Menurut kabarnya,novel ini akan segera di filmkan.Karangan Dewi "Dee"Lestari.Bercerita tentang perasaan yang tak terungkapkan,sebuah konsekuensi atas pilihan hati dan waktu yang menjelaskan semua akhir kisah. Memiliki novel ini sebenarnya sebuah ketidaksengajaan membeli.Sekilas melihatnya kurang tertarik sehingga terbiarkan lama untuk mulai membacanya.Tapi sesudah dibaca,penceritaannya bagus juga.Apakah nanti di versi filmnya akan semenarik bukunya?? kita tunggu!
Senin, 09 Januari 2012
Selasa, 27 Desember 2011
Sudut sepi
Saat jalan ini butuh kerja-kerja nyata
Kenapa aku mesti terpuruk pada praduga-praduga
Menderas mengalir telaga air mata
Terasa terhempas segalanya tak berharga
Oh,rasa tak berharga,rasa yang menggurita jiwa
Buhul-buhul syetan yang menggoda selaksa
Seolah semua orang berbuat nyata,hanya aku yang tidak
Sesalan akan berakhir tidak pada penyalahan takdir
Terlalu takut aku untuk itu Ya Allah...
Selalu pertanyaan,penyalahan pada sudut hati
kemana bening?
Kebangganku akan ketulusan,keikhlasan ternyata hanya fatamorgana
Terbuai perasaan hembusan yang ternyata dusta
Aku sadari...hanya Engkau Pemberi kekuatan Jiwa
Tapi kenapa aku jauh??
Kenapa aku tak merayuMu selalu??
kesombongan ini ternyata merapuhkan
Tak ada guna jika Engkau tak ridha
Jiwa hanya kan menemui kegersangan
Impian savana ternyata menjadi sahara
Kesombongan-kesombongan ini memperdayaku
Jika kelak tiba akupun pasti tak sanggup Ya..Rabb-ku
Runtuh sudah dinding kepura-puraan
Ketika padanya kurekatkan sekeping luka
Jangan......
Engkau tahu apa sebenarnya yang ada di sudut terdalam hatiku
Tak sanggup aku membayangkannya saat ini
Itu hanya gurauan sesaat hati yang membatu
pagicerah
Saat jalan ini butuh kerja-kerja nyata
Kenapa aku mesti terpuruk pada praduga-praduga
Menderas mengalir telaga air mata
Terasa terhempas segalanya tak berharga
Oh,rasa tak berharga,rasa yang menggurita jiwa
Buhul-buhul syetan yang menggoda selaksa
Seolah semua orang berbuat nyata,hanya aku yang tidak
Sesalan akan berakhir tidak pada penyalahan takdir
Terlalu takut aku untuk itu Ya Allah...
Selalu pertanyaan,penyalahan pada sudut hati
kemana bening?
Kebangganku akan ketulusan,keikhlasan ternyata hanya fatamorgana
Terbuai perasaan hembusan yang ternyata dusta
Aku sadari...hanya Engkau Pemberi kekuatan Jiwa
Tapi kenapa aku jauh??
Kenapa aku tak merayuMu selalu??
kesombongan ini ternyata merapuhkan
Tak ada guna jika Engkau tak ridha
Jiwa hanya kan menemui kegersangan
Impian savana ternyata menjadi sahara
Kesombongan-kesombongan ini memperdayaku
Jika kelak tiba akupun pasti tak sanggup Ya..Rabb-ku
Runtuh sudah dinding kepura-puraan
Ketika padanya kurekatkan sekeping luka
Jangan......
Engkau tahu apa sebenarnya yang ada di sudut terdalam hatiku
Tak sanggup aku membayangkannya saat ini
Itu hanya gurauan sesaat hati yang membatu
pagicerah
Resensi
REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU
Penulis:Tere Liye
Penerbit:republika
Tahun:2009
Menyelesaikan membaca novel setebal
426 ini dalam sehari merupakan hal yang mengherankan bagiku.Rasa
penasaran..ya..penasaranlah yang membuatku menuntaskannya seolah-olah terasa
basi jika dilanjutkan membacanya esok hari.Aku seolah ditarik oleh pusaran
cerita.Salut pada penceritaan Mas Darwis “Tere Liye” . Bagus.
