Senin, 29 Februari 2016


TREKKING KE LUBUK NYARAI
Sungguh Allah menganugerahi suatu hari yang cerah,saat kami memutuskan mengisi liburan minggu ini berpetualang ke Lubuk Nyarai.Suatu zona untuk trekking yang kabarnya menarik dan menantang.Walaupun kesehariannya kami tinggal di Kota Pariaman yang hanya berjarak sekitar 15 km dari Kecamatan Lubuk Alung (lokasi Lubuak Nyarai) namun baru sekarang terealisasi rencana indah itu.
Karena tema liburan kali ini adalah liburan keluarga,jadi yang berangkat aku,suami  dan 2 orang anak yang sudah cukup besar,Wafa( 11 tahun) dan Jundi (9 tahun) . Usia  dan fisik mereka kami anggap sudah cukup kuat untuk menempuh perjalanan sejauh sekitar 10 km pulang pergi.
Minggu, 28 Februari 2016 kami mulai perjalanan dari rumah, Kampung Baru Kota Pariaman sekitar pukul 08.40 WIB dan sampai di daerah Salibutan,Lubuk Alung  pukul 09.30 WIB.Salibutan adalah desa tempat masuk ke lokasi Lubuk Nyarai. Suasana pagi itu cenderung sepi.Pengunjung yang ada baru dua rombongan yang barusan berangkat bersama pemandu.O,ya….pengelola wisata Lubuk Nyarai mewajibkan pengunjung dipandu seorang pemandu pulang pergi.Jika rombongan terdiri dari banyak orang,maka pemandu akan memandu sekelompok yang terdiri dari 12 orang. 

Sesudah membayar sebanyak 100.000 rupiah untuk biaya parkir mobil dan pemandu,kami di briefing sebentar untuk menjelaskan beberapa hal seperti: gambaran view yang akan dilewati,kondisi perjalanan dan peraturan bagi pengunjung diantaranya tidak dibenarkan membawa miras,narkoba dan dilarang keras berbuat maksiat.It’ s good…menurutku itu sebuah upaya kontrol dari pengelola untuk meminimkan pelanggaran yang mungkin terjadi dan merusak tatananan alam dan peradaban (ciee..) 

Sesuai papan informasi,jauh jarak yang akan kami tempuh sekitar 5,3 km yang akan memakan waktu sekitar 1-2 jam,menyeberangi sungai dan melewati tanjakan serta view beberapa lubuak/aliran sungai yang dalam dan cenderung menyudut berair tenang. Sesudah di briefing,kami memulai perjalanan dengan do’a dan pemandu telah siap mengiringi kami.Da Son,nama pemandu kami orangnya masih muda dan termasuk cepat akrab.Sepanjang perjalanan kami berbincang-bincang sembari menikmati perjalanan.Sekitar 1 km perjalanan suasana masih cerah karena kanan-kiri kita hanya melewati ladang penduduk dan kebun sawit di sekitar perbukitan.Tak lama kemudian kami mulai menuruni lembah dan petualangan pun dimulai!!
Waahh…rute yang harus kami lewati memang cukup menantang seperti yang digambarkan.Kami menyusuri jalan kecil dimana disisi kirinya bukit dan sisi kanan jurang/tepian sungai besar berbatu dan berarus deras.Terutama karena kami membawa anak-anak jadi tiap sebentar kami harus saling memperhatikan.Alhamdulillah nya lagi,cuaca sangat cerah dan sudah lama tidak turun hujan sehingga jalanan keras.Jika sebelumnya hujan,biasanya jalanan akan becek dan harus lebih berhati-hati.

Sambil memandangi suasana sungai berwarna hijau di bawah kami,tangan berpegangan ke akar-akar pepohonan yang menjulur sepanjang sisi bukit.Rute pun mulai menanjak dan menurun,melalui jalanan berbatu dan dikelilingi pepohonan besar-besar yang membuat suasana seperti di gunung.Langkah mulai terasa capai saat separuh perjalanan.Tetapi jangan takut karena di beberapa titik ada warung yang menyediakan makanan ringan dan minuman.jadi,bagi yang ingin mengaso sebentar melepas lelah.






