Welcome July!!
Juli tahun ini tepat 16 tahun usia pernikahan kami, Muhamad Yasin dan Fitri Sari Angkat
Usia yang jika diibaratkan anak remaja,sedang manis-manisnya gitu..
Tapi lain jika dipakai memaknai usia pernikahan,menjelang 20 tahun adalah masa-masa yang akan penuh warna dan berdinamika.
Mengingat usia pernikahan ini secara langsung mengingatkanku pada masa awal menikah.Keputusan menikah yang muncul karena ada orang yang berkenan melamar.Dan aku diberi ketetapan hati oleh Allah untuk mengiyakan.
Aku wisuda dari Universitas Andalas April 2004.Yang tergambar rencana dalam pikiranku adalah secepatnya mencari kerja.Dosen pembimbingku pun pernah menawarkan untuk mengabdi di LSM nya sesudah aku tamat.Pokoknya dalam pikiran focus untuk mengabdi dan menghasilkan uang.
Apakah tak terpikir jodoh? terpikir juga sih...tapi menikah dalam waktu dekat bagaimana bisa,aku tak punya pacar saat itu. Dan selama merantau di Padang tak pernah pacaran.Yang kubayangkan,aku akan ketemu jodohku beberap tahun kemudian lah.
Ternyata takdir Allah berkata lain....disitu aku merencanakan mencari kerja,di situ pula ada tawaran menikah. Seorang senior yang sedang mencari istri. Dengan kriteria mau diajak tinggal di dalam hutan! Apaan cobaaa...
Kami dicomblangin oleh temannya,seniorku juga di pertanian
Kan lucu ya kriterianya. Sesudah menikah baru aku tau arti kriteria itu.
Dia bekerja di perkebunan sawit yang terisolasi dari keramaian.Dia ingin mencari istri yang bisa mendampinginya hidup di sana.Dan dipikirkannya anak fakultas pertanian cocok kali ya..kan petani! hi..hi..maka dicarilah akhwat dari faperta.Dan kriteria berikutnya tentu saja istrinya harus yang belum bekerja tetap.a.ka.pengangguran (sorry.sarkasme..ehm..)
Yah..gimana juga mau mencari kerja di tengah hutan gitu?
maka dicarilah akhwat yang baru wisuda,kan statusnya masih pengangguran.
Nah..mungkin inilah jalan dari Allah
Saat mendapat tawaran itu melalui guru ngajiku, aku bawa istikharah.Hanya Allah yang bisa menunjuki hatiku,mana yang terbaik.Karena dia seniorku di Faperta,aku mengenalnya hanya dari luar.Pribadinya da keluarganya sama-sekali aku tak tau.Bagaimana dengan cinta?namanya juga ga kenal dekat,gak pernah pacaran belum ada rasa cinta. Dengan info yang sedikit itu,aku memilih jalan mengiyakan dengan do'a:jika dia jodohku maka proses ini akan lancar.Jika tidak jodoh,ya ada aja kelak yang membuatnya gagal.Dah gitu aja
Kami pun ta'aruf...dengan didampingi guru ngaji.
yang lucu dan kuingat sampai sekarang,saat ta'aruf dia bilang ingin istri di rumah aja gak bekerja.Dan aku iyakan..lucu juga aku ini...niat awal mau cari kerja eh malah setuju untuk tidak bekerja.Tapi kita yakin,yang membolakbalikkan hati adalah Allah.Yang penting niat menikah karena petunjuknya.
Ternyata lancar hingga ke pelaminan..hingga saat ini sudah 16 tahun dengan lima anak yang shaleh-shalehah.Dan sampai saat ini ternyata aku memang full jadi ibu rumah tangga,seperti yang kuiyakan 16 tahun yang lalu.Hmm..
Untuk masa depan,kita tidak tahu bagaimana,sampai dimana jodoh kita.Yang penting kita saling memahami diri sendiri,memahami pasangan,memahami jalan Allah dan berbuat terbaik agar bisa berjodoh hingga ke Syurga.Aamiin.
Kenapa di awal kukatakan berdinamika?karena di masa ini adalah dimana anak sudah membesar.Mereka sudah mandiri.Sebagian sudah tinggal di asrama pesantren. Kerepotan mengurus balita sudah mulai berkurang.Jadi,yang sebelumnya topic kita didominasi pengasuhan anak balita,sekarang kita akan memasuki mendampingi 5 anak remaja.Dan itu membuat kami harus berteman lebih akrab lagi agar dapat menjadi teman yang pas untuk 5 remaja kami nantinya.
Semoga Allah lancarkan perjalanan biduk rumah tangga ini hingga ke JannahNYA.
AAmiin
Our Wedding Anniversary
July,17th
Jumat, 03 Juli 2020
Rabu, 17 Juni 2020
Mengisi waktu
Wabah Covid-19 membuat kita menghabiskan waktu lebih banyak di rumah.Segala kegiatan yang biasanya dilakukaan di luar terpaksa dikurangi.Jika tidak terlaalu perlu,sangat riskan untuk keluar.Selain beberapa kegiatan yang ditunda, ditiadakan,tempat wisata ditutup,aku juga terasa malas berkeluyuran tanpa alasan urgent.Karena apa?di jalanan terutama batas kota selalu ada pemeriksaan kesehatan membuat aku makin terasa malas.
Makin lama di rumah terasa makin mati gaya.Tidak sepenuhnya juga betul.Karena aktivitas rumah tangga terasa tidak ada habisnya.Tapi aku merasa, selain family time dengan suami dan anak-anak apalagi yang bisa kulakukan yang bisa menambah kualitas pemikiranku?
