Minggu, 10 Agustus 2025

Yang abadi dalam do'aku

 Kepada lelaki yang telah berada di sisiku 21 tahun, aku bercerita tentang seorang lelaki yang selalu di hatiku selama 46 tahun ini.

Dia ayahku, yang namanya, kisah dengannya selalu terucap dan terkenang. Tepat hari ini, 11 Agustus sudah 6 tahun ayah berpulang ke sisi Allah. Kepergian yang mendadak namun bagiku indah. Bagaimana tidak, ayah pergi selamanya sesaat setelah berbuka puasa Arafah di 9 Dzulhijjah. Sesudah berbuka puasa sekedarnya, langsung  sholat maghrib ke mesjid. Di saat maghrib,adik yang menyusul ke mesjid mengaami kecelakaan, ayah syok. Malam dia masih emngurus adik di rumah sakit. Subuh Ayah  pergi selamanya.Dia berpulang entahlah itu karena penyakit penyebabanya namun kepergiannya dengan cara cepat membuatku pingin nantinya meninggal seperti beliau. Bagiku, kepergiannya indah dan insyaAllah husnul khatimah,walau bagi yang ditinggalkan sangat mengagetkan.

Meninggal di waktu subuh dan dimakamkan sesudah ashar. Hanya hitungan hari, ia tiada di dunia secepat itu. Hanya aku menangis karena  hadir saat ia sudah di dalam lahat, ku meraung di atas tanah kuburan yang masih basah. terlihat menyedihkan..yaa..sangat menyedihkan. Walau tak bertemu jasadnya terakhir kali namun aku tak marah, ayah adalah orang yang pasti mengedepankan aturan agama. Pasti ia pun setuju untuk dimakamkan tanpa menunggu anaknya ini menunggu pesawat yang hanya terbang sekali sehari dari Padang.  

Sampai kini segala proses kepergiannya sudah tertata ikhlas  karena esensi keberadaanya abadi dalam hati.

Jika berbicara tentang ayah, satu kata dariku bahwa dia adalah guru. Guru yang terkadang tega dan tegas namun pemilik hati lembut.Dalam ingatanku, tak pernah sekalipun ayah memukulku atau melakukan kekerasan,mencubit,memukul. Atau pernah masa kecilku dalam rangka mendidikku?, namun  jujur tak pernah lekat dalam memoriku.

Dari cerita yang kudengar bahwa kehadiranku sebagai anak kedua dan perempuan pertama sangat membuatnya bahagia. Mbu Dewi (adik ayah) pernah cerita:

 'Waktu pipit bayi, ayah paling cerewet kalau memandikan anaknya ini harus dipastikan nyaman, mesti air yang hangat'

'Waktu pipit lulus UMPTN ke Padang, ayah bilang sama mbu untuk menanyakan apa Pipit kuat merantau?atau kuliah yang dekat saja?'

Begitulah ayah. Dia di depanku sok kuat. Tapi ketika menikahkanku di Tahun 2004, dia lah yang menangis meraung sesaat sesudah akad. Apakah itu bahasanya  menanyakan: apakah nanti Pipit bahagia?Apakah suami Pipit bisa dipercaya memegang amanah selanjutnya menjaga anak ayah? 

Perhatiannya, pujiannya tak pernah diucapkan secara langsung padaku. Saat aku pulang liburan kuliah semester pertama, dia berujar pada mamak:

'Mungkin cuaca di Padang itu bikin keringat keluar dan kulit bersih '

Tapi aku tau itu caranya mengomentari kulitku yang tampaknya jadi agak cerah sejak tinggal di Padang

'Sambal ini gimana bikinnya, kayaknya enak' komentarnya pada mamakku saat kami makan dimana sambalado ikan teri buatanku sedang dimakannya.

Bagi ayah seperti ada gengsi memuji  langsung, mungkin tau anaknya ini pantang dipuji kali.Ahay..

Tapi kalau memarahi dia tak pernah pakai kiasan.langsung aja ngasih nasihat seperti perlakuannya pada semua anak-anaknya.