Ini kita lagi ngaso di warung sambil menikmati jernihnya air yang ada di sebelah warung

Yang mengasyikkan lagi,sepanjang jalan kita akan diiringi bunyi burung dan beberapa hewan yang entah bagaimana bentuknya.Karena hanya suaranya saja yang terdengar di antara dedaunan.Sepanjang kami lewat tak pernah bersua dengan hewan buas atau hewan lainnya.Mungkin karena telah dilalui banyak manusia ya..Menurut pemandu kami,dulunya banyak kera liar yang sesekali muncul tapi sekarang tidak tampak lagi.
Sekitar separo perjalanan menjelang  air terjun,kita akan melewati sungai berbatu yang airnya cukup deras.Kami pun membuka sepatu dan kaus kaki karena bebatuan di sana cenderung licin karena berlumut jadi supaya bisa menapak dengan kuat kami harus melepaskannya.Karena hujan sudah lama tidak turun,arus sungai tidak terlalu besar.Biasanya,ketika arus sungai besar dan deras,pemandu akan membawa ke rute alternatif yang tidak harus menyeberangi sungai namun memiliki tanjakan di ketinggian yang curam.Jalur alternatif ini nantinya kami pilih untuk dilewati dalam perjalanan pulang dan memang sangat menantang.Karena jarang dilalui,jalur itu memang lebih ‘hutan’,simpelnya,lebih gelap,berdaun lebat dan banyak akar-akar besar seperti yang dipakai tarzan gelayutan,hehehe..

Ahhh..Alhamdulillah..akhirnya kami sampai ke tujuan.Tidak memakan waktu lebih 2 jam.Berarti jalan kami termasuk normal walaupun membawa anak-anak.Dan bersyukurnya lagi,karena kami datangnya lebih pagi dan pengunjung saat itu tidak seperti bisanya,sesudah duduk sekitar 10 menit kami langsung menceburkan diri ke air yang dingin.Aku, Wafa dan Jundi cukup berenang di air ketinggian 0,5 meter saja.hihihi..kalau abinya anak-anak langsung menuju lubuk yang sejatinya itulah pesona Lubuak Nyarai.Sebuah lubuak yang indah sejuk dengan airnya yang berwarna kehijauan tampak dari atas.Sungguh indah karunia Allah itu.

Beberapa pengunjung menceburkan diri dari tebing ke sejuknya air yang berkedalaman 3 -4 meter..wuiih…harus pintar berenang tuh.
Saat itu baru ada sekitar 10 orang yang bergantian mencebur ke lubuk.Menurut pemandu,hari ini termasuk sepi.Biasanya pagi Minggu begini sudah dipenuhi pengunjung.Apalagi ketika awal dulu waktu Lubuk Nyarai baru di promosikan (sekitar tahun 2013),sekitar ribuan pengunjung setiap hari libur memenuhi tempat itu.Tak terbayang lah ramainya.Kalau bagiku sih,tidak penting keramaiannya.malah kalau terlalu ramai kita jadi kurang syahdu gitu menikmati keindahan alamnya.jadi,bersyukur jugalah hari itu masih sepi pengunjung.
Walaupun tidak mencebur ke lubuk (karena tak memiliki keahlian berenang) tempat kami berenang ini…eh..tepatnya berendam..gak terlalu mengecewakan sih..karena airnya sangaattt….jernih.Batu-batunya tampak jelas dan ikan-ikan hilir mudik dengan cueknya tapi tetap susah juga ditangkap. Menurut info ibu pemilik warung,,dulunya ikan banyak dan besar-besar.Mungkin karena manusia sudah menjelajah hingga kesini mereka sudah mulai menghindar.