Alhamdulillah...kondisi bencana ini memberi hikmah yang besar.Semua kegiatan beralih ke dunia maya.Seminar,workshop,rapat dilakukan secara online.Melalui aplikasi Zoom,Googleroom,Webex dan yang lainnya.Aku sebagai insan yang baru bersemangat di dunia pendidikan terutama pendidikan anak usia dini seolah menemukan kamar-kamar yang baru terbuka berisi harta yang sangat berharga.
Di Instagram, Facebook,Grup Telegram,grup WhatsApp banyak beredar flyer acara-acara yang dapat kita ikuti secara online.Umumnya gratis,cukup mendaftar online dan bersedia menyediakan waktu dan modal semangat.
Bertubi-tubinya rangkaian acara yang terbuka untuk diikuti,membuatku kadang merasa 'gila'.Saking senangnya githu lho....Aku mendaftar banyak acara namun terkadang lupa pas hari- H,hahaha...rugi sih sebenarnya.Itu namanya modal semangat aja tapi manajemen waktu kurang (jangan ditiru)
Selain acara yang berkaitan dengan anak dan pendidikan anak..aku juga semangat mengikuti klub buku.
Sejujurnya,klub buku ini aku ikuti dari grup pengelola TBM se-Indonesia.Melihat buku-buku yang dibaca dan didisukusikan sangat menarik minat!
Contohnya,senin kemarin klub membaca dan membedah buku 'Arus Balik'Karangan Sastrawan Pramudya Ananta Toer.
Buku Pram yang kami koleksi di rumah,sudah aku baca semua.Tapi beda kesannya saat buku itu kita baca lembar-per lembar,secara bergantian sesudah itu didiskusikan.Membuka wacana, tentu saja!
Yang paling membuat aku'gila' acara kumpul sama sastrawan kayak gitu sangat aku idamkan.Walaupun aku bukan sastrawan,tapi mendengar mereka berdiskusi,berpuisi,aku sangat sukaaa...kemampuan anugerah literasi yang sangat aku idamkan.
Ada lagi Lomba cerpen,lomba puisi secara online dan bertaraf nasional.Percaya tidak/aku juga daftar untuk ikut hohoo...tapi apakah aku akan semangat juga untuk menghasilkan dan mengirimkan karya??itu dongkrak semangat yang coba aku pupuk.
Semangat! semoga kondisi ini mampu memberikan warna dan ilmu bagiku sehingga tidak termasuk golongan begitu-begitu saja,padahal banyak hal yang bisa dilakukan.
Makin lama di rumah terasa makin mati gaya.Tidak sepenuhnya juga betul.Karena aktivitas rumah tangga terasa tidak ada habisnya.Tapi aku merasa, selain family time dengan suami dan anak-anak apalagi yang bisa kulakukan yang bisa menambah kualitas pemikiranku?
Alhamdulillah...kondisi bencana ini memberi hikmah yang besar.Semua kegiatan beralih ke dunia maya.Seminar,workshop,rapat dilakukan secara online.Melalui aplikasi Zoom,Googleroom,Webex dan yang lainnya.Aku sebagai insan yang baru bersemangat di dunia pendidikan terutama pendidikan anak usia dini seolah menemukan kamar-kamar yang baru terbuka berisi harta yang sangat berharga.
Di Instagram, Facebook,Grup Telegram,grup WhatsApp banyak beredar flyer acara-acara yang dapat kita ikuti secara online.Umumnya gratis,cukup mendaftar online dan bersedia menyediakan waktu dan modal semangat.
Bertubi-tubinya rangkaian acara yang terbuka untuk diikuti,membuatku kadang merasa 'gila'.Saking senangnya githu lho....Aku mendaftar banyak acara namun terkadang lupa pas hari- H,hahaha...rugi sih sebenarnya.Itu namanya modal semangat aja tapi manajemen waktu kurang (jangan ditiru)
Selain acara yang berkaitan dengan anak dan pendidikan anak..aku juga semangat mengikuti klub buku.
Sejujurnya,klub buku ini aku ikuti dari grup pengelola TBM se-Indonesia.Melihat buku-buku yang dibaca dan didisukusikan sangat menarik minat!
Contohnya,senin kemarin klub membaca dan membedah buku 'Arus Balik'Karangan Sastrawan Pramudya Ananta Toer.
Buku Pram yang kami koleksi di rumah,sudah aku baca semua.Tapi beda kesannya saat buku itu kita baca lembar-per lembar,secara bergantian sesudah itu didiskusikan.Membuka wacana, tentu saja!
Yang paling membuat aku'gila' acara kumpul sama sastrawan kayak gitu sangat aku idamkan.Walaupun aku bukan sastrawan,tapi mendengar mereka berdiskusi,berpuisi,aku sangat sukaaa...kemampuan anugerah literasi yang sangat aku idamkan.
Ada lagi Lomba cerpen,lomba puisi secara online dan bertaraf nasional.Percaya tidak/aku juga daftar untuk ikut hohoo...tapi apakah aku akan semangat juga untuk menghasilkan dan mengirimkan karya??itu dongkrak semangat yang coba aku pupuk.
Semangat! semoga kondisi ini mampu memberikan warna dan ilmu bagiku sehingga tidak termasuk golongan begitu-begitu saja,padahal banyak hal yang bisa dilakukan.
Senin, 01 Juni 2020
Untuk apa perbedaan?
Throwback pada tahun 1998
Aku harus hijrah ke Padang,Sumatera Barat karena qadaruLLAH mendapat kesempatan kuliah di Faperta Universitas Andalas.Daerah baru bagiku,namun kata buku dan info dari ayah mamak bahwa Padang adalah daerah islami.
Aku dipertemukan dengan saudara yang mengajakku tinggal di kontrakan bersama yang dinamai 'wisma'.
Kesan pertama aku tinggal di sana sangat baik dan berharap aku betah tinggal lama. Kami bersepuluh tinggal di 5 kamar.Rumah itu terletak di antara rumah penduduk yang dapat dikategorikan wilayah perkampungan asli penduduk. Tetangga kanan -kiri wisma ramah dan perhatian. Wisma memiliki program-program harian untuk menamba ruhiyah. Bagiku yang melaksanakan islam standar tentu hal yang bagus.Terkadang aku suka terkadang aku bosan dan terkadang aku tertekan akan program rumah disamping kegiatan kampus yang padat.
Untung para senior baik semua dan membiarkan kita mengikut secra perlahan sebisanya.Tidak memaksa. Namun aku segan pastinya
Oiya, sebagai anak baru di sana,aku tidak sendiri.Ada seorang lagi akhwat yang dari Medan namanya Desi.Dibanding aku, Desi sudah aktif di organisasi keislaman sejak di SMA. Dia baik,semangat,akrab,lucu,jilbabnya lebar namun suka bergaul. Akupun mudah membaur dengan Desi,walaupun sebagai sesama anak baru kadang ingin lebih diperhatikan senior.Biasalah yaa..
Akupun merasa bahwa aku beda dengan Desi.Selain jilbabnya yang lebar aku apalah.Jilbabku seperut saja walupun menutup dada. Kalau di kampus aku ikut mentoring agama islam, Desi sudah ikut level di atas itu. Dia sudah digabungkan ke grup yang isinya akhwat yang sudah pernah mentoring di SMA. Mereka beragam asal daerahnya.
Kehidupan pun berjalan lancar dan perlahan aku hijrah dalam hal pakaian. Celana sudah berangsur kuganti dengan rok supaya agak 'girly'.Baju ketat sudah perlahan dikurangi memakainya. Karena seiring aku tahu seperti apa syarat pakaian seorang muslimah. Kehidupan di wisma mnenyenangkan.
Namun tak sampai setahun, aku terpaksa pisah rumah dengan Desi.
Desi temanku yang semangat ikut kajian lebih mendalam akan ruhiyahnya dan berimbas pada penampilannya. Jilbabnya yang lebar tak lagi berwarna putih seperti ciri khasnya .Sekarang sudah berwarna gelap dan semakin panjang.Kala kami berbarengan berangkat ke kampus dia sering menutupi muka selain matanya dengan jilbab.
Liburan kenaikan tingkat, aku pulang ke Sidikalang.Sebulan lebih di sana ternyata ada kejadian di wisma.Saat aku kembali, Desi sudah pindah rumah.Aku kaget kenapa dia tidak pamit dan apa alasannya pindah?Perlahan aku tahu ternyata Desi sudah memutuskan pakai cadar.
Aku agak shock pastinya, bukan dengan pilihannya namun kenapa cadarnya menjadikannya terasingkan?banyak tanya di pikiranku saat itu.
Maklum,walaupun asal tinggalku Kabupaten Dairi Sumatera Utara daerah mayoritas nasrani namun perbedaan di sana bukanlah hal yang menjauhkan pergaulan. Di kota besar seperti Kota Medan banyak kita temui 'tipe'pakaian muslimah sesuai fikih yang ia fahami dan jalankan. Dari jilbab yang standar menutup dada dan bahu, bercadar/niqab,bahkan burqa yang tertutup hingga mata. Semua ada dan mudah ditemui di kampus-kampus. Di Sidikalang juga ada.Aku bertetangga dengan keluarga yang kajian Jama'ah Tabligh dimana semua anak perempuannya ber-niqab. Dan itu tidak menghalangi mereka bersosialisasi dengan sesaama muslim bahkan non-muslim. Aku pun dekat dengan mereka. Itulah perbedaan faham masing-masing yang boleh kita sebarkan pada orang dengan cara ahsan namun tidak memaksa dan tidak menjauhi jika ditolak.Bukankah begitu? itulah prinsipku pada masa itu sebagai anak baru tinggal di wisma. Dengan perbedaan agama saja kita bisa hidup berdampingan kenapa dengan saudara seiman hanya karena masalah pilihan pakaian?Apalagi ini di Padang lho..yang masyarakatnya mayoritas islam. Kenapa tidak bisa menerima?
Seingatku,aku pernah protes tapi lebih sering protes dalam diam. Namun kecewaku lebih kepada temanku Desi tidak tinggal dengan kami lagi.Dia pindah ke wisma yang sama kajian dengannya.
Perlahan aku memahami alasan para akhwat seniorku. Karena di Sumbar ini dahulunya pernah terjadi kejadian yang mencoreng citra orang bercadar sehingga dianggap sesat. Ditambah lagi rumah wisma kami di tengah warga yang masih trauma kejadian itu dan protes. Akhwat memikirkan bagaimana efek tidak sampai meluas. Di wisma pun sudah mulai tampak beda dia dengan pola akhwat wisma.Aku tak tahu persis kejadian apa itu namun tak kurang tak lebih masalah fikih yang berbeda.
sebagai anak baru yang banyak tanya akupun berusaha tak memperdulikannya lagi.
