Jumat, 05 Februari 2016

Sahabat penaku,Fitri



SAHABAT PENAKU,FITRI

Setiap 5 Februari adalah momen penting dalam dunia persahabatanku dengan sahabat penaku Alifa Royana Fitri.Karena di tanggal itu dia berulang tahun.Dan Ulang tahun berarti masa berkirim kartu ucapan ke Pekalongan,kampung halaman sahabatku yang manis itu.Fitri,begitu dia kupanggil (dan dia memanggilku, Sari) adalah sahabat pena yang spesial.Panggilan 'pipit' pun tidak mungkin karena di keluarga,nama panggilan kami sama-sama 'pipit'!
Kenapa fitri spesial?karena persahabatanku dengannya dimulai sejak kami sama-sama duduk di bangku kelas 6 SD.Berarti sudah berjalan sekitar 25 tahun! Dan sekalipun kami  belum pernah bertemu.Tepatnya,Allah belum memberi kesempatan untuk bertemu hingga hari ini.
Awal mula aku mengajaknya bersahabat kala melihat namanya di majalah Bobo sebagai pemenang kuis.Kupilih dia karena (mungkin)bernama sama.Gayungpun bersambut.Surat-menyurat berlangsung lancar tanpa hambatan.Saat kuterima suratnya,langsung kubalas dan tak kurang seminggu telah dikirimkan ke Pekalongan dan begitupun Fitri,membalas surat-suratku tak pakai lama.Bertukar suratpun diiringi dengan bertukar foto.Tiap update foto,aku harus ke studio foto karena pada masa tahun 90-an belum ada kamera untuk selfi-selfian ,hihihi.
Banyak keluarga dan teman yang melihat foto Fitri mengatakan bahwa aku sedikit mirip dengannya.Sejujurnya yang kurasakan,sifat dan pemikiran kamipun ada mirip-miripnya juga.dan tak jarang dalam cerita-cerita kami mengalami kejadian yang hampir sama.
Fitri masuk SMP dan aku masuk MTsN.Cerita kami tentang sekolah baru,teman-teman baru,prestasi di sekolah.Saling memberi kabar dengan gembira saat menerima rapor karena kami sama-sama masuk peringkat 3 besar.Cerita meluas tentang bagaimana Pekalongan dengan batiknya dan aku mengirimkan kisahku tentang  Sidikalang dan kopinya. Kami sama-sama suka membaca.Dan ada saja bahan yang menjadi bahan cerita kami sehingga persahabatan ini semakin erat (dalam surat).
Memasuki SMU,cerita yang dikirimkanpun semakin berubah remaja.Perasaan pada seseorang,kesal pada seseorang,marah pada seseorang.dan mungkin karena kesibukan di sekolah yang semakin menuntut dan kegiatan yang semakin beragam,frekuensi kedatangan surat agak lama durasinya.tapi tak pernah terputus.
Berbagi cerita selalu seru karena mungkin menulis adalah sama-sama hobbi kami.Selain menceritakan pengalaman di sekolah,tentang keluarga,curhat-curhatan,kami juga sering berkirim catatan teks lagu berbahasa inggris.Karena pada saat itu belum ada google kan ya? J
Aku selalu menunggu kedatangan pak pos ke rumah,yang mengantar surat dari Fitri dan juga sahabat-sahabat penaku yang lain.O,iya...selain Fitri yang pertama aku juga punya sekitar 15 orang sahabat pena,lelaki dan perempuan.Karena namaku pernah  muncul di koran lokal sebagai pemenang TTS,aku menerima surat dari orang-orang yang ingin menjalin  persahabatan denganku.Tapi satu-persatu mulai meregang terutama dengan beberapa yang lelaki.Karena  yang kurasakan,persahabatan lelaki dan perempuan kurang seru,sedikit hal yang bisa kita bagi dan seringkali endingnya ke asmara,dan aku tidak suka itu!Malah ada yang pernah datang ke rumahku di Sidikalang,berseragam tentara yang ternyata sahabat penaku.Tapi kita tak berlangsung lama(persahabatannya,maksudnya)
Mengenai sahabat penaku yang lain,akan kuceritakan kelak dengan memory tersendiri.

Kembali tentang Fitri.
Lulus SMU,aku diterima masuk Fakultas Pertanian Universitas Andalas,dan Fitri masuk Fakultas Ekonomi Universitas Gadjahmada.Dan kami pun sama-sama berstatus merantau.Saat itu di tahun 1998...
Sekitar tahun 2000,akses internet pun sudah mulai lancar.Warnet-warnet sudah menjamur. Surat bukti persahabatan penaku dengan Fitri beralih ke surat elektronik/e-mail.hal itu tak membuat jarak,malah mendekatkan jarak.Pernah juga kita saling menelpon ke kos masing-masing.Karena sebagai mahasiswa biasa,handphone belumlah jadi barang tentengan.
Tahun 2002, aku dan 3 orang teman diutus ke Universitas Gadjahmada untuk mengikuti pertemuan pengurus BEM se Indonesia. Motivasi terbesarku adalah bertemu dengan Fitri di Yogyakarta.Namun,ternyata Allah belum memberi rizki untuk bertemu.Selama  5 hari di sana,padatnya  kegiatan membuat tak ada waktu untuk bertemu Fitri yang saat itu telah bekerja di Bank Danamon. Dan hingga hari ini keingina itu masih ada,bertemu Fitri dan 3 orang jagoannya.
Tahun 2004 aku dan Fitri sama-sama telah menemukan jodoh kita masing-masing.Fitri menikah bulan April dan aku di bulan Juli.Itulah perjalanan persahabatan kita yang akhirnya berlanjut ke media sosial.Kini segalanya telah instan.Mau kepo-in Fitri,tinggal buka facebooknya..hehe..
Namun,kenangan itu terekam   di kumpulan surat-surat yang dengan rapi kukoleksi.Semua ada dalam album foto yang kubawa saat merantau kuliah di Padang, saat pernah tinggal di Pasaman mengikuti suami yang kerja dan ketika sekarang telah tinggal di Pariaman.

