Selasa, 06 Maret 2018

Oppung



Akhir Desember 2017, hari ini memasuki hari libur.Di suatu pagi,aku chat dengan Azrina adikku yang sedang pulang ke Sidikalang menikmati liburannya.Aku  mendapat berita bahwa nenek tetangga (sebelah rumah) kami di jalan Ujung meninggal dunia malam sebelumnya. Kami memanggilnya Oppung Rikki (Nenek Rikki). Oppung meninggal di usianya yang hampir 90 tahun.Usia yang termasuk jauh bagi seorang manusia kan? Tapi factor dia panjang umur mungkin sedikit banyaknya dipengaruhi kebiasaan hidupnya,yang akan kuceritakan di bawah ini.
Terakhir aku bertemu Oppung adalah Agustus 2016 yang lalu,saat aku pulang ke Sidikalang. Saat itu dia berjemur pagi dan tersenyum saat kusapa.
“Ise do ho?’ tanyanya sambil menyipitkan mata.
“On do borukku nomor sada (anak perempuanku nomor satu).”jawab Mamak yang saat itu di dekatku.
“Oo..ho do na I Padang i? Si Fitri?”tebaknya
Begitulah Oppung.Dulu,setiap aku pulang liburan semester saat masih kuliah di Unand Padang,kami masih sering sapa menyapa.Setidaknya jika bertemu di depan atau belakang rumah.Setiap tebakannya “kuliah I Padang do Ho?,si Fitri do Ho?” berulang selalu dan kadang ia bercerita pengalamnnya pernah mengunjungi Padang,atau punya kenalan di Padang.Bagi sebagian orang di luar ,Sumatera Barat disebut Padang. Kini, aku dan keluargaku tinggal di Pariaman tapi sering juga disebut Padang.
Masa-masa kami bertetangga dengan Oppung dan keluarganya,seingatku sejak awal tahun 90-an.Selama itu tak pernah sekalipun kami bertengkar (setidaknya begitu dalam memoryku yang saat kami pindah rumah ke jalan ujung aku berumur 10 tahunan).Walaupun mereka berbeda iman,karena mereka beragama nasrani,kami hidup bertetangga dengan konsep lakum dinukum waliyadiin (bagimu agamamu dan bagiku agamaku).tak hanya dengan keluarga Oppung namun juga dengan tetangga lain di sekitaran Jalan Ujung.
Suatu momen yang sangat kuingat,saat mereka merayakan Natal pasti mereka mengirimkan sepiring kue ke rumah kami.Memang tradisi seperti itu pernah dan sering dilakukan antar bertetangga.Kue kembang loyang,kue bawang,kacang tojin dan yang lainnya  mengisi hantaran piring yang ditutup  kain. Biasanya kami akan mengembalikan piring diisi dengan beras,sambil mengucapkan terima kasih. Niat mereka mungkin baik,tapi sesuai dengan keyakinan kami akan keraguan status kehalalan kue ‘Made in home’ tersebut , kue akan beralih lagi ke orang lain yang akan memakannya. Lama kelamaan,kue tradisional berganti dengan biscuit jadi/beli di toko,menggantikan hantaran antar tetangga.
Oppung juga orang yang rajin beribadah.Jika hari Minggu telah tiba,oppung siap dengan kebayanya yang bagus dan sanggul sasaknya yang rapi.Tak hanya intensitas ibadah mingguannya/kebaktian yang rajin tapi oppung juga orang yang tak’grasa-grusu’ dalam hidup.Cara berbicara dan berfikirnya tenang.Mungkin sikap seperti itu memang terbukti membuat seseorang berumur panjang, menikmati peran dan hidupnya apa adanya.Bukannya mudah hidupnya karena ia juga janda yang memperjuangkan anak-anaknya yang kuliah.Orang batak terkenal mempunyai upaya yang keras untuk pendidikan anak-anaknya.
Berdomisili di Sumatera Utara terutama di Sidikalang ibukota Kabupaten Dairi dengan muslim sebagai minoritas agama masyarakatnya,mau tak mau kita bergaul dengan bermacam keyakinan keimanan. Tidak hanya Kristen Protestan,Katolik namun juga Buddha.Tetangga kami juga ada yang China,baik keyakinannya Kristen maupun Buddha. Teman bermain ku waktu kecil banyak yang china,terutama tetangga belakang rumah teman bermain kasti setiap sore di pekarangan belakang.Teman SDku, bernama Widya,anak cina pemilik toko bangunan yang sering kukunjungi rumahnya untuk meminjam majalahnya.  
Dengan beragamnya tetangga yang kami miliki,kelak memberi sebuah prinsip bagiku,bahwa agamaku mengatakan:lakum di nukum waliyadin (bagimulah agamamu dan bagiku agamaku)selagi mereka non muslim namun tidak memerangi maka wajib kita menghargai mereka sesama makhluk Tuhan.Sebagaimana Rasulullah mencontohkan dalam Negara madinah yang dipimpinnya. 
Pernah beranjak dewsa bersama teman teman yang mmeiliki keyakinan berbeda sedikit banyaknya aku mengetahui tentang peribadatan mereka.teman sebangku masa SMA ku, Mevalia Silalahi seorang katolik yang taat.kami tetap bergaul dengan aman.Terkadang antar teman kami juga ssaling bertanya tenatng keyakinan teman lainnya.namun itu hal biasa karena dari awalnya kami sudah mengetahui apa itu perbedaann.
Apakah ada yang mencoba merusak kedamain itu? Ada. Terkadang suatu peristiwa kecil dapat memicu pertikaian.Atau issu dari luar daerah tentang peperangan antar agama menjadi bahan perdebatan.Namun tak pernah menjadi suatu permasalahan yang meruncing.karena kami,maupun para pemuka agama kami memilih berdampingan dengan damai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang abadi dalam do'aku

 Kepada lelaki yang telah berada di sisiku 21 tahun, aku bercerita tentang seorang lelaki yang selalu di hatiku selama 46 tahun ini. Dia aya...