Namun di kampus aku masih ketemu Desi karena kami sering kuliah di kelas bersebelahan. Bagiku itu lah drama dan realita yang terpaksa kualami sehingga menimbulkan tanya dan memberi pemahaman baru. Masalah mau melaksanakan yang mana ya tergantung pemahaman dan keyakinan kita.
Akhir pertemuanku dengan Desi ternyata terlalu cepat terjadi. Desi memutuskan berhenti kuliah dan pulang kampung ke Pangkalan Susu,kampung halamannya. Dan sampai kini aku tak pernah bertemu,kucari akunnya di facebook namun tak kunjung bertemu. Suara dan ketawa Desi masih terngiang di telingaku.
semoga suatu saat aku bisa ketemu Dessy Wahyu Diana.
Aku harus hijrah ke Padang,Sumatera Barat karena qadaruLLAH mendapat kesempatan kuliah di Faperta Universitas Andalas.Daerah baru bagiku,namun kata buku dan info dari ayah mamak bahwa Padang adalah daerah islami.
Aku dipertemukan dengan saudara yang mengajakku tinggal di kontrakan bersama yang dinamai 'wisma'.
Kesan pertama aku tinggal di sana sangat baik dan berharap aku betah tinggal lama. Kami bersepuluh tinggal di 5 kamar.Rumah itu terletak di antara rumah penduduk yang dapat dikategorikan wilayah perkampungan asli penduduk. Tetangga kanan -kiri wisma ramah dan perhatian. Wisma memiliki program-program harian untuk menamba ruhiyah. Bagiku yang melaksanakan islam standar tentu hal yang bagus.Terkadang aku suka terkadang aku bosan dan terkadang aku tertekan akan program rumah disamping kegiatan kampus yang padat.
Untung para senior baik semua dan membiarkan kita mengikut secra perlahan sebisanya.Tidak memaksa. Namun aku segan pastinya
Oiya, sebagai anak baru di sana,aku tidak sendiri.Ada seorang lagi akhwat yang dari Medan namanya Desi.Dibanding aku, Desi sudah aktif di organisasi keislaman sejak di SMA. Dia baik,semangat,akrab,lucu,jilbabnya lebar namun suka bergaul. Akupun mudah membaur dengan Desi,walaupun sebagai sesama anak baru kadang ingin lebih diperhatikan senior.Biasalah yaa..
Akupun merasa bahwa aku beda dengan Desi.Selain jilbabnya yang lebar aku apalah.Jilbabku seperut saja walupun menutup dada. Kalau di kampus aku ikut mentoring agama islam, Desi sudah ikut level di atas itu. Dia sudah digabungkan ke grup yang isinya akhwat yang sudah pernah mentoring di SMA. Mereka beragam asal daerahnya.
Kehidupan pun berjalan lancar dan perlahan aku hijrah dalam hal pakaian. Celana sudah berangsur kuganti dengan rok supaya agak 'girly'.Baju ketat sudah perlahan dikurangi memakainya. Karena seiring aku tahu seperti apa syarat pakaian seorang muslimah. Kehidupan di wisma mnenyenangkan.
Namun tak sampai setahun, aku terpaksa pisah rumah dengan Desi.
Desi temanku yang semangat ikut kajian lebih mendalam akan ruhiyahnya dan berimbas pada penampilannya. Jilbabnya yang lebar tak lagi berwarna putih seperti ciri khasnya .Sekarang sudah berwarna gelap dan semakin panjang.Kala kami berbarengan berangkat ke kampus dia sering menutupi muka selain matanya dengan jilbab.
Liburan kenaikan tingkat, aku pulang ke Sidikalang.Sebulan lebih di sana ternyata ada kejadian di wisma.Saat aku kembali, Desi sudah pindah rumah.Aku kaget kenapa dia tidak pamit dan apa alasannya pindah?Perlahan aku tahu ternyata Desi sudah memutuskan pakai cadar.
Aku agak shock pastinya, bukan dengan pilihannya namun kenapa cadarnya menjadikannya terasingkan?banyak tanya di pikiranku saat itu.
Maklum,walaupun asal tinggalku Kabupaten Dairi Sumatera Utara daerah mayoritas nasrani namun perbedaan di sana bukanlah hal yang menjauhkan pergaulan. Di kota besar seperti Kota Medan banyak kita temui 'tipe'pakaian muslimah sesuai fikih yang ia fahami dan jalankan. Dari jilbab yang standar menutup dada dan bahu, bercadar/niqab,bahkan burqa yang tertutup hingga mata. Semua ada dan mudah ditemui di kampus-kampus. Di Sidikalang juga ada.Aku bertetangga dengan keluarga yang kajian Jama'ah Tabligh dimana semua anak perempuannya ber-niqab. Dan itu tidak menghalangi mereka bersosialisasi dengan sesaama muslim bahkan non-muslim. Aku pun dekat dengan mereka. Itulah perbedaan faham masing-masing yang boleh kita sebarkan pada orang dengan cara ahsan namun tidak memaksa dan tidak menjauhi jika ditolak.Bukankah begitu? itulah prinsipku pada masa itu sebagai anak baru tinggal di wisma. Dengan perbedaan agama saja kita bisa hidup berdampingan kenapa dengan saudara seiman hanya karena masalah pilihan pakaian?Apalagi ini di Padang lho..yang masyarakatnya mayoritas islam. Kenapa tidak bisa menerima?
Seingatku,aku pernah protes tapi lebih sering protes dalam diam. Namun kecewaku lebih kepada temanku Desi tidak tinggal dengan kami lagi.Dia pindah ke wisma yang sama kajian dengannya.
Perlahan aku memahami alasan para akhwat seniorku. Karena di Sumbar ini dahulunya pernah terjadi kejadian yang mencoreng citra orang bercadar sehingga dianggap sesat. Ditambah lagi rumah wisma kami di tengah warga yang masih trauma kejadian itu dan protes. Akhwat memikirkan bagaimana efek tidak sampai meluas. Di wisma pun sudah mulai tampak beda dia dengan pola akhwat wisma.Aku tak tahu persis kejadian apa itu namun tak kurang tak lebih masalah fikih yang berbeda.
sebagai anak baru yang banyak tanya akupun berusaha tak memperdulikannya lagi.
Namun di kampus aku masih ketemu Desi karena kami sering kuliah di kelas bersebelahan. Bagiku itu lah drama dan realita yang terpaksa kualami sehingga menimbulkan tanya dan memberi pemahaman baru. Masalah mau melaksanakan yang mana ya tergantung pemahaman dan keyakinan kita.
Akhir pertemuanku dengan Desi ternyata terlalu cepat terjadi. Desi memutuskan berhenti kuliah dan pulang kampung ke Pangkalan Susu,kampung halamannya. Dan sampai kini aku tak pernah bertemu,kucari akunnya di facebook namun tak kunjung bertemu. Suara dan ketawa Desi masih terngiang di telingaku.
semoga suatu saat aku bisa ketemu Dessy Wahyu Diana.
Sabtu, 16 Mei 2020
Menuju New Normal
Setelah hampir 3 bulan 'mengurung ' rakyatnya dalam isolasi atau karantina rumah,akhirnya pemerintah mulai menyerah dan kembali membuat bingung.
Sang Presiden yang diduga tidak tegas mengeluarkan peraturan plin-plan dan membingungkan.Pemerintah pun bingung.Apalagi rakyatnya ya??
Presiden bilang A, menteri ini bilang B, Presiden mengklarifikasi pernyataan yang diucapkan sendiri.
Masyarakat diperintahkan patuh tidak mudik.Tak lama sesudah itu jalur tranportasi udara dibuka.Bandara penuh,masyarakat 'merasa'sudah boleh bepergian.Sebagian merasa dikhianati saat disuruh mengisolasi diri sendiri namun orang lain ternyata ramai di jalanan
Tak sampai menunggu 3 bulan sampai batas bantuan sosial atau BLT diturunkan,pemerintah pun memutuskan untuk ;berdamai 'dengan Covid-19.katanya virus ini tak mungin hilang dari muka bumi maka kita menerima hidup berdampingan dengan virus ini dan menganggapnya sama seperti virus influenza,AIDS dan lain-lainnya.Akan diberlakukan New Normal yang berarti kita tetap menjalani hidup seperti biasanya namun dengan menerapkan perilaku hidup sehat.
Memang kita tidak boleh kagetan tinggal di negara +62 ini.Karena negara yang besar jadi pemimpin sekarang kurang punya data yang cepat tentang rakyatnya.
Kami juga sudah baca kalau Corona ini sama seperti virus lainnya pak pemerentah..tapi yang membuat takut kan pemerintah juga.Kita digambarkan penularan virus ini cepat dan massive,maka jagalah orang berimun rendah dan penyakit bawaan.Anggap diri sendiri pembawa virus dan pikirkan agar tidak menularkan ke orang lain.Situasi yang diberitakan pun sungguh mengerikan.Bagi yang membaca berita tentu jadi takut.Kecuali masyarakat yang cuek dan tetap cuek apapun yang terjadi.
Sekarang supaya imun kita tidak turun, ikuti ajalah anjuran itu.Berpositif thinking aja bahwa itu demi keselamatan kita.Karena situasi pandemi ini sering berubah maka peraturan pemerintah pun mudah berubah untuk menyesuaikan.Banyak-banyak saja berdo'a dan ingat untuk menjaga kesehatan diri dan keluarga.
Sang Presiden yang diduga tidak tegas mengeluarkan peraturan plin-plan dan membingungkan.Pemerintah pun bingung.Apalagi rakyatnya ya??
Presiden bilang A, menteri ini bilang B, Presiden mengklarifikasi pernyataan yang diucapkan sendiri.
Masyarakat diperintahkan patuh tidak mudik.Tak lama sesudah itu jalur tranportasi udara dibuka.Bandara penuh,masyarakat 'merasa'sudah boleh bepergian.Sebagian merasa dikhianati saat disuruh mengisolasi diri sendiri namun orang lain ternyata ramai di jalanan
Tak sampai menunggu 3 bulan sampai batas bantuan sosial atau BLT diturunkan,pemerintah pun memutuskan untuk ;berdamai 'dengan Covid-19.katanya virus ini tak mungin hilang dari muka bumi maka kita menerima hidup berdampingan dengan virus ini dan menganggapnya sama seperti virus influenza,AIDS dan lain-lainnya.Akan diberlakukan New Normal yang berarti kita tetap menjalani hidup seperti biasanya namun dengan menerapkan perilaku hidup sehat.
Memang kita tidak boleh kagetan tinggal di negara +62 ini.Karena negara yang besar jadi pemimpin sekarang kurang punya data yang cepat tentang rakyatnya.