Surat-surat Fitri tersimpan di file berlapis plastik bersama kumpulan surat sahabat pena yang lain.Yang kadang kubuka untuk dikenang lagi,manisnya persahabatan melalui pena.

Dan kumpulan surat,koleksi prangko, koleksi amplop surat imut lucu,koleksi kartu lebaran kujadikan saksi untuk bercerita pada Wafa dan Jundi mengenai sahabat pena melalui pos.
Foto ini kuambil dengan kamera laptop,jadi agak kabur bin mabur!!
Mungkin sekarang jikalau ada sahabat ,namanya mungkin “sahabat facebook”?

Selamat Hari Lahir,Alifa Royana Fitri
5 Februri 2016




Rabu, 27 Januari 2016

Full Time or Part Time Mommy?



Full Time Mommy or Part Time Mommy??
Aku tersentak! Apakah ada ibu sepenuh waktu dan ibu separuh waktu? Sungguh itu sebuah ungkapan yang tidak tepat.Karena bagiku,seorang ibu ya tetap seorang ibu. Tapi itulah isu yang mengemuka saat ini di dunia maya,terutama Facebook dan Instagram yang kuikuti.
Isu yang sudah muncul sejak tiap orang punya wadah untuk bersuara dan berpendapat yaitu di media social. Berawal dari sebuah cuitan ustad Felix Siaw di twitter memicu kembali ‘perang’ antar ibu-ibu.Ya tentu saja,antara ibu yang total sebagai ibu rumah tangga/mengurus rumah tangga(dalam hal ini dinamakan Ibu Sepenuh Waktu dan ibu yang sebagai ibu rumah tangga juga punya pekerjaan di luar rumah (mereka menamakannya Ibu Separuh Waktu)
Sebelum membaca komentar yang semakin beragam dan menarik,aku mencoba membaca dengan teliti apa makna sebenarnya dari twit beliau.
Hmmm..tak ada yang salah.Bagus malah.Dan sangat bersemangat,seperti karakter tulisannya yang lain.Tapi mungkin,orang yang membacanya dengan tafsiran dan kondisi yang beragam membuat tulisan itu direspon dengan beragam pula.
Dalam cuitan bernomor 22,Felix Siaw menyindir “Apakah wanita yang 8 jam waktunya di kantor layak disebut karyawati atau IBU?”
Disambung dengan rangkaian tulisan tentang peran seorang ibu yang difitrahkan agama adalah di rumah,sebagai peran mendampingi anak dan mengamankan urusan di rumah.
Jadi,poin yang bisa kutangkap dari tulisan tersebut adalah Felix Siaw mencoba menyorot wanita bekerja yang bergelar “Karyawati” mungkin maksudnya di sini pekerja kantoran yang terikat waktu kerja baik itu from nine to nine atau seharian di luar rumah sehingga dianggap tidak full mengurus rumah,terutama anak-anak.
Dan poin berikutnya yang kutangkap adalah kegelisahan ustad tersebut, akan banyaknya fenomena muslimah yang mengejar karir dan prestise sehingga enggan berdiam di rumah,enggan beranak banyak .
Hal yang menjadi sentilan sensitive di permasalahan ini sebenarnya nama ‘IBU’ tadi.Teman-teman di saluran Facebook yang memiliki karir di luar rumah tak rela dianggap meninggalkan statusnya sebagai ibu yang sebenarnya.Mereka menganggap pendapat itu terlalu menghakimi ibu bekerja.Mereka tak mau dikatakan menyalahi fitrah karena kondisi tiap-tiap orang berbeda. Mengapa mereka bekerja ada alasannya.
Dan yang berperan penuh sebagai ibu rumah tangga tentu saja sangat mendukung dan membenarkan twit tadi. Saling memberi kesaksian dan menceritakan kisahnya masing-masing. Didukung dalil-dalil yang membuat ibu bekerja semakin panas!
Tentu saja diskusi ini tidak akan selesai-selesai!
Bagaimana dengan diriku?
Alhamdulillah..aku tetap seorang IBU.Aku mengalami sebagai IBU Rumah Tangga total dan akhirnya menjadi IBU yang punya pekerjaan.
Sesudah menikah,suami terkesan berat saat aku ingin bekerja di luar rumah. Alasannya,selain belum jelas mau kerja apa(karena baru 3 bulan  di wisuda,langsung bertemu jodoh,menikah)…suami punya harapan ingin istrinya berdiam di rumah.Total mengurus rumah tangga.Dan bilamana dia pulang bekerja,istrinya memang ada di rumah.
Sebagai istri,tentu saja harus taat kan?terutama karena permintaan itu hal yang wajar dan KOMUNIKASI yang berakhir DEAL.Walaupun penghasilan /duit pas-pasan saat itu,tapi karena hasil kesepakatan ya harus dirasakan berdua.
Pernah aku merasakan keinginan sangat ingin bekerja?PASTI! terutama oleh bisikan hati dan bisikan tetangga #eh J
 “kenapa tidak bekerja?? Kan sayang ijazahnya….”
“Kok di rumah saja mengasuh anak??
Memang stigma sebagian masyarakat terhadap IRT total,terutama yang sarjana  masih agak negatif. Dan si ibu tadi pun tidak sedikit yang  menjadi  minder. Minder saat ketemu teman kuliah yang sudah sukses dalam pekerjaan dan minder saat ditanya-tanya.Minder juga membayangkan orang lain punya kegiatan beragam dan ketemu dengan banyak orang di luaran sana.sedangkan dia berputar di seantero ruangan rumahnya saja,dari pagi ke sore. Ke pasar,tetangga. Di situ-situ aja.
Kamu minder Fitri?? Hmmm…diakatakan minder sekali sih enggak..hehe
Karena selain aktivitas  di rumah,aku punya kegiatan organisasi dan kepartaian. Minimal dua kali seminggu ada acara keluar,termasuk hari minggu.
Alhamdulillah, Allah menganugerahkan kami 4 orang anak yang memiliki jarak kelahiran tiap 2 tahun.Ini membuat aku tak terlalu sering lagi digoda pertanyaan “kenapa” tadi.Karena dikerubungi kerepotan tentunya!
Sebagai ibu rumah tangga aku focus.Yah..memang mengerjakan semuanya sendiri /dan juga bantuan suami. Jadi,tidak memakai jasa pembantu rumah tangga,jasa setrika pakaian,jasa baby sitter,dari awal hingga kini. Terbayang kan kerepotannya ?? walaupun berkali-kali suami menawarkan mencarikan Asisten Rumah Tangga /khadimat/pembantu tapi kutolak.Karena aku merasa masih sanggup mengerjakan semuanya.Ini namanya menikmati pekerjaan. Hehehhe # alasan



Tapi…perjalanan hidup tak bisa diduga
Saat anak ke empat sudah lahir,ada peluang amal di depan mata.Sebuah yayasan mendirikan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini dan aku diminta sebagai pengelola.Melihat ini adalah bidang yang  8 tahun ini kugeluti (ya tentu saja sebagai pendidik anak usia dini,anak sendiri) dan tak menolak kenyataan kalau selama ini  aku secara khusus mendalami bidang ini dengan bacaan-bacaan dan seminar.Jadi tawaran itu kuterima.
Jadilah aku ibu rumah tangga yang punya pekerjaan di luar rumah.
Tapi aku tetap harus menjemput/menyambut anak-anak sepulang sekolah di rumah.Karena jam kerja ku  di sekolah jam 8 sampai jam 10 pagi. Dan sesekali ada urusan atau rapat.Jadi,fungsi asli seperti komitmen dengan suami di awal tadi tetap bisa dipertahankan.
Apakah perhatian ke anak-anak menjadi berubah dengan kita bekerja?tentu saja JANGAN
Mungkin kondisiku dengan anak –anak yang beranjak besar,sudah mandiri,sekolah.Tak serepot ibu bekerja lainnya yang masih memiliki bayi.
Tapi inilah IBU
IBU itu adalah tempat mengadu,menumpahkan tangis,curhat,keran nasehat bagi anak-anaknya.Sehingga telinga ,mata dan hatinya harus tetap terbuka terhadap anaknya.Bisa dengan memeluk anaknya,menelpon anaknya,pada intinya hatinya selalu pada anaknya.
IBU adalah manajer rumah tangga,bukan pemimpin.Sehingga segala keteraturan urusan domestic harus tetap menjadi perhatian ibu.Jika tak sempat dikerjakan semua,bisa dikerjakan oleh ART.Pada intinya bagaimana bisa teratur dan selesai.Karena bukan kewajiban ibu melakukan itu semua,bisa dengan bantuan orang .Tapi  jika ada ibu  yang memilih melakukan itu semua sendiri itu tak usah di bully  J
IBU sebagaimana wanita umumnya mampu multitasking dalam berbagai kegiatannya.
IBU adalah sosok yang kuat dan pasti selalu mencintai penuh terhadap keluarganya
Truzz..IBU yang karyawati tadi bagaimana??
Oiya….
Faktor alasan ibu bekerja kan bermacam-macam.Ada yang memang karena tugasnya bidang pengabdian contohnya dokter,perawat,polwan,dan yang lainnya.Ada yang memang sepakat dengan suami bersama mencari penghasilan untuk biaya rumah tangga.Ada yang hanya ingin kerja.Yang penting kerja.Walaupun penghasilan suami cukup tapi tetap ingin bekerja juga.
Kembali kepada KOMUNIKASI dengan pasangan.Dan ini pasti berbeda juga alasan dan kondisi pada tiap-tiap orang. Bagaimana mereka dengan perencanaan hidupnya.
Pusat perhatian sebenarnya tidak pada IBU yang  karyawati dimana terikat jam kerja  tetapi juga ibu-ibu lainnya.Termasuk IBU pengusaha yang bisa saja seharian waktunya di luar rumahnya.
Karena IRT total pun tidak menjamin dia total mengurus rumah dan anak-anaknya.Ada juga ibu yang hatinya  selalu di rumahnya namun selalu stress melihat kerjaan menumpuk,selalu dilanda pusing melihat tingkah anaknya.Ada juga ibu yang suka keluyuran gossip ke tetangga,menghabiskan waktu untuk urusan tidak penting. Dan bukan dusta juga ada ibu yang total di rumah tapi anaknya selalu jadi sasaran kemarahan dan kekerasan olehnya.
Atau ibu yang full di rumah tapi anak-anaknya seperti anak kehilangan ibu.Ibu tidak menjadi sosok yang dicari,dirindui,tapi dihindari karena setiap bertemu pasti berkelahi.
Dan,pasti banyak ibu yang melakoni perannya dengan keikhlasan
Ikhlas mengerjakan semua pekerjaan rumah
Ikhlas mengandung dan menyusui sempurna bagi anaknya