Ini Jundi lagi belajar berenang.Aku pun tidak ingin ketinggalan,karena airnya sangaaattt jernih.daripada teringat-ingat di rumah kan?hehe
Saat itu kami menguasai aliran sungai bagian bawah.kami puas-puaskan berendam.Bukan apa-apa,karena pengunjung semuanya kumpul di lubuak.hehe..
Semakin siang hari orang semakin banyak berdatangan.Karena semakin ramai,kami memutuskan untuk keluar dari air dan bersiap menyantap bekal makan siang yang kami bawa .Oya,di pinggiran sungai juga ada sekitar 3 buah warung masyarakat yang menyediakan makanan,teh manis yang bisa kita pesan sambil duduk di bangku bawah tenda mereka.Soalnya,cuaca sangat panas..selain pohon teduh,warung adalah alternatif kita.Wah..saking panasnya hari,baju,jilbab yang kupakai berendam tadi,kering di badan.Walaupun membawa baju ganti namun akhirnya aku tetap memakai baju yang lekat di badan.
Kami  shalat zuhur di mushalla yang dibangun pengelola wisata/mushalla sederhana,beratap tak berdinding.Di sini juga dibuatkan sejenis kamar kecil yang diperuntukkan untuk salin pakaian dan buang air kecil.Tapi,saat masuk ke dalamnya yangada tetap aliran sungai bukan pancuran tapi lumayanlah bisa menutupi.
Sesudah puas menikmati pemandangan,kami pun pulang bersama pemandu kami yang baru bangun tidur.. Hari sudah menunjukkan pukul 14.15 WIB.Seperti disampaikan di awal tadi,kepada pemandu kami memilih  menyusuri jalur alternative. Jalanan curam menurun dan menyusuri sungai.Saking menantangnya,Wafa saja menuruni lereng sambil duduk dan merangkak.Sepertinya dia gamang melihat kecuraman.Padahal waktu pergi Wafa terlihat biasa saja.tapi dia mengaku memang takut menuruni jurang yang di bawahnya sungai deras.
Melewati jalur alternative kami kembali tiba di jalur penyeberangan sungai yang tidak kami lewati lagi.ternyata walaupun hari sudah menjelang sore,masih ada juga rombongan yang baru menuju lokasi.Mereka rata-rata anak-anak muda yang mungkin memiliki keberanian pulang kalau hari sudah mulai gelap.Kalau kami, sudah merasa cukup dulu untuk petualangan hari ini.Walau bagi ukuran emak-emak yang jarang olahraga (ngakuuu…)aku bisa dikatakan fit juga,hehe.tetap bugar saat pulang. Tapi aku salut sama Wafa dan Jundi.Karena sebelumnya mereka tidak pernah diajak rihlah cara trekking.jadi, petualangan hari ini sebenarnya pemanasan bagi mereka dan uji kekuatan fisiknya. Memang mujahid dan mujahidah ummi harus seperti itu.Menyambut tantangan.dalam perjalanan pulang,wajah kami sudah penuh peluh dan memerah tapi kepuasan menikmati perjalanan ini membuat suatu tantangani yang membuat Jundi berkata
“kapan-kapan kita ke sini lagi ya mi..!!”
InsyaAllah nak..kalaupun tidak kesini mudah-mudahan bisa mendaki gunung bersama abi.Amin..

Jumat, 05 Februari 2016

Sahabat penaku,Fitri



SAHABAT PENAKU,FITRI

Setiap 5 Februari adalah momen penting dalam dunia persahabatanku dengan sahabat penaku Alifa Royana Fitri.Karena di tanggal itu dia berulang tahun.Dan Ulang tahun berarti masa berkirim kartu ucapan ke Pekalongan,kampung halaman sahabatku yang manis itu.Fitri,begitu dia kupanggil (dan dia memanggilku, Sari) adalah sahabat pena yang spesial.Panggilan 'pipit' pun tidak mungkin karena di keluarga,nama panggilan kami sama-sama 'pipit'!
Kenapa fitri spesial?karena persahabatanku dengannya dimulai sejak kami sama-sama duduk di bangku kelas 6 SD.Berarti sudah berjalan sekitar 25 tahun! Dan sekalipun kami  belum pernah bertemu.Tepatnya,Allah belum memberi kesempatan untuk bertemu hingga hari ini.
Awal mula aku mengajaknya bersahabat kala melihat namanya di majalah Bobo sebagai pemenang kuis.Kupilih dia karena (mungkin)bernama sama.Gayungpun bersambut.Surat-menyurat berlangsung lancar tanpa hambatan.Saat kuterima suratnya,langsung kubalas dan tak kurang seminggu telah dikirimkan ke Pekalongan dan begitupun Fitri,membalas surat-suratku tak pakai lama.Bertukar suratpun diiringi dengan bertukar foto.Tiap update foto,aku harus ke studio foto karena pada masa tahun 90-an belum ada kamera untuk selfi-selfian ,hihihi.
Banyak keluarga dan teman yang melihat foto Fitri mengatakan bahwa aku sedikit mirip dengannya.Sejujurnya yang kurasakan,sifat dan pemikiran kamipun ada mirip-miripnya juga.dan tak jarang dalam cerita-cerita kami mengalami kejadian yang hampir sama.
Fitri masuk SMP dan aku masuk MTsN.Cerita kami tentang sekolah baru,teman-teman baru,prestasi di sekolah.Saling memberi kabar dengan gembira saat menerima rapor karena kami sama-sama masuk peringkat 3 besar.Cerita meluas tentang bagaimana Pekalongan dengan batiknya dan aku mengirimkan kisahku tentang  Sidikalang dan kopinya. Kami sama-sama suka membaca.Dan ada saja bahan yang menjadi bahan cerita kami sehingga persahabatan ini semakin erat (dalam surat).
Memasuki SMU,cerita yang dikirimkanpun semakin berubah remaja.Perasaan pada seseorang,kesal pada seseorang,marah pada seseorang.dan mungkin karena kesibukan di sekolah yang semakin menuntut dan kegiatan yang semakin beragam,frekuensi kedatangan surat agak lama durasinya.tapi tak pernah terputus.
Berbagi cerita selalu seru karena mungkin menulis adalah sama-sama hobbi kami.Selain menceritakan pengalaman di sekolah,tentang keluarga,curhat-curhatan,kami juga sering berkirim catatan teks lagu berbahasa inggris.Karena pada saat itu belum ada google kan ya? J
Aku selalu menunggu kedatangan pak pos ke rumah,yang mengantar surat dari Fitri dan juga sahabat-sahabat penaku yang lain.O,iya...selain Fitri yang pertama aku juga punya sekitar 15 orang sahabat pena,lelaki dan perempuan.Karena namaku pernah  muncul di koran lokal sebagai pemenang TTS,aku menerima surat dari orang-orang yang ingin menjalin  persahabatan denganku.Tapi satu-persatu mulai meregang terutama dengan beberapa yang lelaki.Karena  yang kurasakan,persahabatan lelaki dan perempuan kurang seru,sedikit hal yang bisa kita bagi dan seringkali endingnya ke asmara,dan aku tidak suka itu!Malah ada yang pernah datang ke rumahku di Sidikalang,berseragam tentara yang ternyata sahabat penaku.Tapi kita tak berlangsung lama(persahabatannya,maksudnya)
Mengenai sahabat penaku yang lain,akan kuceritakan kelak dengan memory tersendiri.