Kami juga sudah baca kalau Corona ini sama seperti virus lainnya pak pemerentah..tapi yang membuat takut kan pemerintah juga.Kita digambarkan penularan virus ini cepat dan massive,maka jagalah orang berimun rendah dan penyakit bawaan.Anggap diri sendiri pembawa virus dan pikirkan agar tidak menularkan ke orang lain.Situasi yang diberitakan pun sungguh mengerikan.Bagi yang membaca berita tentu jadi takut.Kecuali masyarakat yang cuek dan tetap cuek apapun yang terjadi.
Sekarang supaya imun kita tidak turun, ikuti ajalah anjuran itu.Berpositif thinking aja bahwa itu demi keselamatan kita.Karena situasi pandemi ini sering berubah maka peraturan pemerintah pun mudah berubah untuk menyesuaikan.Banyak-banyak saja berdo'a dan ingat untuk menjaga kesehatan diri dan keluarga.
Ramadhan Akan Pergi
Tak terasa,bulan ramadhan akan berlalu sekitar 6 hari lagi.Waktu melambai dan berlalu seperti kapas,begitu ringan dan hilang sekejap mata.Ramadhan kali ini sungguhlah berbeda karena dilaksanakan dalam masa PSBB Jilid 2 Covid-19 (merujuk ke tulisan sebelum ini)
Ramadhan akan tetap seperti itu.Sebulan dan memuat konten ibadah dan masih merupakan bulan maghfirah.Kita yang melaluinya yang merasakan sebuah kesan.
Masa karantina di rumah berarti waktu lebih banyak di rumah dan masih mengikuti anjuran pemerintah untuk beribadah di rumah juga.
Aku mungkin orang yang paling senang dan bahagia ramadhan kali ini.Seluruh anggota keluarga lengkap.Wafa dan Jundi yang biasanya di asrama kini full di rumah.Selain puasa yang kami lalui secara lengkap, shalat pun dilaksanakan secara lengkap berjama'ah di rumah.
Sebelum ini aku biasanya shalat wajib dan tarawih sendirian saja.Karena ketiga anak lelakiku dibawa ayahnya shalat berjam'ah ke mesjid.Aku belum bisa ikut bersama mereka karena si bungsu yang belum memungkinkan dibawa.
Kali ini shalatku sangat bahagia,sekeluarga berjama'ah di rumah dengan suami sebagai imam shalat.Terkadang bergantian dengan Jundi yang sudah remaja.
Waktu menjadi tak terasa karena kebersamaan dengan anak menjadikan banyak waktu untuk berkomunikasi, bergurau, berpetuah dan curhat.
Selain beribadah, akupun memasak di dapur dengan bahagia.Karena kali inilah aku semangat masak dan mencoba resep baru, karena pasti penghuni rumah menghabiskan.Memang masa isolasi ini tak ada istilah makan-makan di luar.Sehingga masakan rumah menjadi satu-satunya tumpuan.
Bulan puasa adalah bulan yang menjadikan kita harus kreatif mencari resep yang tidak membosankan.Sehingga youtube dan google adalah sahabat akrabku dalam contekan ide resep masakan.Maklum, aku bukan expert dalam hal masak-memasak ini.Tapi jika manut dikit aja ke google,InsyaAllah tidak mengecewakan. Masakan selalu habis oleh anak-anak yang sedang masa pertumbuhan.
Masa pun berlalu..Syawal akan menjelang.Dan mungkin sekolah akan kembali dibuka.Anak-anak akan kembali ke asrama dan bersekolah.Kebersamaan seharusnya menjadikan keluarga semakin erat ikatan cinta.Dibalut cinta kepada Allah maka niscaya segala yang kita lakukan tidak sia-sia.
Ramadhan malam ke-22
Ramadhan akan tetap seperti itu.Sebulan dan memuat konten ibadah dan masih merupakan bulan maghfirah.Kita yang melaluinya yang merasakan sebuah kesan.
Masa karantina di rumah berarti waktu lebih banyak di rumah dan masih mengikuti anjuran pemerintah untuk beribadah di rumah juga.
Aku mungkin orang yang paling senang dan bahagia ramadhan kali ini.Seluruh anggota keluarga lengkap.Wafa dan Jundi yang biasanya di asrama kini full di rumah.Selain puasa yang kami lalui secara lengkap, shalat pun dilaksanakan secara lengkap berjama'ah di rumah.
Sebelum ini aku biasanya shalat wajib dan tarawih sendirian saja.Karena ketiga anak lelakiku dibawa ayahnya shalat berjam'ah ke mesjid.Aku belum bisa ikut bersama mereka karena si bungsu yang belum memungkinkan dibawa.
Kali ini shalatku sangat bahagia,sekeluarga berjama'ah di rumah dengan suami sebagai imam shalat.Terkadang bergantian dengan Jundi yang sudah remaja.
Waktu menjadi tak terasa karena kebersamaan dengan anak menjadikan banyak waktu untuk berkomunikasi, bergurau, berpetuah dan curhat.
Selain beribadah, akupun memasak di dapur dengan bahagia.Karena kali inilah aku semangat masak dan mencoba resep baru, karena pasti penghuni rumah menghabiskan.Memang masa isolasi ini tak ada istilah makan-makan di luar.Sehingga masakan rumah menjadi satu-satunya tumpuan.
Bulan puasa adalah bulan yang menjadikan kita harus kreatif mencari resep yang tidak membosankan.Sehingga youtube dan google adalah sahabat akrabku dalam contekan ide resep masakan.Maklum, aku bukan expert dalam hal masak-memasak ini.Tapi jika manut dikit aja ke google,InsyaAllah tidak mengecewakan. Masakan selalu habis oleh anak-anak yang sedang masa pertumbuhan.