Ikhlas  menjelaskan sambil tersenyum saat dicibir kenapa tidak “bekerja”
Sebenarnya,ibu yang bekerja di luar rumah pun lebih berat lagi menjalani itu semua.Karena selain memikirkan pekerjaan kantor dia juga harus memikirkan perkerjaan rumah.Tak jarang,pagi-pagi buta sudah mengerjakan cucian,masakan,mempersiapkan anak yang perlu di titip ke TPA atau ke tempat neneknya.Begitu pulang kantor ditunggu dengan rutinitas jemput anak,mencucui,memasak.
Pasti tidak mudah juga kan??double repotnya.
Dan sebagaimana IRT yang pernah mengidam-idamkan menjadi wanita karir,tak jarang
Ibu berkarir tersebut mengidam-idamkan menjadi  ibu rumah tangga saja.
Jadi,itu pilihan.yang terpenting tidak menyingkirkan kita dari kebutuhan abadi
Kebutuhan  kesuksesan dunia dan tidak melupakan akhirat,niat kita bekerja ditujukan ke ALLAH
Kebutuhan akan karunia anak-anak soleh/solehah..yang kita bisa dapatkan  dengan pembinaan dari kita orangtuanya.Dari ayahnya dan dari ibunya yang harusnya memposisikan dia sebagai perhiasan berharga.
Nah pemirsa…ternyata  Felix Siaw mencermati banyaknya polemic tulisannya yang membuat suasana panas…beliau membuat tulisan menyusul yang sebelumnya tentang tema ini.Di sana dia menjabarkan latar belakang kenapa  berpendapat seperti itu bagaimana masa lalunya dan apa kekhawatirannya terhadap agama ini jika ibu beromba-lomba untuk keluar dari rumah mereka.Bagimana di Negara-negara liberal yang telah dikuasai pemikiran feminisme yang pada akhirnya gejala kehancuran yang mulai tampak.Beliau sampaikan ini dengan data-data di dalamnya.Dan Ustad bersikukuh dengan pendapatnya bahwa ibu lah yang paling sesuai mendampingi setiap tumbuh kembang anaknya sendiri. Sehingga dalam tulisannya dia ‘garang’
Dan ditekankannya lagi dalam tulisan susulan itu,dia mencermati ibu bekerja/karyawati yang memilih- mengejar karir,tidak lagi karena  sekedar mencukupi biaya rumah tangga bersama suami.
Menurut beliau, ibu yang single parent beda. Kondisi yang dihadapinya tidak lagi sebagai pilihan tapi terpaksa.Keadaan memaksa dia harus menghidupi keluarganya.Dalam hal ini si ibu sebagai pemimpin menggantikan posisi ayah yang telah tiada.
                Sudah disampaikan di awal bahwa pembaca punya pemikiran,pendapat,kondisi berbeda. Jadi viral ini berkembang semakin panas karena tak sedikit yang salah tanggap terhadap tulisan itu.Banyak yang langsung marah, yang komen tanpa membaca twit ternyata banyak juga.Karena  banyak juga komen yang ngelantur,ga nyambung.Yah begitulah media social kan??
Kalau aku berpendapat…tujuan beliau baik,menyampaikan nasihat
Kita diajarkan oleh agama,saat mendengar nasihat silahkan di dengarkan diserap menjadi kebaikan.Jika ada yang merasa tersinggung singkirkan dulu buruk sangka.Masing-masing kita memang punya pendapat yang menurut kita benar dan orang lain tidak memahaminya.Tapi,husnuzhan akan membuat nasihat terasa indah.Apalagi nasihat dari sesama muslim.
Selanjutnya,kembalikan kepada masing-masing individu. Tidak mudah juga men-judge kehidupan orang tanpa tahu persoalan jelasnya.Memberi nasehat pun dengan cara yang bijak.Setuju??????a
Yang penting,bagaimana IBU diamanapun dia memperbaharui hati dan kecintaannya pada rumah dan seisinya.Mencintai keluarganya dan ingin bersama-sama ke surga  seperti idaman bersama.

