Akhir Desember 2017, hari ini memasuki hari libur.Di
suatu pagi,aku chat dengan Azrina adikku yang sedang pulang ke Sidikalang
menikmati liburannya.Aku mendapat berita
bahwa nenek tetangga (sebelah rumah) kami di jalan Ujung meninggal dunia malam sebelumnya.
Kami memanggilnya Oppung Rikki (Nenek Rikki). Oppung meninggal di usianya yang hampir
90 tahun.Usia yang termasuk jauh bagi seorang manusia kan? Tapi factor dia
panjang umur mungkin sedikit banyaknya dipengaruhi kebiasaan hidupnya,yang akan
kuceritakan di bawah ini.
Terakhir aku bertemu Oppung adalah Agustus 2016 yang
lalu,saat aku pulang ke Sidikalang. Saat itu dia berjemur pagi dan tersenyum
saat kusapa.
“Ise do ho?’ tanyanya sambil menyipitkan mata.
“On do borukku nomor sada (anak perempuanku nomor
satu).”jawab Mamak yang saat itu di dekatku.
“Oo..ho do na I Padang i? Si Fitri?”tebaknya
Begitulah Oppung.Dulu,setiap aku pulang liburan
semester saat masih kuliah di Unand Padang,kami masih sering sapa
menyapa.Setidaknya jika bertemu di depan atau belakang rumah.Setiap tebakannya
“kuliah I Padang do Ho?,si Fitri do Ho?” berulang selalu dan kadang ia
bercerita pengalamnnya pernah mengunjungi Padang,atau punya kenalan di
Padang.Bagi sebagian orang di luar ,Sumatera Barat disebut Padang. Kini, aku
dan keluargaku tinggal di Pariaman tapi sering juga disebut Padang.
Masa-masa kami bertetangga dengan Oppung dan
keluarganya,seingatku sejak awal tahun 90-an.Selama itu tak pernah sekalipun
kami bertengkar (setidaknya begitu dalam memoryku yang saat kami pindah rumah
ke jalan ujung aku berumur 10 tahunan).Walaupun mereka berbeda iman,karena
mereka beragama nasrani,kami hidup bertetangga dengan konsep lakum dinukum
waliyadiin (bagimu agamamu dan bagiku agamaku).tak hanya dengan keluarga Oppung
namun juga dengan tetangga lain di sekitaran Jalan Ujung.
Suatu momen yang sangat kuingat,saat mereka
merayakan Natal pasti mereka mengirimkan sepiring kue ke rumah kami.Memang
tradisi seperti itu pernah dan sering dilakukan antar bertetangga.Kue kembang
loyang,kue bawang,kacang tojin dan yang lainnya
mengisi hantaran piring yang ditutup
kain. Biasanya kami akan mengembalikan piring diisi dengan beras,sambil
mengucapkan terima kasih. Niat mereka mungkin baik,tapi sesuai dengan keyakinan
kami akan keraguan status kehalalan kue ‘Made in home’ tersebut , kue akan
beralih lagi ke orang lain yang akan memakannya. Lama kelamaan,kue tradisional
berganti dengan biscuit jadi/beli di toko,menggantikan hantaran antar tetangga.
Oppung juga orang yang rajin beribadah.Jika hari
Minggu telah tiba,oppung siap dengan kebayanya yang bagus dan sanggul sasaknya
yang rapi.Tak hanya intensitas ibadah mingguannya/kebaktian yang rajin tapi
oppung juga orang yang tak’grasa-grusu’ dalam hidup.Cara berbicara dan
berfikirnya tenang.Mungkin sikap seperti itu memang terbukti membuat seseorang
berumur panjang, menikmati peran dan hidupnya apa adanya.Bukannya mudah
hidupnya karena ia juga janda yang memperjuangkan anak-anaknya yang
kuliah.Orang batak terkenal mempunyai upaya yang keras untuk pendidikan anak-anaknya.
Berdomisili di Sumatera Utara terutama di Sidikalang
ibukota Kabupaten Dairi dengan muslim sebagai minoritas agama masyarakatnya,mau
tak mau kita bergaul dengan bermacam keyakinan keimanan. Tidak hanya Kristen
Protestan,Katolik namun juga Buddha.Tetangga kami juga ada yang China,baik
keyakinannya Kristen maupun Buddha. Teman bermain ku waktu kecil banyak yang
china,terutama tetangga belakang rumah teman bermain kasti setiap sore di
pekarangan belakang.Teman SDku, bernama Widya,anak cina pemilik toko bangunan
yang sering kukunjungi rumahnya untuk meminjam majalahnya.
Dengan beragamnya tetangga yang kami miliki,kelak
memberi sebuah prinsip bagiku,bahwa agamaku mengatakan:lakum di nukum waliyadin
(bagimulah agamamu dan bagiku agamaku)selagi mereka non muslim namun tidak
memerangi maka wajib kita menghargai mereka sesama makhluk Tuhan.Sebagaimana
Rasulullah mencontohkan dalam Negara madinah yang dipimpinnya.
Pernah beranjak dewsa bersama teman teman yang
mmeiliki keyakinan berbeda sedikit banyaknya aku mengetahui tentang peribadatan
mereka.teman sebangku masa SMA ku, Mevalia Silalahi seorang katolik yang
taat.kami tetap bergaul dengan aman.Terkadang antar teman kami juga ssaling
bertanya tenatng keyakinan teman lainnya.namun itu hal biasa karena dari
awalnya kami sudah mengetahui apa itu perbedaann.
Apakah ada yang mencoba merusak kedamain itu? Ada.
Terkadang suatu peristiwa kecil dapat memicu pertikaian.Atau issu dari luar
daerah tentang peperangan antar agama menjadi bahan perdebatan.Namun tak pernah
menjadi suatu permasalahan yang meruncing.karena kami,maupun para pemuka agama
kami memilih berdampingan dengan damai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar