Minggu, 17 April 2016

Memoar di April

Bulan April ini adalah bulan bersejarah.Tepatnya 11 tahun yang lalu aku melahirkan si putri sulung kami,Wafa.Tanggal 23 esok,dia akan berulang tanggal,bulan dan tahun kelahirannya.
Mengandung anak sulung adalah pengalaman baru bagi seorang calon ibu tentunya. Begitupun denganku.Mengoleksi dan membaca buku perawatan bayi,pengasuhan anak,psikologi anak.Paling bersemangat membuat list kebutuhan calon anak dan bingung berbelanja baju bayi (saking cantik semuanya..:)).
Tapi pengalaman yang paling berkesan adalah keterkejutan yang kualami selama mengandung Wafa.Sebulan Wafa dalam kandungan,rumah dinas kebun kami di perkebunan sawit Bintara Tani Nusantara II,Pasaman Barat dibakar massa demonstran yang memprotes perusahaan.Saat itu suami bekerja sebagai staf afdeling yang dibakar.Di depan mata, rumah semi permanen itu dilalap sijago merah beserta isinya hingga jadi abu dan arang.Terkejut? pastinya.Di Desember 2004, gempa dan tsunami Aceh menggemparkan Indonesia.Karena perkebunan dekat dengan pantai Air Bangis,ayunan gempa terasa kuat.Merasa sedikit cemas juga.Januari 2005,saat Wafa 6 bulan dalam kandungan suami memutuskan resign dari perusahaannya .Keputusan ini merupakan akumulasi ketidaknyamanannnya akan pola manajemen perusahaan yang tidak fair.Sebagai istri dan calon ibu,sejujurnya hati ketar-ketir juga.Tapi tarbiyah mengajarkanku untuk tetap yakin bahwa Allah Maha Luas rezekiNYA.InsyaAllah rezeki anak akan datang walaupun ayahnya saat ini pengangguran.Kami pun pindah ke Pariaman dan menumpang tinggal di rumah mertua. April 2005,gempa besar mengguncang Pariaman.Bayang -bayang tsunami Aceh 5 bulan yang lalu memaksa kami mengungsi  ke daerah ketinggian.Karena rumah mertua cuma berjarak 200 m dari tepi laut.Selama 2 hari kami tinggal di bawah tenda di lapangan bersama pengungsi lainnya hingga situasi terasa aman. 
Mengalami itu semua,insyaallah aku tidak sampai mengeluarkan airmata dan meratapi keadaan.Ada sebuah ketegaran yang kudapatkan.Kuyakin bukan muncul dari hatiku yang sebenarnya saja tetapi juga bukti kekuatan sang calon bayi yang kukandung.Aku yakin aku bisa kuat karena calon anakku pasti orang yang kuat.Jika dia akan menjadi manusia yang kuat,dia harus tegar dan menjauhi ketakutan sejak dini.Karena kita yakin Allah tidak jauh-jauh dari kita.PerlindunganNYA selalu ada.Setidaknya,DIA memberi ketenangan dalam kegelisahan, kelapangan hati dan fikiran walaupun keadaan sebenarnya cenderung mengajak berfikir sempit.
Yang paling kuyakini,keadaan yang Allah tunjukkan itu belumlah seberapa dibanding perjuangan seorang calon ibu di tengah negara yang berperang,di tengah bencana besar.Ini baru segelintir yang Allah tunjukkan sebagai sarana tarbiyah dan mendewasakan diri serta mendekatkan diri pada kebesaranNYA.Dan semoga fikiran yang kita miliki seperti itu akan dirasakan anak yang kita kandung dan dia akan membesar dengan pemikiran positif terhadap Allah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang abadi dalam do'aku

 Kepada lelaki yang telah berada di sisiku 21 tahun, aku bercerita tentang seorang lelaki yang selalu di hatiku selama 46 tahun ini. Dia aya...