Novel ini diawali oleh seorang
anak panti asuhan berusia 6 tahun bernama Rinai.dalam rintik hujan di malam
takbiran hari raya di halaman sebuah panti asuhan,Rinai mengumpulkan tanya
tentang orangtuanya. Masih di bab yang
sama muncul tokoh lelaki enampuluh-an yang tersadar dari komanya.Rasa penasaran
pun dimulai...apa hubungan keduanya??
Tokoh si orang tua yang
diceritakan masih dalam keadaan koma,”diajak”berjalan-jalan oleh seseorang yang
tak dikenal sebelumnya.Seseorang yang “berwajah menyenangkan” itu membawanya
mencari jawaban atas 5 pertanyaan besar dalam hidupnya.
Cerita mengalami flash back,si
lelaki enam-puluhan bernama Rehan terlempar ke kehidupan masa lalunya di sebuah
panti asuhan.Sebagai seorang anak usia belasan tahun yang dikenal cerdas dia
juga pembangkang.Saat teman seasramanya takut dan menurut,Rehan malah berani
melawan penjaga panti yang menurutnya hanya memperalat mereka mencari uang demi
keinginan besarnya untuk naik haji.Puncaknya,saat Rehan dihukum penjaga panti
karena mencuri parsel lebaran Rehan malah membulatkan tekad sebuah pembalasan.Saat
penjaga dan anak-anak panti shalat Id di lapangan rehan membongkar brankas
milik penjaga panti dan membobol uang anak panti yang dikumpulkannya untuk
dirinya.
Rehan yang melarikan diri dengan
uang panti menjelajah dunia bebas terminal, berjudi,beruntung,berjudi,kalah.Menghabiskan
uang yang didapatnya sesuka hatinya.Hingga tiba adegan masa lalunya
mempertunjukkan bagaimana Diar,teman sekamarnya di panti meninggal diakibatkan
olehnya.Dan Rehan selama ini tak menyadari itu.Selanjutnya kisah hidup Rehan
yang penuh lika-liku dimulai.
Hangatnya sebuah keluarga
dirasakannya saat tinggal kemudian di sebuah rumah singgah.Bang Ape,pengasuh
rumah singgah yang mengayomi sehingga membuat rehan bertekad membela keluarga
barunya.Namun tindakannya menyelamatkan Ilham,pelukis cilik di rumah singgah
dari keroyokan preman-preman membawanya kembali ke kerumitan masalah.Rentetan
perkelahian yang berbuntut terancamnya nyawa teman-temannya di rumah
singgah.Perdebatannya dengan Bang Ape yang tak menyetujui cara kekerasan
membuatnya terpaksa meninggalkan rumah singgah dan berkelana sebagai pengamen.
Rehan bertemu secara tak sengaja
dengan Plee yang ternyata seorang
pencuri berlian profesional.Diapun terlibat dalam sebuah pencurian berlian
seribu karat dari brankas sebuah bank bersama Plee.Namun tak dinyana,aksi
tersebut gagal yang menyebabkan Plee ditangkap polisi hingga dihukum mati.Plee
membuat sebuah skenario agar Rehan aman.Rehan melarikan diri ke kota asalnya
dan berkenalan dengan seorang gadis yang membuatnya jatuh cinta.Disamping itu,pekerjaan
didapatkannya.Saat hidupnya terasa lengkap,Rehan dihadapkan pada kenyataannya
bahwa gadis yang di taksirnya seorang wanita simpanan.Namun mereka akhirnya
menikah seiring karir Rehan membaik.Fitri,sang istri ternyata tak lama memberi
kebahagiaan pada Rehan,meninggalkanyya selamanya saat melahirkan anak
mereka.Rehan yang patah,meninggalkan semua kenangannya dan melanjutkan hidup di
kota besar.Kehidupannya melonjak sebagai seorang pemilik bisnis
properti.Intuisinya melihat suatu peluang bisnis menjadikannya seorang lelaki
mapan single disegani di antara taipan-taipan skala nasional.