Kembali tentang Fitri.
Lulus SMU,aku diterima masuk Fakultas Pertanian Universitas Andalas,dan Fitri masuk Fakultas Ekonomi Universitas Gadjahmada.Dan kami pun sama-sama berstatus merantau.Saat itu di tahun 1998...
Sekitar tahun 2000,akses internet pun sudah mulai lancar.Warnet-warnet sudah menjamur. Surat bukti persahabatan penaku dengan Fitri beralih ke surat elektronik/e-mail.hal itu tak membuat jarak,malah mendekatkan jarak.Pernah juga kita saling menelpon ke kos masing-masing.Karena sebagai mahasiswa biasa,handphone belumlah jadi barang tentengan.
Tahun 2002, aku dan 3 orang teman diutus ke Universitas Gadjahmada untuk mengikuti pertemuan pengurus BEM se Indonesia. Motivasi terbesarku adalah bertemu dengan Fitri di Yogyakarta.Namun,ternyata Allah belum memberi rizki untuk bertemu.Selama  5 hari di sana,padatnya  kegiatan membuat tak ada waktu untuk bertemu Fitri yang saat itu telah bekerja di Bank Danamon. Dan hingga hari ini keingina itu masih ada,bertemu Fitri dan 3 orang jagoannya.
Tahun 2004 aku dan Fitri sama-sama telah menemukan jodoh kita masing-masing.Fitri menikah bulan April dan aku di bulan Juli.Itulah perjalanan persahabatan kita yang akhirnya berlanjut ke media sosial.Kini segalanya telah instan.Mau kepo-in Fitri,tinggal buka facebooknya..hehe..
Namun,kenangan itu terekam   di kumpulan surat-surat yang dengan rapi kukoleksi.Semua ada dalam album foto yang kubawa saat merantau kuliah di Padang, saat pernah tinggal di Pasaman mengikuti suami yang kerja dan ketika sekarang telah tinggal di Pariaman.

Surat-surat Fitri tersimpan di file berlapis plastik bersama kumpulan surat sahabat pena yang lain.Yang kadang kubuka untuk dikenang lagi,manisnya persahabatan melalui pena.

Dan kumpulan surat,koleksi prangko, koleksi amplop surat imut lucu,koleksi kartu lebaran kujadikan saksi untuk bercerita pada Wafa dan Jundi mengenai sahabat pena melalui pos.
Foto ini kuambil dengan kamera laptop,jadi agak kabur bin mabur!!
Mungkin sekarang jikalau ada sahabat ,namanya mungkin “sahabat facebook”?

Selamat Hari Lahir,Alifa Royana Fitri
5 Februri 2016




Rabu, 27 Januari 2016

Full Time or Part Time Mommy?