Dia juga yang pernah memarahiku karena kebiasaan membantah yang kupunya.Masa ABG ku adalah masa sering membantah kata2 orang kalau aku tak setuju. Apatah itu orang lebih tua. Aku ingat pernah didamaikan dengan seorang nenek-nenek karena kata-kataku membuat orang itu sakit hati.  Ayah sering mengingatkanku akan kebiasaan jelek itu.

Makanya aku heran pada diriku sekarang, kok aku bisa seperti sekarang kata orang sebagai orang yang santun dan memahami orang? itu adalah didikan ayahku, padahal terkadang sifat lama itu masih keluar. Bagi yang pernah tersinggung oleh kata2ku namun aku tak minta maaf , yakinlah itu memang kukatakan agar aku puas. Nah, kalau mendengar ini pasti ayah akan marah.

Pernah ayah menasehati tentang pentingnya jaga kesehatan, spontan aku nyeletuk:'Ayah cuma menasehati tapi ayah kok masih merokok?itu kan mmerusak kesehatan paling parah' dan dia terdiam.

Kebiasaan merokoknya inilah yang sering kukomplain.Walaupun ia berusaha berhenti, seperti perokok umumnya di akhir usia dapat penyakit.

Ayah yang kutau paling malas berurusan dengan rumah sakit . Di badannya ada penyakit namun tak pernahd iseriusi untuk diperiksa. Jika berandai boleh, inginku memaksanya berobat untuk memeriksa lebih lanjut tentang kondisi kesehatannya.

Namun semua sudah berlalu, ayah sudah mendahului ke kampung abadi. Seperti kata mamak, kita harus ikhlas, itu adalah jalannya untuk peprgi duluan,kita semua akan menyusul.

Ayah kadang berfikir dan bertindak tak seperti orang kebanyakan. Dia naik haji, ya pergi saja. Berangkat haji itu tak perlu disiar-siarkan, tradisi pelepasan penayambutan, ditepung tawari, baginya itu formalitas. Esensi naik haji itu menjadikan orang menjadi makin takwa bukan pada pandangan orang lain.Begitu katanya.

Saat rindu, aku sering memutar lagu klasik melayu kesukaannya dan juga kesukaanku karena sering diputar ayah. Ayah yang melanglangbuana merantau memiliki kesukaan akan lagu dan suka berfoto. Dan itu menjadi hobbi ku juga sekarang.

Aku pastinya ingin berkumpul nanti di akhirat dengan mereka yang kucintai, selalu kupanggil namanya dalam do'a-do'aku. 

Dan pada suamiku sering kulontarkan bahwa sifatnya kadang seperti ayah, prinsip gengsiannya persis seperti ayah dan postur tubuhnya pun mirip seperti ayah. Dia lah lelaki yang juga kucintai seperti aku mencintai ayah

Lauhul fatihah Allahyarham Abdul Azis Angkat 


Rabu, 06 Agustus 2025

sebuah refleksi dari tontonan

 "Tidak ada orang yang jenius yang ada adalah orang yang referensinya banyak"

-Raim Laode-


Baru saja memantau akun youtube nya Anies Baswedan yang memuat banyaknya kesibukan beliau. Kunjungan ke kampus, berbicara di hadapan mahasiswa, menghadiri diskusi dan yang lainnya. Yang sellau aku kagumi adalah cerdasnya seseorang yang tampak dari cara berbicaranya. Tak harus gegap gempita dan membaca seperti orator di panggung namun tak apa pelan namun memiliki kemampuan merangkai kata yang bernas. Perkataan yang apik berisi pasti berasal dari pemikiran cerdas. dan tak dipungkiri bahwa Pak Anies Baswedan adalah seorang pembaca buku yang konsisten. 

Akhir dari beberapa tontonan, aku pastinya berefleksi akan diri sendiri:kapan terakhir kami membaca buku dan buku apa yang kamu baca?

#refleksi usia 46

Rabu, 23 April 2025

Dia, Anak Pertamaku.

          Amirah Shiddiqul Wafa,  20 tahun yang lalu nama itu kuberikan pada putri pertama kami  yang lahir di tanggal 23 April. Kami memanggilnya Wafa. Brru penggelaren, dalam bahasa Pakpak, kunyah dalan bahasa Arab,  ia adalah sematan nama orangtuanya. Dengan kelahirannya aku otomatis dipanggil sebagai Mak Wafa, Ummu Wafa, Umminya Wafa, Mama Wafa.

Pemimpin yang benar  dan menepati janji, begitulah kurang lebih arti dari namanya. Nama yang penuh makna dan harapan. Namun dibalik itu aku yakin dengan nama itu  ia kelak jadi perempuan hebat. Karena ia sudah tangguh sejak dalam kandungan. Mengapa aku berkata demikian? karena akulah saksi akan perjalanannya hingga ke dunia ini (tepatnya) kebersamaan kami sebagai ibu dan anak. 

Dari kelahiran secara normal, masa bayi yang sehat dan perkembangan anak hingga remaja tak kurang satu apapun. Namun perjalanan selama masa awal Allah SWT mengirimkannya kepada kami sangat indah untuk dikenang.

Sesudah menikah di pertengahan Juli 2004, aku langsung mengikuti suami pindah ke Air Runding, Pasaman Barat untuk tinggal di sana. Suami pada saat itu bekerja sebagai staf afdeling perkebunan sawit PT Bintara Tani Nusantara II. Kami tinggal di wilayah bukaan baru lahan sawit  yang sangat luas dimana hanya ada 4 rumah semi permanen untuk  staf . Rumah tersebut  baru dihuni 2 staf dan selebihnya masih kosong . Sebelumnya suami menempati satu  rumah itu dan tetangganya adalah rekan staf yang masih lajang yang bertugas di afdeling lain. Lokasi rumah tepat di atas puncak bukit kecil. Sejauh mata memandang  adalah hamparan sawit di sekelilingnya. Nun di puncak bukit satunya adalah barak tenaga harian lepas. Tak ada kedai apalagi pasar . Terkadang sesekali mobil pick up penjual sembako lewat jika jalan tidak becek.Tapi seringnya absen karena di lokasi kami hampir tidak ada orang. Setiap harinya area itu kosong dan sesekali karyawan yang merawat sawit lewat dengan kendaraannya. Jika suami sedang dinas,otomatis aku hanya sendirian. Aku tak berani kemana-mana karena lokasi sangat sepi dan juga tak ada orang untuk ditemui.

Untuk menuju lokasi rumah staf lain harus menempuh perbukitan sawit berjarak sekitar 2  km. Apalagi untuk keluar ke desa terdekat sekitar 1 jam perjalanan mesti ditempuh. Bagi yang tahu kondisi daerah land clearing kebun sawit  pasti tahu bahwa jalan kebun masih tanah dimana jika hujan akan menjadi berlumpur dan susah ditempuh. Dengan motor lapangan merek WIN yang biasa dipakai suami berdinas , kami ke luar kebun sekali seminggu untuk berbelanja ke desa dan saat pulang kanan kiri motor akan penuh dengan gantungan barang. Menyusuri jalan bebatuan dan berlumpur.  kami nikmati saja  karena kebun minim fasilitas mobil lapangan. Yang ada hanya traktor atau pick up pengangkut pupuk yang kadang menyeberangkan kami pulang jika jalan tak bisa dilewati. Sebelum menikah,aku tidak tahu situasi yang akan kuhadapi namun sebagai  anak pertanian, hal ini biasa bagi kami. Inilah kondisi yang pertaa kuhadapi sebagai seorang istri, mendampingi suami dalam kondisi apapun. Mertua menganjurkan tinggal di Pariaman saja, tapi menikah kan untuk mencri pendamping bukan untuk berjauhan, itulah pendapat kami pada masa itu.

Keliistrikan mengandalkan genset. Selama siang hari tidak ada aliran listrik. Genset perusahaan hidup jam 6 sore dan dimatikan otomatis jam 12 malam. Jadi kami sedia lampu minyak untuk mengusir kegelapan sehingga  tak mungkin memiliki mesin cuci,kulkas dan perangkat elektrik lainnya. Pada masa itupun handphone masih minim dan tidak ada sinyal di tengah hutan. terbayang lah suasana yang kuhadapi. 

Alhamdulillah , sesudah sebulan pernikahan, Sang Maha Pencipta memberi karunia kepadaku berupa rezeki kehamilan anak pertama. Dengan kondisi hamil muda, aku tetap pergi dengan suami keluar kebun sekali seminggu untuk berbelanja atau mencari bidan untuk memeriksakan kandungan. Di tengah goncangan bebatuan jalan kebun, si janin dalam kandungan itu tak berulah. Jangankan flek, rasa sakit atau kram pun tak pernah kurasakan. Hiburan kami adalah buku bacaan yang kami punya. terkadang jika belanja ke kota, aku membeli buku teka teki silang atau koran untuk hiburan selama di rumah. Janin di perutku adalah teman selama sendirian jika suami bekerja. Aku juga mesti menempuh jarak ratusan kilometer untuk mengikuti kajian mingguan (liqo')yang telah kuikuti sejak masih di kampus. 

Namun, 2 bulan usia kandungan terjadi kerusuhan di kebun tempat kami tinggal. masalah lama antara masyarakat desa sebelah dengan perusahaan perihal saling klaim lahan baru. Lahan itu adalah lahan berbatasan dengan desa tempat kami berada yang menjadi tanggung jawab tugas suami. Sebenanrya kahir-akhir itu isu kerusuhan sudah terdengar di antara para karyawan namun tidak terduga mereka tak hanya melakukan demonstrasi tapi juga anarkis. Dimana puncaknya, pada suatu sore, ratusan masyarakat yang anarkis datang dari desa dan langsung menuju lahan dimana rumah kami berada. Karena afdeling tempat kami tinggal yang berbatasan langsung dengan  desa mereka. Mereka berteriak marah dengan tangan berisi botol berisi minyak tanah dan sumbu kain, menggedor pintu, dan mengusir kami keluar. Suasana sangat kacau dan anarkis  dipenuhi orang yang penuh amarah. Mereka mempersekusi rumah perusahaan itu. Setelah aku dan suami diusir keluar, mereka mengeluarkan paksa semua barang kami yang tak seberapa itu(hanya ada 2 kursi plastik, kasur dan dipan, 1 lemari kayu, buku dan peralatan dapur seadanya.) lalu mereka membakar rumah itu di depan mata kami. Beserta motor dinas suami yang biasa kami pakai.  Seingatkau, saat kejadian sore itu,hanya ada aku dan suami. tetangga sebelah sudah kabur menyelamatkan diri. Terakhir baru aku tahu ,saat isu akan terjadi demonstrasi hari itu suami langsung pulang mengingatku sendirian di rumah. Sedangkan karyawan lain menyelamatkan diri. Siapa sangka, pendemo datang dari arah hutan dan kamilah sasaran pertamanya. 

Saat api berkobar besar di depan mata, kami  hanya terduduk di tanah menatap nanar melihat rumah itu menjadi puing-puing dilalap kobaran api.. Tak dipungkiri pasti ada rasa sedih, namun mengingat akan kehamilanku aku harus kuat. Tapi alhamdulillah karena pendemo tidak menyentuh kami. Mereka hanya marah kepada perusahaan dan ingin menghabisi harta milik perusahaan. Sesudah rumah kami habis terbakar, mereka lanjut menuju barak pekerja serta gudang pupuk lalu membakarnya juga.Namun kantor dan perumahan karyawan yang berada di dekatnya tidak sampai menjadi sasaran mereka. 