“Perjalanan”Rehan tua
enam-puluhan dihadapkan pada tayangan slide kisah hidupnya dan segala misteri
yang mengiringinya.Pertanyaan besarnya terjawab satu per satu.Keadilan langit
yang selalu dipertanyakannya terjawab dengan runtutan sebab akibat yang saling
berkaitan.Hal-hal yang dirasanya menyiksanya ternyata keselamatannya,penilaiannya
terhadap sesuatu yang dirasanya sempurna ternyata awal dari
keterpurukannya.Rehan terhempas pada penyesalan-penyesalan tak bertepi.Tapi apa
daya dirinya kini hanya ruh yang sementara meninggalkan jasad tua yang keropos
oleh komplikasi penyakit,terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Terakhir,saat segala pertanyaan
Rehan terjawab,terjawab pula kaitan Rehan dengan Rinai yang kini menanyakan
keadilan langit di sebuah panti asuhan.
Buku ini membawa kita pada
rentetan kisah hidup rehan tanpa sempat menduga-duga.Karena penulis seolah-olah
menyajikan itu di depan mata untuk kita saksikan dan bukannya kita terka.Sebagaimana
Rehan dihadapkan pada rekaman perjalanan hidupnya tersebut.
Menurut aku,buku ini direkomen
deh untuk dibaca!!
Pipit.
Sabtu, 01 Oktober 2011
Merindukan mereka
Saya punya kebiasaan menulis sesuatu di buku harian.Tapi itu dulu.Semenjak saya kelas 6 SD.Setiap apa yang saya rasakan,baik berat maupun ringan pasti akan tertumpahkan di sana.Dan itu merupakan privasi saya.Saya menjaga mereka agar tak terbaca orang lain karena mereka berisikan semua rahasia dalam hidup saya.Saya keranjingan menulis diari karena saya tak terbiasa curhat kepada seseorang.Kadang saya susah untuk mempercayai orang lain.Selain itu,saya juga mudah merasa kecewa ketika saya curhat kepada seseorang tapi tak ditanggapi serius.So,curhat kepada buku harian menjadi solusi,setidaknya jika tidak memberi solusi bagi permasalahan saya tapi bisa membuat hati saya plong.Mereka juga saya beri nama.Nama-nama cewek tentunya.Beberapa teman yang tahu saya suka menulis di buku harian,kadang memberi saya kado buku harian saat ulang tahun saya.Yang saya ingat,saya pernah mendapatkan kado buku harian yang bagus,besar,indah hiasannya dan cantik kertasnya saya perlakukan secara spesial karena yang memberikannya adalah seseorang yang spesial buat saya untuk saat itu.Kira-kira ketika saya berumur 17 tahun dan masih duduk di bangku kelas 2 smu.
Saat ini saya merindukan buku harian saya,tentu kamu akan bertanya:temui saja mereka.nah itu masalahnya...mereka telah saya bakar semuanya!kenapa saya musnahkan mereka?itupun ada kisahnya.
Pada saat masih kuliah saya mendapat penyadaran dari seorang teman.Teman yang lebih tepat dikatakan seorang saudara karena dengannyalah saya merasa dekat untuk bercerita dan cocok dalam banyak hal.Pada suatu ketika dia pernah berkata sesuatu yang menohok hati saya.Yang menyadarkan saya bahwa saat saya sudah memutuskan hijrah meninggalkan masa kejahiliahan saya makan segala pintu yang mengingatkan saya akan masa-masa tersebut harus saya jauhi juga termasuk buku harian yang menyimpan cerita positif negatif saya.Selain itu dia juga pernah menyadarkan saya untuk berhenti curhat pada diary karena ada saatnya curhat kepada manusia lebih menenangkan.Sejak itu saya suka curhat pada teman saya tersebut.kenapa saya mulai berani curhat dengannya?karena dia menceritakan pula permasalahan pribadinya kepada saya dan saling memotivasi termasuk cita-cita serta komitmen di jalan dakwah.Namun,pemikiran untuk memusnahkan semua rekaman sejarah saya itu masih sebatas pemikiran dan rencana.
Kemudian,penyebab atau dorongan terbesar saya memusnahkan buku-buku harian ketika telah ada seseorang yang Allah kirimkan sebagai jodoh saya,sebagai suami saya.Rasanya tidak etis juga menyimpan buku-buku itu di saat saya telah memutuskan membuka lembaran baru bersama seseorang yang hatinya mungkin menjadi setengah milik saya dan hati saya sebagian juga dirinya.Akhirnya saya membakar beberapa buku (masih belum tega membakar semuanya..hehe..) yaitu buku-buku yang berisi kisah-kisah cengeng tak bermanfaat atau goresan perasaan yang jika suami saya membacanya pasti dia akan tidak enak hati.Tentunya saya yang akan lebih tak enak hati pastinya.
Namun kadang-kadang kini saya merasa menyesal terutama jika saya ingin merekam perjalanan kualitas tulisan saya dari dulu hingga kini.Tak ada arsip yang tersisa.Selain itu,buku harian masa SMU tidak semuanya berisi kisah penuh khayal atau perasaan yang semu namun di sana juga tergores ketika saya dalam dilema memilih pendidikan masa depan.Bagaimana kata-kata motivasi yang telah saya himpun terangkum di sana.
Kini,saya tak lagi menulis buku harian.Bukannya takut dibaca atau tak mau curhat pada sehelai kertas lagi tapi tak lebih karena tidak sempat.Waktu untuk menulis semakin terasa sempit.Di saat ingin menulis ada anak yang menuntut perhatian,terlebih rasa malas yang lebih dominan. :D. Pernah juga mencoba menuangkan ide di selembar kertas tapi akhirnya tercecer entah kemana.
Di era teknologi yang semakin terasa memudahkan ini sebenarnya sangat membantu.Kita bisa mengetik di laptop dan menyimpannya dalam flashdisk.Tapi,tidak seenak kita menulis langsung di buku harian.Dan agak repot ya untuk mulai mengetik harus buka laptop dulu,kalau ingin membaca ulangpun harus dibuka dulu file-nya.Dan godaan terbesar di era dunia maya ini adalah godaan untuk mengekspos diri atau istilahnya narsis gitu lah.Padahal,banyak hal yang seharusnya rahasia bagi pribadi kita ekspos pada semua orang yang belum tentu layak untuk mengetahuinya.
So,buku harian yang berhiaskan bunga,berwarna pink atau biru,juga harum....tetap menjadi kerinduanku untuk menggoreskan pena.
Saat ini saya merindukan buku harian saya,tentu kamu akan bertanya:temui saja mereka.nah itu masalahnya...mereka telah saya bakar semuanya!kenapa saya musnahkan mereka?itupun ada kisahnya.
Pada saat masih kuliah saya mendapat penyadaran dari seorang teman.Teman yang lebih tepat dikatakan seorang saudara karena dengannyalah saya merasa dekat untuk bercerita dan cocok dalam banyak hal.Pada suatu ketika dia pernah berkata sesuatu yang menohok hati saya.Yang menyadarkan saya bahwa saat saya sudah memutuskan hijrah meninggalkan masa kejahiliahan saya makan segala pintu yang mengingatkan saya akan masa-masa tersebut harus saya jauhi juga termasuk buku harian yang menyimpan cerita positif negatif saya.Selain itu dia juga pernah menyadarkan saya untuk berhenti curhat pada diary karena ada saatnya curhat kepada manusia lebih menenangkan.Sejak itu saya suka curhat pada teman saya tersebut.kenapa saya mulai berani curhat dengannya?karena dia menceritakan pula permasalahan pribadinya kepada saya dan saling memotivasi termasuk cita-cita serta komitmen di jalan dakwah.Namun,pemikiran untuk memusnahkan semua rekaman sejarah saya itu masih sebatas pemikiran dan rencana.
Kemudian,penyebab atau dorongan terbesar saya memusnahkan buku-buku harian ketika telah ada seseorang yang Allah kirimkan sebagai jodoh saya,sebagai suami saya.Rasanya tidak etis juga menyimpan buku-buku itu di saat saya telah memutuskan membuka lembaran baru bersama seseorang yang hatinya mungkin menjadi setengah milik saya dan hati saya sebagian juga dirinya.Akhirnya saya membakar beberapa buku (masih belum tega membakar semuanya..hehe..) yaitu buku-buku yang berisi kisah-kisah cengeng tak bermanfaat atau goresan perasaan yang jika suami saya membacanya pasti dia akan tidak enak hati.Tentunya saya yang akan lebih tak enak hati pastinya.
