Awal Agustus kemarin,perjalanan pertama kali bagiku berkunjung ke Istana Maimun di Kota Medan.
Yup! walaupun lahir dan dibesarkan di Sidikalang, Sumatera Utara aku belum pernah menginjakkan kaki di bangunan bersejarah ini.Kenapa belum pernah?ya ..belum ada kesempatan saja.Dan walaupun pernah mempelajarinya sewaktu sekolah tapi belum pernah diadakan studi banding ke sana.So,jadilah aku dan suami yang kebetulan mudik sebentar ke Sidikalang menyempatkan diri mengunjunginya.Ini namanya turis di kampung sendiri..hehe
Istana Maimun merupakan salah satu warisan sejarah kebanggan orang Medan,terutama melayu.Karena istana ini dulunya adalah tempat raja bertahta,mengambil keputusan dan menjadi pusat pemerintahan pada saat itu. Bangunannya masih kokoh dan terawat.
Berdasarkan googling di Wikipedia,ini sedikit informasi tentang Istana Maimun:
Istana Maimun adalah istana Kesultanan Deli yang merupakan salah satu ikon kota Medan, Sumatera Utara, terletak di Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun.
Didesain oleh arsitek Italia dan dibangun oleh Sultan Deli, Sultan Mahmud Al Rasyid. Pembangunan istana ini dimulai dari 26 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei 1891. Istana Maimun memiliki luas sebesar 2.772 m2
dan 30 ruangan. Istana Maimun terdiri dari 2 lantai dan memiliki 3
bagian yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri dan bangunan sayap
kanan. Bangunan istana ini menghadap ke utara dan pada sisi depan
terdapat bangunan Masjid Al-Mashun atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Masjid Raya Medan.
(Sumber: Wikipedia)
Kami datang pagi sekali bersamaan orang yang sedang jogging.Karena kebetulan tempat kami menginap dekat dan cukup berjalan kaki sekitar 10 menit.
Sewaktu kami datang, para petugas yang berseragam baru bersiap.Gerbang piket juga belum ada petugasnya.Jadi,kami keliling-keliling dulu.
Tepat pukul 8.30 pintu istana dibuka.Kami disambut seorang lelaki yang sepertinya masih keturunan keluarga raja. Menurut informasi, kesultanan kerajaan ini masih berlangsung hingga kini.Sultan masih diwariskan turun temurun dan di istana tersebut masih ditinggali keluarga sultan.Pantas saja terlihat terawat ya..
Selain kami telah ada beberapa orang juga yang telah berkunjung. Setelah menaiki tangga yang dinaungi atap,kami disambut beranda yang terdapat 2 pasang kursi dan meja kayu.
Dan..jrengng..pintu dibuka,subhanallah,sungguh menakjubkan di dalamnya. Bangunan berloteng tinggi dan luas,khas bangunan aula.Lorong pendek menyambut kami.Di sana terdapat plakat-plakat dan beberapa foto yang menunjukkan sejarah istana ini.
Selanjutnya kami langsung memasuki aula utama, dimana di salah satu sisinya terdapat singgasana sultan yang posisinya di desain tinggi dan berkelambu berwarna kuning,khas melayu.Di sisi seberang singgasana terdapat ruangan yang memuat lemari pajangan peninggalan senjata,alat musik,peralatan perang dan yang lainnya.Walaupun beberapa asli,sebagiannya tampaknya mewakili benda-benda yang mungkin pernah hilang.
Foto: Latar singgasana raja dahulunyaBangunan permanen tersebut dihiasi kayu-kayu ukiran yang dahulunya merupakan meja rias,kursi bersofa lembut dan berukir,lemari yang cukup antik.
Di sisi tiap dinding terdapat meja-meja panjang yang diisi foto-foto sultan dari masa ke masa.Baik yang berbentuk lukisan maupun foto cetak.Dan tergantung foto raja berpigura besar di dinding.Di salah satu sisi aula terdapat ruangan untu pengunjung selfie dengan baju khas melayu.Kita mesti bayar untuk penyewaan baju dan jasa cuci foto.
Kami tidak berfoto karena waktu waktu tak cukup..Jadi,kami hanya membeli souvenir yang bisa didapatkan di toko souvenir yang terletak di salah satu ruangan di sebelah singgasana raja.Tampaknya tempat ini telah dikelola bagian pariwisata karena semua petugasnya sepertinya pegawai pemda.
Jika kamu pencinta souvenir,dijamin pengen memborong semua..habis..lucu-lucu souvenirnya.Itu yang kurasakan hehe.
Selain bangunan utama istana, di sisi kanannya terdapats ebuah bangunan kecil tertutup yang berisi meriam pontong.Menurut hikayatnya ,meriam ini konon adalah potongan tubuh pangeran kerajaan yang mengubah dirinya menjadi meriam demi melindungi kerajaannya yang diserang musuh.Peperangan itu akibat ditolaknya pinangan seorang raja pada Puteri Hijaun, sang putri cantik kesultanan.Karena kepanasan,meriam tadi terbelah/puntung.Itulah cerita yang mereka percayai.Kami sih tidak masuk ke dalam bangunan karena meriam itu sudah pernah kulihat di buku pelajaran waktu SMP.:)
Sesudah puas berkeliling,kami bersiap pulang karena akan ke bandara Kuala Namu mengejar penerbangan jam 1 siang.
Goodbye Istana Maimun..jumpa lagi....
Ma'af kalau fotonya kebanyakan selfi.Maklum..turis.haha