Hari beranjak malam, kami berdua shalat di antara tumpukan barang dan belum makan apapun. Beberapa orang sudah ada yang datang melihat namun tak bisa banyak membantu.Suami berusaha mencari bantuan tapi situasi  pusat lebih kacau lagi karena gudang telah dibakar. Suasana kisruh, Bos dan para staf menyelamatkan diri. Di tengah situasi kacau akhiranya kami diselamatkan kenalan yang tinggal di lahan sebelah dengan traktornya dan kami di inapkan di pondok gelap tak berlampu di tengah hutan. Sesudah pagi menjelang barulah kami diungsikan ke tempat lain dengan tempat tinggal seadanya. Situasi kacau di dalam perkebunan membuat suami belum mendapat kepastian akan tugasnya. Perkebunan dijaga pihak kemanan dari kepolisian .Kamipun dikontrakkan rumah di Desa Ujung Gading sembari situasi perusahaan kondusif. Suami pulang pergi dengan mobil perusahaan setiap hari,sedangkan aku tinggal di kontrakan. Sesudah sebulan di Ujung Gading kamipun dipindahkan lagi ke dalam perkebunan. Kami tinggal di lingkungan rumah staf dimana 1 rumah terdiri dari 2 keluarga. Di tengah situasi itu, kehamilanku selalu sehat tak ada keluhan. Setiap bulan kami kontrol ke Ujung Gading dengan tetap melewati jalan kebun yang  penuh bebatuan. Jika sore terkadang aku habiskan dengan berjalan kaki di antara perbukitan sawit.

Namun situasi yang belum kondusif, setelah berdiskusi dan mempertimbangkan saran keluarga  maka pada Januari 2005 suami yang sejak lama tak betah dengan manajemen perusahaan dan caranya memperlakukan karyawan , memilih resign dari perusahaan itu. Kamipun pulang ke Pariaman dengan tidak membawa apa-apa. Barang bekas kerusuhan tak ada yang bisa diselamatkan. Uang pesangon tak ada, juga uang tabungan. Padahal kehamilan sudah memasuki bulan ke 7. Dengan mengandalkan kebaikan mertua, kami pun tinggal bersama mereka.

 

Pada pertengahan April 2005 terjadi gempa di Pariaman yang membuat warga termasuk kami mengungsi. Mengingat duka gempa di Aceh tahun 2004 membuat kami trauma. Kami mengungsi di lapangan dan bermai-ramai tinggal di bawah tenda.  Pada masa itu aku tinggal menunggu hari perkiraan kelahiran kandungan ini. Ibu mertua heboh mencari bidan terdekat jikalau nanti cucu pertamanya ini lahir di pengungsian. Namun yang ditakutkan tak terjadi. Sesudah 10 hari sejak kejadian mengungsi , Alhamdulillah Wafa lahir di tengah suasana damai pada 23 April 2005 di klinik Ibu Bidan Firdawati di Rawang Pariaman.

Alhamdulillah 'ala kulli haal..dibalik setiap kesulitan akan ada kemudahan. Kenangan semasa tinggal di Pasaman Barat masih sering kami ulang kepada anak-anak. Bahwa Abi uminya pernah tinggal di hutan dan terisolasi. Tak lupa untuk selalu menanamkan rasa banyak bersyukur, karena kami pernah merasakan tinggal di daerah sulit demi mencari rezeki penghidupan ini. Bahwa mudah bagi Allah SWT membolak balik kehidupan sesorang hamba sehingga kita harus selalu sadar diri dan tak boleh terlena jika diberi kesenangan dunia.

Kepada Wafa kami juga bilang bahwa ia  hampir saja dinamai 'Sawita' atau 'Sawitri' untuk mengenang indahnya momen di kebun sawit . Iya, kenapa gak jadi ya??

Selamat Hari Lahir buat Putri Shalehah kami, Amirah Shiddiqul Wafa

 

Senin, 17 Februari 2025

Thoriq, Si Hitam Manis

18 Februari adalah hari kelahiran Arik, begitu kami memanggilnya. Supaya terdengar keren aja. Nama panjangnya Abdullah Thoriq.  Mengenai anak ke empat kami ini, banyak hal yang mesti diceritakan. Berbicara tentangnya berarti aku bercerita tentang sosknya yang beda dari abang dan kakaknya. Setidaknya begitu komentar dari orang-orang. Yang pertama adalah fisiknya. Kulitnya lebih gelap dari 3 kakaknya. Yang kedua adalah fisiknya yang lincah, tidak bisa diam sejak dini.Juga mudah bergaul dan mudah dikenali karena biasanya akan menyapa lebih dahulu.