9 Januari 2016.












Jumat, 11 Desember 2015

A Thousand Days



A Thousand Days

Seharian tadi mendapatkan kesempatan menghadiri seminar Parenting  bersama narasumber Irwan Rinaldi,seorang konselor,pemerhati dan aktivis pembelaan anak (KPAI).

Sangat menarik materi yang disampaikannya berkaitan tentang peran orangtua pada tiap tahapan perkembangan anak.  Kita sebagai umat islam,  ilmu parenting yang terbaik adalah ala islami yang ditunjukkan di Alqur’an yang Allah turunkan dan sunnah yang diwariskan Rasulullah

Nah ….judul materi seminarnya “Menjadi Ayah dan Bunda Teladan”.Akan saya coba sampaikan kembali dengan bahasa saya dan  saya bagikan.Because,sharing is caring ya?

Pertemuan menarik ini menekankan pada pentingnya penanaman pendidikan pada anak sejak sebelum dia dilahirkan.Karena Alqur’an banyak menjelaskan pola pengasuhan anak kepada kita tetapi selama ini kita acuhkan.Padahal beberapa hasil kajian-kajian negara maju terhadap ilmu parenting belakangan seringkali ditemukan ternyata sesuai seperti yang telah diceritakan dalam Al-qur’an .Padahal bisa jadi mereka tidak islam.Dan awal mereka mengkaji,meneliti hanya berdasarkan ilmu turunan saja. Sebenarnya itu adalah hikmah milik kita,umat muslim yang harus kita dapatkan kembali.Sehingga penting bagi kita untuk meletakkan metoda pendidikan islami,berpedoman pada tuntunan Allah dan RasulNYA, karena itulah yang paling tepat untuk menjawab permasalahan kontemporer kini.

Dalam paparan di bawah ini hanya beberapa hikmah dari sekian banyak hikmah yang terdapat dalam Al-Qur’an berkaitan dengan parenting skill.Karena dalam tema seminar menyinggung ini sehingga hanya ini yang bisa saya sampaikan,hehe…

Proses kelahiran anak yang tidak tahu apa-apa kemudian Allah beri penglihatan,pendengaran dan hati nurani agar kita bersyukur dijelaskan Allah dalam An-Nahl 78 (buka yuukk…dan iqra’).

Hikmahnya adalah, awal penerimaan pembelajaran seorang anak di awali dari:telinga/pendengarannya,Apa saja yang didengarnya sejak masih sebagai janin di kandungan.Suara-suara negative memberikan kesan negative pula,kalimat-kalimat thoyyibah akan memberi kesan baik dalam memorynya juga.Mata/penglihatannya,yang akan merekam kejadian yang dilihatnya dan terekam menjadi kesan dalam ingatannya.Dan hati nurani yang menjadi penimbang kesan baik-buruk terhadap kesan tadi.Melalui 3 hal ini ini, anak mendapatkan kepercayaan,kehangatan,kebaikan hati dan menjadi pusat perhatian

Proses penyusuan hingga penyapihan Allah jelaskan dalam Surah Luqman 14 (tolong dibuka dan dibaca sendiri ya..:).Di sana disampaikan bahwa ibu mengandung,dilanjutkan dengan penyusuan hingga dua tahun. Ibu memberi ASI pada bayinya hingga usia maksimal dua tahun.Total usia kehamilan dan penyusuan hingga penyapihan 30 bulan.masa-masa ini lah yang dalam ilmu parenting barat dikenal dengan masa a thousand days (1000 hari pertama).Pada masa inilah kesan yang mendalam akan tertanam dan berpengaruh pada proses tumbuh dan kembang anak.baik fisik maupun psikisnya.

Di tahapan inilah peran ibu dan  juga ayah sangat menentukan.Jika memungkinkan,ayah ibunyalah yang mendampingi anak-anaknya pada masa-masa emas tersebut.Anak itu adalah amanah dan tak seharusnya amanah tadi kita amanahkan kembali pada oranglain.Ibu yang akan selalu dekat dengannya sejak dalam rahim dan selama proses penyusuan.Karena penyusuan tidak sekedar proses memberikan air susu tetapi juga terbentuk ikatan cinta / the bond of love antara anak yang menyusu sambil menatap wajah ibu yang juga menatapnya sepenuh cinta (ibu-ibu yang mengalami ini pasti sepakat!iya kan..iya kan.)

Peran ayah pun tak kalah pentingnya,mendampingi ibu semasa hamil,memberikan kenyamanan dan dukungan penuh atas segala kepayahan yang calon ibu alami.Ayah harus sering menyapa,bercakap dengan calon anaknya sambil mengelus perut ibu dan mengirimkan cinta dan kasih sayang.Elusan ayah secara langsung dan nada suara  ayah  diyakini akan memberikan reaksi pada si janin.