Namun kadang-kadang kini saya merasa menyesal terutama jika saya ingin merekam perjalanan kualitas tulisan saya dari dulu hingga kini.Tak ada arsip yang tersisa.Selain itu,buku harian masa SMU tidak semuanya berisi kisah penuh khayal atau perasaan yang semu namun di sana juga tergores ketika saya dalam dilema memilih pendidikan masa depan.Bagaimana kata-kata motivasi yang telah saya himpun terangkum di sana.
Kini,saya tak lagi menulis buku harian.Bukannya takut dibaca atau tak mau curhat pada sehelai kertas lagi tapi tak lebih karena tidak sempat.Waktu untuk menulis semakin terasa sempit.Di saat ingin menulis ada anak yang menuntut perhatian,terlebih rasa malas yang lebih dominan. :D. Pernah juga mencoba menuangkan ide di selembar kertas tapi akhirnya tercecer entah kemana.
Di era teknologi yang semakin terasa memudahkan ini sebenarnya sangat membantu.Kita bisa mengetik di laptop dan menyimpannya dalam flashdisk.Tapi,tidak seenak kita menulis langsung di buku harian.Dan agak repot ya untuk mulai mengetik harus buka laptop dulu,kalau ingin membaca ulangpun harus dibuka dulu file-nya.Dan godaan terbesar di era dunia maya ini adalah godaan untuk mengekspos diri atau istilahnya narsis gitu lah.Padahal,banyak hal yang seharusnya rahasia bagi pribadi kita ekspos pada semua orang yang belum tentu layak untuk mengetahuinya.
So,buku harian yang berhiaskan bunga,berwarna pink atau biru,juga harum....tetap menjadi kerinduanku untuk menggoreskan pena.
2 oktober 2011
Terus terang,sebenarnya saya saat ini merasa kecewa.Tapi kadangkala kati harus coba kita bekukan dari rasa seperti itu.Karena tak ada gunanya.Paling di akhirnya,kepala akan pusing menahan protes,perut akan mual dan uring-uringan.Kalau memilih untuk disampaikan pun tak yakin saya air mata ini akan tertahankan tak tertumpah.komitmen akan janji membuat saya menyimpan harapan.Tapi ketika itu tak terwujud saya pun tak ingin jadi sasaran orang lain untuk dipertanyakan dan disalahkan.Saatnya harus lebih banyak memahami orang lain.Pahamilah orang itu memang dasarnya cuek,tak peduli pada komitmen janji,tak memperlakukan seperti yang kamu saksikan pada kehidupan orang lain.Dengan sekali-kali tak peduli terhadap suatu permasalahan,cuek pada keadaan maka hidupmu akan terasa ringan.
Jumat, 30 September 2011
Renungan malam
Seringkali kita terjebak pada fikiran kita sendiri.Saat kita berada pada situasi demikian,cenderung prasangka yang lebih menguasai hati.Saat hendak melakukan sesuatu pekerjaan,fikiran kita memberi banyak pertimbangan dan cenderung menyediakan banyak dugaan.Jika kita ingin memulai sesuatu pekerjaan baru kadangkala kita kebanyakan berfikir:bagaimana resikonya nanti?apa tanggapan orang?bagaimana seandainya gagal?dan bermacam dugaan lainnya.Dan,entah kenapa hal itu sering terjadi di saat kita belum memulai sesuatu pekerjaan.jika disadari sebenarnya fikiran kita mencegah kita dengan bermacam larangan.Seorang kanak-kanak akan bersifat spontan,berani dan berinisiatif.Penyebabnya tak lain karena fikirannya belum menghimpun segala rekaman kegagalan.Dia spontan karena dia yakin.Seiring waktu,mayoritas anak yang telah menjadi dewasa memiliki keyakinan yang semakin terkikis keraguan.Faktornya bisa disebabkan pola pendidikan,lingkungan,kebanyakn larangan dan ancaman dan termasuk juga kebiasaan mengingat-ingat sebuah kegagalan dan menyimpannya dalam memori.Setidaknya,ketika seorang dewasa menyadari itu telah terlanjur pada dirinya dia mungkin akan mengubah hal itu pada generasinya.