Full Time Mommy or Part Time Mommy??
Aku tersentak! Apakah ada ibu sepenuh waktu dan ibu separuh waktu? Sungguh itu sebuah ungkapan yang tidak tepat.Karena bagiku,seorang ibu ya tetap seorang ibu. Tapi itulah isu yang mengemuka saat ini di dunia maya,terutama Facebook dan Instagram yang kuikuti.
Isu yang sudah muncul sejak tiap orang punya wadah untuk bersuara dan berpendapat yaitu di media social. Berawal dari sebuah cuitan ustad Felix Siaw di twitter memicu kembali ‘perang’ antar ibu-ibu.Ya tentu saja,antara ibu yang total sebagai ibu rumah tangga/mengurus rumah tangga(dalam hal ini dinamakan Ibu Sepenuh Waktu dan ibu yang sebagai ibu rumah tangga juga punya pekerjaan di luar rumah (mereka menamakannya Ibu Separuh Waktu)
Sebelum membaca komentar yang semakin beragam dan menarik,aku mencoba membaca dengan teliti apa makna sebenarnya dari twit beliau.
Hmmm..tak ada yang salah.Bagus malah.Dan sangat bersemangat,seperti karakter tulisannya yang lain.Tapi mungkin,orang yang membacanya dengan tafsiran dan kondisi yang beragam membuat tulisan itu direspon dengan beragam pula.
Dalam cuitan bernomor 22,Felix Siaw menyindir “Apakah wanita yang 8 jam waktunya di kantor layak disebut karyawati atau IBU?”
Disambung dengan rangkaian tulisan tentang peran seorang ibu yang difitrahkan agama adalah di rumah,sebagai peran mendampingi anak dan mengamankan urusan di rumah.
Jadi,poin yang bisa kutangkap dari tulisan tersebut adalah Felix Siaw mencoba menyorot wanita bekerja yang bergelar “Karyawati” mungkin maksudnya di sini pekerja kantoran yang terikat waktu kerja baik itu from nine to nine atau seharian di luar rumah sehingga dianggap tidak full mengurus rumah,terutama anak-anak.
Dan poin berikutnya yang kutangkap adalah kegelisahan ustad tersebut, akan banyaknya fenomena muslimah yang mengejar karir dan prestise sehingga enggan berdiam di rumah,enggan beranak banyak .
Hal yang menjadi sentilan sensitive di permasalahan ini sebenarnya nama ‘IBU’ tadi.Teman-teman di saluran Facebook yang memiliki karir di luar rumah tak rela dianggap meninggalkan statusnya sebagai ibu yang sebenarnya.Mereka menganggap pendapat itu terlalu menghakimi ibu bekerja.Mereka tak mau dikatakan menyalahi fitrah karena kondisi tiap-tiap orang berbeda. Mengapa mereka bekerja ada alasannya.
Dan yang berperan penuh sebagai ibu rumah tangga tentu saja sangat mendukung dan membenarkan twit tadi. Saling memberi kesaksian dan menceritakan kisahnya masing-masing. Didukung dalil-dalil yang membuat ibu bekerja semakin panas!
Tentu saja diskusi ini tidak akan selesai-selesai!
Bagaimana dengan diriku?
Alhamdulillah..aku tetap seorang IBU.Aku mengalami sebagai IBU Rumah Tangga total dan akhirnya menjadi IBU yang punya pekerjaan.
Sesudah menikah,suami terkesan berat saat aku ingin bekerja di luar rumah. Alasannya,selain belum jelas mau kerja apa(karena baru 3 bulan  di wisuda,langsung bertemu jodoh,menikah)…suami punya harapan ingin istrinya berdiam di rumah.Total mengurus rumah tangga.Dan bilamana dia pulang bekerja,istrinya memang ada di rumah.
Sebagai istri,tentu saja harus taat kan?terutama karena permintaan itu hal yang wajar dan KOMUNIKASI yang berakhir DEAL.Walaupun penghasilan /duit pas-pasan saat itu,tapi karena hasil kesepakatan ya harus dirasakan berdua.
Pernah aku merasakan keinginan sangat ingin bekerja?PASTI! terutama oleh bisikan hati dan bisikan tetangga #eh J
 “kenapa tidak bekerja?? Kan sayang ijazahnya….”
“Kok di rumah saja mengasuh anak??
Memang stigma sebagian masyarakat terhadap IRT total,terutama yang sarjana  masih agak negatif. Dan si ibu tadi pun tidak sedikit yang  menjadi  minder. Minder saat ketemu teman kuliah yang sudah sukses dalam pekerjaan dan minder saat ditanya-tanya.Minder juga membayangkan orang lain punya kegiatan beragam dan ketemu dengan banyak orang di luaran sana.sedangkan dia berputar di seantero ruangan rumahnya saja,dari pagi ke sore. Ke pasar,tetangga. Di situ-situ aja.
Kamu minder Fitri?? Hmmm…diakatakan minder sekali sih enggak..hehe
Karena selain aktivitas  di rumah,aku punya kegiatan organisasi dan kepartaian. Minimal dua kali seminggu ada acara keluar,termasuk hari minggu.
Alhamdulillah, Allah menganugerahkan kami 4 orang anak yang memiliki jarak kelahiran tiap 2 tahun.Ini membuat aku tak terlalu sering lagi digoda pertanyaan “kenapa” tadi.Karena dikerubungi kerepotan tentunya!
Sebagai ibu rumah tangga aku focus.Yah..memang mengerjakan semuanya sendiri /dan juga bantuan suami. Jadi,tidak memakai jasa pembantu rumah tangga,jasa setrika pakaian,jasa baby sitter,dari awal hingga kini. Terbayang kan kerepotannya ?? walaupun berkali-kali suami menawarkan mencarikan Asisten Rumah Tangga /khadimat/pembantu tapi kutolak.Karena aku merasa masih sanggup mengerjakan semuanya.Ini namanya menikmati pekerjaan. Hehehhe # alasan