Membacakan kalimah-kalimah thoyyibah,kalimat-kalimat baik, bernada positif harus sering-sering diperdengarkan kepada janin selama dia dalam kandungan hingga dia lahir.Ayat-ayat suci Alqur’an harus kita yakini  lebih memberikan stimulasi pada calon bayi dibanding Mozart atau Bethooven.Sudah ada lho penelitian yang mengungkapkan keistimewaan bacaan Al-qur’an untuk stimulus otak janin.Lain kali saya tautkan linknya yee…

Kenapa 1000 hari pertama itu penting? Dan kenapa masa-masa keemasan/Golden Age (0-4 tahun) itu tak boleh kita lewatkan?karena masa ini akan menentukan karakter anak pada saatnya besar nanti.Pembiasaan yang dia dapatkan terarah pada jalurnya.Pak Irwan mengatakan :Penanganan yang tepat pada masa yang tepat.Karena jika masa ini telah terbuang sia-sia maka tak akan bisa dipanggil lagi,tak akan bisa diulang lagi.

Kita dihadapkan pada fenomena
* makin bobroknya akhlak dan makin rusaknya mental sebagian generasi kita.kriminalitas usia kecil/anak berbuat tindak criminal,membunuh,memperkosa,seksualitas usia remaja,narkoba usia remaja bahkan sakit jiwa usia muda.
*Selain itu,terdapatnya fenomena kematangan mental jauh tertinggal dari kematangan biologis
Usia sudah 40 tahun tapi berperilaku seperti berusia 20 tahun.terlambat dewasa..hehe..
Bisa jadi karena pola pengasuhan yang tidak/kurang mengenalkan kemandirian sejak dini,tidak mengajarkan bertanggung jawab akan perbuatannya,suka menyalahkan,anak jatuh kita menyalahkan lantai.Saat anak bersalah,kita cenderung marah,memvonis dan langsung menghukum tanpa memberinya ruang untuk memberi penjelasan sehingga kelak dia menjadi tidak jujur.Mengajarkan curang agar  anak menang lomba (ini semoga tidak ada pada kita ya ..bu ibu…)
Masih banyak yang lain yang tidak usah dusebutkan di sini satu per satu
*Atau ini:kematangan mental lebih maju dari kematangan biologis


Apa yang salah?? Ternyata pola pengasuhan memegang kunci penting.Anak dibesarkan dengan meminggirkan pendidikan karakter berbasis agama.Padahal inti pengasuhan itu adalah :”Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.Orangtuanyalah yang membuatnya menjadi yahudi,nasrani atau Majusi”.Jika dari kecil dia dilingkupi nilai-nilai islam,kelak fitrah itu akan terjaga.Jika orangtuanya menanamkan karakter berlandaskan agama secara maksimal,maka anak akan memiliki imunitas .Bermacam pengaruh negative yang menggoda di sekitarnya akan tertolak oleh fitrahnya.
Anak dituntut mengejar nilai yang seolah satu-satunya ukuran kepintaran. Padahal karakter yang sekarang kita usung kembali,jujur,berakhlak,santun,etos kerja,dll dijabarkan secara gamblang dalam islam.
Beberapa pola pengasuhan yang diterapkan  orangtua kini pada anaknya   masih sama dengan pola yang diterima dari orangtuanya  dahulu. Memang tidak semua negative,hanya beberapa.Namun di era digital ini anak-anak kitapun tumbuh dengan semua sisi dirinya terdampak. Sehingga pola pengasuhan yang kreatif dari orangtua perlu diperkuat.
Prophetic parenting,pola parenting ala Rasulullah memuat hikmah yang luar biasa jika kita mau mendalaminya.Ada sebuah buku yang berjudul serupa (keluaran penerbit berbeda”Mendidik Anak Cara Nabi’).Di dalam sirah tersebut ,tampak bahwa Rasulullah meletakkan penanganan yang berbeda pada anak di tiap tahap pertumbuhan dan perkembangan.Bagaimana perlakuan pada anak 0-2 tahun,apa saja trik yang bisa dilakukan  di usia perkembangannya.bagaimana rasulullah mengajarkan perlunya penegasan pada gender,lelaki bertindak sebagai lelaki sejati dan perempuan tumbuh sebagai perempuan sejati.Memisahkan tidur anak sejak usia 7 tahun,mengapa dilarang tidur tengkurap.Begitupun usia remaja,bagaimana Rasulullah bertindak sebagai sahabat tatkala mengajarkan Ali Bin Abi Thalib tentang ghadul bashor/menundukkan pandangan pada wanita,kenapa remaja yang hampir dewasa harus banyak terlibat aktivitas fisik untuk menyalurkan energy dan mengalihkan fikirannya dari hal-hal negative.

Siapa yang paling berperan menngajarkan dan membiasakan ini pada anak?
Ibunya

Dan….??

 Ayahnya!