Midnight,2011,Oct,1st
*Astaga,sudah tiba di bulan baru,aduhai betapa indahnya seiris bulan sabit di langit sana.....!!*
Midnight,2011,Oct,1st
*Astaga,sudah tiba di bulan baru,aduhai betapa indahnya seiris bulan sabit di langit sana.....!!*
Rabu, 21 September 2011
Suatu Saat di 2009
Kehati-hatian dan ketelitian merupakan elemen terpenting dalam merancang suatu pekerjaan,apapun itu.Karena sesuatu yang telah kita rancang,kita susun dengan sepenuh waktu dapat hancur dalam sekejap.Atau terkadang,tetap berjalan lancar namun menyisakan ketidakpuasan.Perencanaan yang matang dan penuh ketelitian tidak saja berlaku dalam kehidupan kita sebagai individu,juga sangat penting bagi berjalannya suatu organisasi.
Selayaknya hasil evaluasi suatu kegiatan yang telah berlangsung dapat kita ambil hikmah untuk dijadikan bahan pertimbangan saat melaksanakan kegiatan berikutnya.Begitu juga yang dapat kusimpulkan dari sebuah kejadian yang sangat memberikan catatan bagiku dan bagi organisasi secara umumnya.Berawal dengan suatu niat mengadakan acara bagi masyarakat.Dalam rangka memperingati hari anak nasional,organisasi kami berniat mengangkatkan acara penyuluhan kesehatan di sebuah desa.Dan,agar acara tersebut semakin menarik bagi ibu-ibu peserta maka kami menambahkannya dengan memberikan makanan tambahan bagi anak-anak mereka.
Saat itu saya diamanahkan sebagai panitia yang bertugas mempersiapkan konsumsi dan makanan tambahan anak balita yang akan kami bagikan.Tentu saja saya sebagai penanggung jawab terjun langsung untuk berbelanja ke pasar bersama beberapa panitia yang lainnya.Untuk 100 orang balita,kami mengemas paket yang terdiri dari satu kotak susu bubuk formula,sepaket roti balita dan telur puyuh rebus.Yang perlu dimasak di rumah hanyalah telur puyuh sedangkan yang lainnya adalah paket kotak.Demi menjaga kepercayaan,saya berbelanja susu bubuk formula dan roti di toko langganan saya yang tentunya telah saya yakin kepadanya.
Untuk tugas membungkus paket,saya bersama panitia dan keluarga saling bantu membantu dan dengan yakin bahwa acara yang kami angkatkan akan memberikan manfaat bagi masyarakat secara umum dan ibu-ibu secara khusus.
Tibalah saat acara berlangsung,AlhamduliLLAH atas pertolonganNYA jualah acara yang kami angkatkan berlangsung lancar.Acara dibuka oleh Kepala desa dan penyuluhan oleh seorang ahli gizi yang sengaja kami datangkan.Paket makanan tambahan pun telah terdistribusikan kepada semua peserta.Dengan gambaran umum,acara yang kami angkatkan berjalan lancar dan mendapat sambutan positif dari masyarakat.
Namun,rupanya Allah berkehendak lain.Acara yang kami angkatkan berbuntut suatu peristiwa yang menyisakan tanda tanya bagiku secara khusus.Keesokkan malam sesudah acara berlangsung,seorang nenek dari salah satu balita yang mendapatkan paket makanan datang ke rumah.Karena kebetulan saya tinggal di desa tempat kami mengangkatkan acara.Nenek tersebut melaporkan,cucunya muntah dan mencret sesudah mengkonsumsi susu formula dari kami.Sontak saya mengunjungi rumah mereka dan mendapati balita tersebut memang masih muntah dan mencret.Dari informasi dari ibu balita tersebut,anaknya memang terindikasi mun-men sejak meminum susu tersebut.Karena sang ibu termasuk seorang yang berpendidikan beliau juga merasa heran.Susu yang biasa dikonsumsi anaknya mereknya sama dengan susu yang kami beri.Untuk memastikan,saya memeriksa kotak untuk melihat tanggal kadaluarsanya dan ternyata tanggalnya masih sangat jauh ( 11 bulan lagi).Menurut si ibu, malam itu memang susu formula anaknya sedang habis sehingga langsung saja membuka susu formula dari kami dan menyediakan untuk anaknya dengan cara biasa.Dan kata mereka,saat anaknya dibawa ke bidan dicurigai susu formula dari kami memang sudah rusak dari pabriknya.Karena anaknya biasa mengkonsumsi dus besar sedangkan susu yang kami bagikan dus kecil.Terang saja saya membantah,mana mungkin pabrik yang terpercaya membedakan isi susu formula di dus besar dan dus kecil.Kalau iya bisa kita adukan ke YLKI dong..? Dan sejauh itu saya merasa`tidak bersalah karena tanggal kadaluarsanya jelas masih jauh dan kondisi kotak pun masih rapi.