Masa pun berlalu..Syawal akan menjelang.Dan mungkin sekolah akan kembali dibuka.Anak-anak akan kembali ke asrama dan bersekolah.Kebersamaan seharusnya menjadikan keluarga semakin erat ikatan cinta.Dibalut cinta kepada Allah maka niscaya segala yang kita lakukan tidak sia-sia.
Ramadhan malam ke-22
Selasa, 21 April 2020
Mengisi masa isolasi mandiri
Sebulan sudah anak sekolah belajar dari rumah.Duuuhhh..emak yang punya anak 4 ini harus menyabar-nyabarkan diri menjadi guru dadakan. Apa yang kalian bayangkan ,emak yang cuma guru PAUD mendadak harus jadi guru SD dan SMP? ternyata emak bisaaaa...
Pertama, emak rempong di 3 hari pertama sekolah rumah (emak yakin bahwa sang guru juga rempong tuuh..)
tiga hari pertama, ustadzah kirim tugas via grup WA.Ada 4 grup WA boo...Wadduhh..
yang ada tablet Oppo emak dan laptop yang sudah diinstall WA.
Emak tugasnya memantau anak, untuk Zaki dan Arik yang masih SD, ustadzah kasih soal pertanyaan dari buku yang harus ditulis dan dijawab.Shalat dhuhaa..difotoin,kirim ke ustadzah.hafalan Qur'annya (ini emak suka ini..heee) sekalian emak muraja'ah kan??) direkam...lalu kirim ke ustadzah
Emak memelototi anak agar stay dengan tugasnya,kalau tidaakkk...matanya bisa liat yutub alias nonton.
Kalau yang SMP sih sudah mandiri
Melihat emak rempong dengan HP yang tang..ting..tung...si Abi menelpon petugas buat pasang Indihome...Alhamdulillah...kalau tidak paket internet bisa jeboll karena hotspot ke laptop.
Alhamdulillah pekan kedua sudah stabil, anak SD via Oppo dan yang SMP via laptop.
Sebenarnya ini seni menemukan ritme aja.
Emak orangnya gak mau setress..karena kadang kasian liat anak kan??
Kondisi wabah ini kita harus hindari stres supaya imun gak turun.
Emak buat kesepakatan sama anak, habis salat subuh ..kita sekeluarga baca Alma'tsurat /dzikir pagi dulu, lanjut mengerjakan tugas rumah.Pembagian tugas ini sudah disepakati, Arik buang sampah, zaki jemur kain, Jundi menyapu rumah dan kak Wafa mencuci piring. Itu tugas utama,tugas sampingan nanti ada juga diinstruksikan emak tergantung situasi yang membutuhkan.
Sesudah menerima tugas dari ustadzah, selesaikan dulu baru dah bisa bebas...mau main game di komputer, mau main di laptop kecuali main di luar rumah..stop dulu!
Dengan schedule ini Alhamdulillah emak gak payah negosiasi. Kalau tugas ga siap ga boleh main.
Sejauh ini lancar...kecuali beberapa kali berdebat dengan si Arik yang memang jago ngeyel.Tapi dengan jurus emak dia selalu kalah.Yeay..
Di pekan ke 4,negara ini menginstruksikan belajarnya dengan video yang bisa ditonton di youtube dan TVRI.Mungkin maksudnya supaya terjangkau ya..karena tidak semua ortu punya WA.Sesudah nonton anak menjawab pertanyaan yang tersedia. Alhamdulillah agak berkurang tugas emak
Pertama, emak rempong di 3 hari pertama sekolah rumah (emak yakin bahwa sang guru juga rempong tuuh..)
tiga hari pertama, ustadzah kirim tugas via grup WA.Ada 4 grup WA boo...Wadduhh..
yang ada tablet Oppo emak dan laptop yang sudah diinstall WA.
Emak tugasnya memantau anak, untuk Zaki dan Arik yang masih SD, ustadzah kasih soal pertanyaan dari buku yang harus ditulis dan dijawab.Shalat dhuhaa..difotoin,kirim ke ustadzah.hafalan Qur'annya (ini emak suka ini..heee) sekalian emak muraja'ah kan??) direkam...lalu kirim ke ustadzah
Emak memelototi anak agar stay dengan tugasnya,kalau tidaakkk...matanya bisa liat yutub alias nonton.
Kalau yang SMP sih sudah mandiri
Melihat emak rempong dengan HP yang tang..ting..tung...si Abi menelpon petugas buat pasang Indihome...Alhamdulillah...kalau tidak paket internet bisa jeboll karena hotspot ke laptop.
Alhamdulillah pekan kedua sudah stabil, anak SD via Oppo dan yang SMP via laptop.
Sebenarnya ini seni menemukan ritme aja.
Emak orangnya gak mau setress..karena kadang kasian liat anak kan??
Kondisi wabah ini kita harus hindari stres supaya imun gak turun.
Emak buat kesepakatan sama anak, habis salat subuh ..kita sekeluarga baca Alma'tsurat /dzikir pagi dulu, lanjut mengerjakan tugas rumah.Pembagian tugas ini sudah disepakati, Arik buang sampah, zaki jemur kain, Jundi menyapu rumah dan kak Wafa mencuci piring. Itu tugas utama,tugas sampingan nanti ada juga diinstruksikan emak tergantung situasi yang membutuhkan.
Sesudah menerima tugas dari ustadzah, selesaikan dulu baru dah bisa bebas...mau main game di komputer, mau main di laptop kecuali main di luar rumah..stop dulu!