Tapi…perjalanan hidup tak bisa diduga
Saat anak ke empat sudah lahir,ada peluang amal di depan mata.Sebuah yayasan mendirikan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini dan aku diminta sebagai pengelola.Melihat ini adalah bidang yang  8 tahun ini kugeluti (ya tentu saja sebagai pendidik anak usia dini,anak sendiri) dan tak menolak kenyataan kalau selama ini  aku secara khusus mendalami bidang ini dengan bacaan-bacaan dan seminar.Jadi tawaran itu kuterima.
Jadilah aku ibu rumah tangga yang punya pekerjaan di luar rumah.
Tapi aku tetap harus menjemput/menyambut anak-anak sepulang sekolah di rumah.Karena jam kerja ku  di sekolah jam 8 sampai jam 10 pagi. Dan sesekali ada urusan atau rapat.Jadi,fungsi asli seperti komitmen dengan suami di awal tadi tetap bisa dipertahankan.
Apakah perhatian ke anak-anak menjadi berubah dengan kita bekerja?tentu saja JANGAN
Mungkin kondisiku dengan anak –anak yang beranjak besar,sudah mandiri,sekolah.Tak serepot ibu bekerja lainnya yang masih memiliki bayi.
Tapi inilah IBU
IBU itu adalah tempat mengadu,menumpahkan tangis,curhat,keran nasehat bagi anak-anaknya.Sehingga telinga ,mata dan hatinya harus tetap terbuka terhadap anaknya.Bisa dengan memeluk anaknya,menelpon anaknya,pada intinya hatinya selalu pada anaknya.
IBU adalah manajer rumah tangga,bukan pemimpin.Sehingga segala keteraturan urusan domestic harus tetap menjadi perhatian ibu.Jika tak sempat dikerjakan semua,bisa dikerjakan oleh ART.Pada intinya bagaimana bisa teratur dan selesai.Karena bukan kewajiban ibu melakukan itu semua,bisa dengan bantuan orang .Tapi  jika ada ibu  yang memilih melakukan itu semua sendiri itu tak usah di bully  J
IBU sebagaimana wanita umumnya mampu multitasking dalam berbagai kegiatannya.
IBU adalah sosok yang kuat dan pasti selalu mencintai penuh terhadap keluarganya
Truzz..IBU yang karyawati tadi bagaimana??
Oiya….
Faktor alasan ibu bekerja kan bermacam-macam.Ada yang memang karena tugasnya bidang pengabdian contohnya dokter,perawat,polwan,dan yang lainnya.Ada yang memang sepakat dengan suami bersama mencari penghasilan untuk biaya rumah tangga.Ada yang hanya ingin kerja.Yang penting kerja.Walaupun penghasilan suami cukup tapi tetap ingin bekerja juga.
Kembali kepada KOMUNIKASI dengan pasangan.Dan ini pasti berbeda juga alasan dan kondisi pada tiap-tiap orang. Bagaimana mereka dengan perencanaan hidupnya.
Pusat perhatian sebenarnya tidak pada IBU yang  karyawati dimana terikat jam kerja  tetapi juga ibu-ibu lainnya.Termasuk IBU pengusaha yang bisa saja seharian waktunya di luar rumahnya.
Karena IRT total pun tidak menjamin dia total mengurus rumah dan anak-anaknya.Ada juga ibu yang hatinya  selalu di rumahnya namun selalu stress melihat kerjaan menumpuk,selalu dilanda pusing melihat tingkah anaknya.Ada juga ibu yang suka keluyuran gossip ke tetangga,menghabiskan waktu untuk urusan tidak penting. Dan bukan dusta juga ada ibu yang total di rumah tapi anaknya selalu jadi sasaran kemarahan dan kekerasan olehnya.
Atau ibu yang full di rumah tapi anak-anaknya seperti anak kehilangan ibu.Ibu tidak menjadi sosok yang dicari,dirindui,tapi dihindari karena setiap bertemu pasti berkelahi.
Dan,pasti banyak ibu yang melakoni perannya dengan keikhlasan
Ikhlas mengerjakan semua pekerjaan rumah
Ikhlas mengandung dan menyusui sempurna bagi anaknya
Ikhlas  menjelaskan sambil tersenyum saat dicibir kenapa tidak “bekerja”