Namun,berhadapan dengan masyarakat yang majemuk tentu saja menghadapi bermacam tanggapan pula.
Dari 100 balita yang mendapatkan susu tersebut terlaporkan 2 orang yang mencret sesudah mengkonsumsinya.Balita yang saya kunjungi akhirnya di rawat dirumah sakit karena mencretnya belum reda dalam 2 hari.Saya yang berkesempatan menjenguknya (karena si ibu adalah teman saya) bertanya bagaimana tanggapan dokter anak?menurut ibunya dokter mendiagnosa si anak mungkin salah makanan.Ketika disampaikan perihal susu,si dokter percaya bukan susu tersebut penyebabnya karena belum kadaluarsa. Namun susu bisa jadi penyebab mun-men jika cara penyajian yang salah,misalnya terlalu kental atau air yang dipakai tidak sepenuhnya steril.
Dalam hal ini saya termasuk lega karena tidak salah.Namun yang sangat menyedihkan ketika saya mendapat laporan ada beberapa yang membuang dus beserta susu di dalamnya karena tanggalnya kadaluarsa.Saat saya kunjungi rumah mereka untuk memastikan,ternyata sebagian mereka melihat tanggal pembuatan yang telah tercantum yang tentu saja telah lewat!.mereka tidak bisa membedakan manufacturd date dengan expired date.Perasaan saya,antara kecewa,gemas,kesal,marah dan entah apalagi.Tapi menyalahkan mereka rasanya juga tak mungkin.Ini adalah reaksi sebagian mereka saat mendengar berita yang menakutkan dan ditambah kekurangtahuan akan informasi.
Saat mengunjungi posyandu bulan berikutnya saya menyampaikan masalah ini kepada bidan dan beliau membantu menjelaskan kepada ibu-ibu yang hadir bagaimana yang sebenarnya.AlhamduliLLAH mayoritas ibu-ibu tidak merasa ada yang salah dengan susu yang dikonsumsi anak mereka dan mungkin balita yang mencret adalah faktor kebetulan saja.sebagian mereka malah berharap acara seperti ini tetap berlanjut.Tapi dalam hati saya:jera deh...!
Namun jika diingat secara mendalam,saya merasa ini adalah faktor teguran dari Allah atas ketidak hati-hatian kami.Tak masalah rasanya jika sebelu membagikan susu kami memastikan ke ibu-ibu bahwa susu yang kami bagikan adalah produk baru (seperti yang dipastikan pemilik toko).Jadi,tidak sama dengan acara bagi susu gratis yang seringkali mendatangkan korban.Tapi,itulah yang kami lalaikan sebagai panitia.
Dari semua yang kami alami memang kami jadikan bahan evaluasi untuk ke depan yang lebih baik.Mungkin saja dalam niat kami ada yang kurang bersih,atau kami disuruh ALLAH untuk mengevaluasi diri masing-masing.Namun diriku pribadi hingga saat ini begitu susah untuk melupakan kejadian itu,tudingan itu.namun saya yakin Dia lah yang punya skenario atas segala sesuatu.Wallahu 'alam...
Langganan:
Postingan (Atom)
Yang abadi dalam do'aku
Kepada lelaki yang telah berada di sisiku 21 tahun, aku bercerita tentang seorang lelaki yang selalu di hatiku selama 46 tahun ini. Dia aya...
-
Amirah Shiddiqul Wafa, 20 tahun yang lalu nama itu kuberikan pada putri pertama kami yang lahir di tanggal 23 April. Kami meman...
-
Perjalanan ke Rinjani ada adalah idaman di hati sejak tahun 2017 Kala itu suami mendaki kesana dan pamer foto yang semuanya indah serta men...
-
Bulan Mei Tahun 2024 ini, tepat 7 tahun usia Azzam. Dan kami rasa telah pas masanya dia memasuki jenjang sekolah dasar (SD). Setelah memper...