Dengan schedule ini Alhamdulillah emak gak payah negosiasi. Kalau tugas ga siap ga boleh main.
Sejauh ini lancar...kecuali beberapa kali berdebat dengan si Arik yang memang jago ngeyel.Tapi dengan jurus emak dia selalu kalah.Yeay..
Di pekan ke 4,negara ini menginstruksikan belajarnya dengan video yang bisa ditonton di youtube dan TVRI.Mungkin maksudnya supaya terjangkau ya..karena tidak semua ortu punya WA.Sesudah nonton anak menjawab pertanyaan yang tersedia. Alhamdulillah agak berkurang tugas emak
Rabu, 15 April 2020
Masa isolasi mandiri
Sudah
hampir 3 pekan masa karantina ini kami lalui.Masih belum tahu kapan himbauan
ini dicabut oleh para pemuka negeri ini. Sebagai rakyat, kami hanya berperan
menjalani sesuai yang kami juga patuhi. Berbicara tentang virus Corona dan
segala hal nya tentu lebih dipahami oleh ahli virology, misalnya. Segala sesuatu
yang terjadi ini sudah dibahas, diperkirakan demi memutus rantai penyebaran
Covid-19 lebih meluas.
Wabah ini mewajibkan semua warga untuk isolasi mandiri di rumah masing-masing. Di antara yang patuh,banyak juga warga yang tidak peduli. Sepertinya karena cuek, kurang informasi atau tidak peduli. Di luar sana masih banyak yang belum memakai masker seperti anjuran.Daripada pusing melihat orang yang tidak patuh, mending kita cari aman saja. menetap di rumah dan hindari keluar jika tidak perlu sekali.
Besok, Rabu, 22 April 2020 pemerintah Sumatera Barat akan memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).Dilihat dari edaran yang ada di media, pelaksanaannya tidak jauh beda dengan yang sudah dilakukan 3 pekan ini tapi mungkin memperkuat dasar pelaksanaan saja. Di samping itu pemerintah akan menanggung bantuan untuk warga yang kekurangan. bantuan yang diberikan berbentuk sembako dan juga uang untuk bertahan hidup selama beberapa bulan ke depan.
Kondisi ini dirasakan semua lapisan masyarakat. Yang pegawai juga dipotong beberapa tunjangannya. Pejabat selain dipangkas gaji juga beberapa biaya di smaping itu.Tidak ada yang diuntungkan dengan wabah ini.Semua merasakan beratnya cobaan ini. Yang biasanya menerima gaji harus bersyukur juga masih ada uang tetap,walaupun berkurang.Pengusaha juga kehilangan pendapatan akibat warga bertahan di rumah. Pengusaha pun harus menanggung biaya operasional usaha dan pegawainya.
Aah...memang sebaiknya tidak sering-sering buka media sosial kalau tidak ingin terpuruk sedih.Aku yang memang tidak punya penghasilan sendiri juga harus menyabarkan diri. Kami yang bergantung pada gaji suami, yang juga dipotong partai untuk bantuan covid. Keperluan terpaksa memakai tabungan yang ada, karena di samping biaya hidup rumah tangga kami juga menjadi tempat pengaduan beberapa kenalan dan relasi yang minta dibantu sebisanya.
Ala kulli hal....di tengah kesedihan ini Allah ingin menunjukkan hikmah untuk kita semua.Jangan terlalu larut dalam kegembiraan karena semua ada batasnya. Seperti pesan mamak ku dalam telepon, ini saatnya kita ingat untuk bersyukur, bersabar, tidak lupa diri, membantu sesama, menyadari tujuan hidup kita. Betul juga, siapa yang akan menyangka bahwa di tengah segala rencana kita ada kejadian ini.Kita merancang tahun ini akan pulang kampung , berziarah ke makam ayah, tahun ini rencana akan wisuda, tahun ini akan mulai mendirikan bangunan PAUD ku. Semua terhenti tanpa tahu kapan akan normal kembali. Jika difikirkan sekarang percuma juga karena wabah ini belum tau juga kapan berakhirnya.
Tapi...ramadhan ini semoga menjadi hiburan hati muslim yang sedang resah. Ramadhan ini kita di suruh untuk tidak memikirkan rencana muluk-muluk dulu. Kita mungkin tidak memikirkan baju baru,karena shalat ied di lapangan, kunjungan rumah lebaran,takbiran di tiadakan. Kita mungkin juga tidak terlalu memikirkan kue karena silaturahmi cukup via video saja? Saat ini kita diingatkan untuk ingat mati dan fokus bersandar kepadaNYA. Semoga kita semua sehat dan menjalani ramadhan dengan lancar,hingga masih merasakan takbiran di 1 syawal nanti.
AAmiin..Yaa Rabbal 'Alamiin..
Langganan:
Postingan (Atom)
Yang abadi dalam do'aku
Kepada lelaki yang telah berada di sisiku 21 tahun, aku bercerita tentang seorang lelaki yang selalu di hatiku selama 46 tahun ini. Dia aya...
-
Amirah Shiddiqul Wafa, 20 tahun yang lalu nama itu kuberikan pada putri pertama kami yang lahir di tanggal 23 April. Kami meman...
-
Perjalanan ke Rinjani ada adalah idaman di hati sejak tahun 2017 Kala itu suami mendaki kesana dan pamer foto yang semuanya indah serta men...
-
Bulan Mei Tahun 2024 ini, tepat 7 tahun usia Azzam. Dan kami rasa telah pas masanya dia memasuki jenjang sekolah dasar (SD). Setelah memper...