Sebenarnya,ibu yang bekerja di luar rumah pun lebih berat lagi menjalani itu semua.Karena selain memikirkan pekerjaan kantor dia juga harus memikirkan perkerjaan rumah.Tak jarang,pagi-pagi buta sudah mengerjakan cucian,masakan,mempersiapkan anak yang perlu di titip ke TPA atau ke tempat neneknya.Begitu pulang kantor ditunggu dengan rutinitas jemput anak,mencucui,memasak.
Pasti tidak mudah juga kan??double repotnya.
Dan sebagaimana IRT yang pernah mengidam-idamkan menjadi wanita karir,tak jarang
Ibu berkarir tersebut mengidam-idamkan menjadi  ibu rumah tangga saja.
Jadi,itu pilihan.yang terpenting tidak menyingkirkan kita dari kebutuhan abadi
Kebutuhan  kesuksesan dunia dan tidak melupakan akhirat,niat kita bekerja ditujukan ke ALLAH
Kebutuhan akan karunia anak-anak soleh/solehah..yang kita bisa dapatkan  dengan pembinaan dari kita orangtuanya.Dari ayahnya dan dari ibunya yang harusnya memposisikan dia sebagai perhiasan berharga.
Nah pemirsa…ternyata  Felix Siaw mencermati banyaknya polemic tulisannya yang membuat suasana panas…beliau membuat tulisan menyusul yang sebelumnya tentang tema ini.Di sana dia menjabarkan latar belakang kenapa  berpendapat seperti itu bagaimana masa lalunya dan apa kekhawatirannya terhadap agama ini jika ibu beromba-lomba untuk keluar dari rumah mereka.Bagimana di Negara-negara liberal yang telah dikuasai pemikiran feminisme yang pada akhirnya gejala kehancuran yang mulai tampak.Beliau sampaikan ini dengan data-data di dalamnya.Dan Ustad bersikukuh dengan pendapatnya bahwa ibu lah yang paling sesuai mendampingi setiap tumbuh kembang anaknya sendiri. Sehingga dalam tulisannya dia ‘garang’
Dan ditekankannya lagi dalam tulisan susulan itu,dia mencermati ibu bekerja/karyawati yang memilih- mengejar karir,tidak lagi karena  sekedar mencukupi biaya rumah tangga bersama suami.
Menurut beliau, ibu yang single parent beda. Kondisi yang dihadapinya tidak lagi sebagai pilihan tapi terpaksa.Keadaan memaksa dia harus menghidupi keluarganya.Dalam hal ini si ibu sebagai pemimpin menggantikan posisi ayah yang telah tiada.
                Sudah disampaikan di awal bahwa pembaca punya pemikiran,pendapat,kondisi berbeda. Jadi viral ini berkembang semakin panas karena tak sedikit yang salah tanggap terhadap tulisan itu.Banyak yang langsung marah, yang komen tanpa membaca twit ternyata banyak juga.Karena  banyak juga komen yang ngelantur,ga nyambung.Yah begitulah media social kan??
Kalau aku berpendapat…tujuan beliau baik,menyampaikan nasihat
Kita diajarkan oleh agama,saat mendengar nasihat silahkan di dengarkan diserap menjadi kebaikan.Jika ada yang merasa tersinggung singkirkan dulu buruk sangka.Masing-masing kita memang punya pendapat yang menurut kita benar dan orang lain tidak memahaminya.Tapi,husnuzhan akan membuat nasihat terasa indah.Apalagi nasihat dari sesama muslim.
Selanjutnya,kembalikan kepada masing-masing individu. Tidak mudah juga men-judge kehidupan orang tanpa tahu persoalan jelasnya.Memberi nasehat pun dengan cara yang bijak.Setuju??????a
Yang penting,bagaimana IBU diamanapun dia memperbaharui hati dan kecintaannya pada rumah dan seisinya.Mencintai keluarganya dan ingin bersama-sama ke surga  seperti idaman bersama.

9 Januari 2016.












Yang abadi dalam do'aku

 Kepada lelaki yang telah berada di sisiku 21 tahun, aku bercerita tentang seorang lelaki yang selalu di hatiku selama 46 tahun ini. Dia aya...