan kepada pembaca
Because sharing is caring
Tidak ada komentar:
Posting Komentar