Nah,ayah adalah sosok yang tak bisa diacuhkan di sini.Karena ternyata,anak belajar kehidupan lebih ditentukan pendampingan sosok ayah.
Selain pentingnya posisi seorang ibu, Al-Qur’an juga banyak menceritakan sosok-sosok ayah dalam hikmahnya.Dalam Al-Baqarah 132-133 Allah ceritakan sosok  Ibrahim  yang selalu berwasiat tentang Allah bagi Ismail sehingga anaknya itu tumbuh dengan karakter kuat .Dan saat diuji dengan penyembelihan,Ismail begitu yakinnya akan ketentuan Allah.Kemudian ayat itu dilanjutkan shirah tentang Nabi Ya’qub dalam menangani kesebelas anaknya.Kisah Nuh juga mengandung makna dan dalam.
Seorang sosok yang bernama Luqman,Allah kisahkan adalah sebagai seorang ayah yang sangat kuat menanamkan karakter anaknya melalui rangkaian nasihat:
1.       Jangan menyekutukan Allah
2.        Selalu bersyukur,karena barangsiapa yang bersyukur maka dia bersyukur untuk dirinya
3.       Selalu berbuat amar ma’ruf nahiy mungkar
4.       Selalu ihsan/berbuat baik,karena Allah Maha Luas dan Maha Teliti
5.       Jangan sombong,jangan angkuh dan jangan suka membanggakan diri
6.       Bersabar

Untaian nasihat luqman ini sangat padat makna.Tidak hanya menyampaikan tetapi juga dilanjutkan dengan akibat yang kita dapat jika melaksanakannya atau tidak.Begitu agung kalimat Allah bukan?(sesekali cobalah baca dan renungi Surah Luqman di bagian ayat 12-19.Pengalaman saya,kalau lagi ngaji selalu merinding dan haru… karena di sana juga diceritakan tentang ibu.secara saya punya ibu dan juga seorang ibu)
Alangkah beruntungnya seorang anak masa kini yang memiliki ayah yang dekat dengannya.Yang menjadi mentornya,yang menjadi sahabatnya,yang dipandangnya sebagai sosok penting dalam setiap lembaran kisah hidupnya.
Menurut Pak Irwan Rinaldi tadi ya, Indonesia sudah menunjukkan gejala ‘Fatherless Country’/Negara tanpa ayah…ih ngeri ya bahasanya..ha kita bahasakan aja Negara Kekurangan Ayah .Bukannya tidak ada ayah.Ada secara fisik tapi kurang tampak secara psikis.Ayah masih di posisi sebagai ‘pencari uang untuk kebahagiaan keluarga’.Banyak peran ayah di keluarga yang  masih memiliki sedikit quality time/waktu yang berkualitas bersama anak .Masih ada gap kekakuan bahwa ayah harus tetap menjaga wibawanya yang ditakuti,yang disegani sehingga untuk berkomunikasi semua kepada sosok ibu.
Di sebuah negeri nun jauh di sana,malah terdapat fenomena ‘Father Hunger’ atau Lapar Ayah.Anak-anak yang haus akan kasih-sayang ayahnya.Semoga tidak sampai terjadi di Indonesia ya. Amin.. Ya rabb..
Belum terlambat bagi kita untuk memperbaharui visi-misi berumah tangga dengan pasangan terutama dalam hal pengasuhan anak.Bagaimana membawa sosok ayah juga terlibat menyapa jiwa anak-anak kita. Tidak ada kata terlambat untuk itu.
Namun jika sudah terlanjur bagaimana?anak-anak sudah remaja,dewasa,salah penanganan?
^Kita harus berprasangka baik dulu kepada Allah
^^Lalu,kita perbaiki keadaan dengan membayar ‘utang’/kesalahan yang sudah terlanjur kita perbaiki perlahan dan jangan biarkan generasi kita ke bawahnya,cucu,cicit mengalami hal serupa
Demikian sedikit catatan saya tadi yang coba saya jabarkan .Mungkin ada poin yang terlewat mohon masukan.
Jika ada salah..maafin ya..maafin ya

Menjelang pergantian hari,di Jum’at  11 Desember 2015  23:43
*Ditemani Maher Zain

Kenapa denganmu D ?



Kenapa denganmu D ??

Sebuah kabar menyedihkan kuterima pagi itu
Saat proses pembelajaran  PAUD ALBANA hari itu selesai,sambil menunggu anak-anak dijemput orangtuanya.Salah seorang wali murid yang hendak menjemput anaknya bercerita,saat di perjalanan menuju ke sini dia berpapasan dengan ‘D’,seorang anak klas 1 SD yang pernah belajar di Paud Albana 2 tahun yang lalu.Dilihatnya,’D’  sedang menangis terisak sambil terduduk di tepi jalan.Masih dengan seragam sekolahnya. Wali murid tadi mengenal ‘D’ karena dia berteman dengan ibu D.Sesudah ditanya dengan cara baik-baik,D bercerita bahwa ia takut pulang ke rumah.Sebabnya adalah,tadi hasil ulangannya mendapat nilai 4.Dia takut pulang,karena ibunya mengancam akan memukulnya jika nilainya rendah. Wali murid tadi berusaha membujuk D untuk diantar pulang dan dibantu menjelaskan ke ibunya tentang nilainya.Tapi D tetap tidak mau dan bertahan di tepi jalan.

Sesak rasanya dada mendengarkan cerita tadi.Sesak dan juga geram pada perilaku orangtua seperti itu.Dengan ambisinya agar anak pintar tetapi dengan cara pemaksaan.Masih banyak orangtua-orangtua seperti ini di sekitar kita.Menerapkan punishment tidak pada tempat dan masanya.
Ambisi  orangtua D memang tampak saat D belajar di Paud Albana. Ketika akhir tahun pembelajaran,dia meminta agar anaknya diluluskan dan diberi ijazah karena menurutnya D akan dimasukkan ke SD.Karena usianya belum genap 6 tahun (sesuai persyaratan dari pemerintah untuk syarat masuk SD).Dan menurut pemantauan kami pada perkembangan kematangan D selama di paud,terlalu dini memasukkan D ke SD karena beberapa kemampuannya belum tercapai.Akhirnya D dipindahkan orangtuanya ke TK lain karena sesudah di bawa mendaftar ke SD,pihak SD pun belum mau menerima.
Kini D sudah SD. Dan dia mengalami perlakuan ini.
Semua orangtua ingin anaknya pintar,cerdas.Orangtua manapun pasti menginginkan hal serupa.Tapi mungkin,cara yang kita lakukan terlalu menyamakan standar.Kita ingin anak kita seperti anak si Anu,anak si Inu,anak si Una padahal tiap anak berbeda kemampuannya.Dan kemampuan itu bisa ditingkatkan jika diiringi dengan  stimulus yang tepat dan suasana belajar yang menyenangkan.
Bagaimana belajar anak akan menyenangkan jika dia diancam hanya karena nilai-nilai yang jadi standar kebanyakan orangtua??Bukankah dia akan trauma dan menganggap proses belajar menjadi sesuatu yang menakutkan??Apakah nilai kepintaran hanya ditunjukkan pada selembar kertas hasil ujian??
Ketika hendak pulang menuju rumah,dari spion angkutan yang melaju kencang aku menangkap sosok itu,D yang berjalan pelan sambil tertunduk.Mungkin di dadanya penuh dengan ketakutan menunggu ancaman apa yang akan diterima di rumah.Aku hanya mampu mengikuti bayangannya menjauh dari pandangan,dengan tekad suatu waktu akan mendatangi orangtuanya secepatnya,seblum timbul masalah yang lebih besar.

Rabu, 07 Oktober 2015

Stand by di Dinas Pendidikan untuk pengisian DaPoDikPAUDNI
Zaman sekarang,zaman data
Semua harus teregistrasi
Harus mengikuti perkembangan
Good Luck

Sabtu, 15 Agustus 2015

Perpusda Sumatera Barat,pagi menjelang siang di 16 Agutus 2015
Ini kali kedua aku hadir di sini menemani Wafa,anakku.Minggu kemarin,perdana dia mengikuti k3las menulis kreatif bagi anak yng didakan perpustakaan daerah ini.Setelah tib dari Priaman pukul 10...denga perjalanan yang santai,kami tiba di sini  tepat pukul 10.45.Bisalah..bersantai sejenak sambil menunggu anggota ynag lain datang,kita melihat lihat koleksi buku di sini.
Wafa telah masuk ke ruangan bersama 10 teman sebayanya untuk mulai kelas bersama bunda Maya lestari Gf.
Mengikuti pelatihan ini....merupakan suatu wujud kerinduan,kecintaan dan keinginan.Begitu mendapat info mengenai acara ini,yang begitu bersemangat adalah aku.Dan ternyata begitu ditawarkan kepda Wafa,dia lebih bersemangat.Didukung abi dengan menjemput formulir pendaftaran ke kantor ini..Wafa pun berniat ikut serta.Tetapi karena saat itu libur Idul Fitri dan kami mudik ke Medan,formulir terlambat diantar kembali..kekecewaan Wafa tak bisa disembunyikan.Untungada seorang teman yang bekerja di sini menginformasikan jika pendaftaran masih bisa dan melalui teman tadi aku daftarkan Wafa sehingga dia tetap bisa ikut.Betapa senangnya dia.
Latar belakang aku menawarkan ke Wafa karena aku melihat ini a dalah wadah baginya untuk mengasah kemampuan.Seringkali saat bersih-beraih file di komputer,aku menemukan beberpa tulisan yang dia ktik.berupa cerpen maupun tulisan bebas.ku melihat sebuah bakat di dirnya.mungkin karena dia banyak membaca,otomatis muncul dorongan unuk mengungkapkan apa yang dia baca dan dia fikirkan.
Keikutsertaan di sini juga merupakan salah satu wujud kerinduanku.pda masa kuliah,perpusda/dulunya dikenal dengan puswil adalah tempat pelarianku pda masa liburan.tempatku mengisi kekosongan eaktu,dan tempat emnjemput buku pinjaman di bawa ke rumah.Pasca gempa yang merobohkan bangunan dan koleksi buku-bukunya,kini telah dibangun dari awal lagi dan dengan suasana  baru.
Namun koleksi buku,dimanapun tetap sama.Jelasnya..di aini aku bernostalgia dengan buku dan menikmati kesunyian yang hanyaada di  sebuah perpustakaan
Baiklah...aku lanjutkan membaca sambil menunggu Wafa keluar dengan fikiran penuh ilmu dan jiwa nya yang penuh inspirasi!

Rabu, 05 Agustus 2015

Haaaiiii...
Assalamu"alaikumm Wr.Wb..
sekedar singgah sebentar umtuk menyapa semua sahabat
Wassalam

Yang abadi dalam do'aku

 Kepada lelaki yang telah berada di sisiku 21 tahun, aku bercerita tentang seorang lelaki yang selalu di hatiku selama 46 tahun ini. Dia aya...