Aku akan bercerita tentang kelahirannya. Pada awal  baru menikah aku pernah berencana dengan suami untuk memiliki anak 5 orang saja.Kenapa begitu?menurutku kehamilan perlu direncanakan dan juga atas izin Allah SWT. Usiaku saat menikah  adalah 25 tahun.Aku siap untuk melahirkan setiap 2 tahun. Sesuai ilmu yang aku baca,setidaknya kondisi kesehatan maksimal untuk hamil dan melahirkan sebaiknya dibawah usia 35 tahun. Jika aku diberi kelancaran,aku akan punya anak cukup 5 saja.

Akupun menjalani proses hamil setiap 2 tahun ,hingga anak ketiga lahir saat usiaku 31 tahun. Saat usiaku 32 tahun aku hamil anak ke empat namun qadarullah,kandungan tidak berusia lama. Nah usia 34 aku hamil lagi yaitu si Abdullah Thoriq ini.Karena usiaku sudah 35 tahun saat melahirkannya akupun memutuskan Arik inilah anak bungsu. Namun Allah memang mengizinkan anakku 5 orang, Saat usiaku 38 tahun, aku hamil lagi dan amelahirkan Azzam.Maka, Arik pun batal jadi anak bungsu hehe..dia punya adek lagi saat usianya 4 tahun.

Itulah Arik,si bungsu tak jadi.



Kamis, 09 Januari 2025

Tahun Baru, tulisan pertama di 2025

 Hi!

Apa kabarmu di tahun yang telah berganti ini?

Aku mau berbagi cerita di Januari. Tanggal 9 kemarin adalah hari ulang tahun anak keduaku, Abdurrahman Al Jundi. Setiap mengenang hari lahir pasti juga mengingatkan kembali sebuah proses kelahiran. Antara Ibu dan anak. Anak akan mengingat tanggal dimana awal mula ia menghirup nafas dunia. Ibu akan mengingat kenangan ia bertemu dengan bayi yang sembilan bulan sebelumnya masih dalam bayangan, dekat dengan sentuhan dan membuncahkan  kebahagiaan dengan gerakan aktif di perutnya.

Awal menikah, aku pernah berangan memiliki anak lelaki yang ganteng, besarnya menjadi pelindung dan tampil gagah dengan kebijaksanaan. Allah kabulkan di kelahiran anak kedua ini. Setelah 18 tahun umurnya kemarin, aku menemukan keingananku menjadi nyata. Anakku telah tumbuh besar menjadi pria yang ganteng, gagah, hormat pada orangtua, sayang pada kakak dan adik-adiknya juga pintar. 

Melihatnya tumbuh dengan baik seperti mengingatkanku dengan keharusan banyak bersyukur diberikan anak-anak yang soleh,semoga ke depannya mereka semua menjadi manusia yang  berguna.Aaminn

9 Januari 2007 merupakan hari yang di luar prediksi. Hari perkiraan melahirkan Jundi sesuai perkiraan bidan dan USG adalah akhir Desember 2006. Karena anak pertama diberikan kelancaran lahir normal ,aku juga patuh pada kehamilan kedua ini. 

Namun mendekati jadwal, tidak kurasakan tanda-tanda melahirkan seperti kakaknya dulu di tahun 2005. Setiap pagi aku jalan, melatih posisi bersujud sesering mungkin demi merangsang ia lahir. Akhirnya oleh bidan Firdawati diberikan tenggat 2 minggu dari HPL, jika tidak merasakan kontraksi terpaksa diinduksi .

Akhirnya Desember 2006 berlalu. Tanggal 8 Januri 2007 kami ikuti saran untuk dirujuk ke dokter untuk mendapatkan induksi. Karena di Kota Pariaman pada saat itu belum ada dokter kandungan perempuan, padahal aku inginnya ditangani dokter  perempuan, akhirnya Bidan Firdawati merujuk ke Rumah Sakit Bersalin Siti Hawa di Padang dengan dokter Ermawaty, SPOG.

Pagi jam 10 kami telah tiba di RSB Siti Hawa dan oleh dokter di USG. Perkiraan anak dalam kandungan seberat 3,7 kg. Masih batas normal besarnya. Akhirnya aku masuk ruangan dan disuruh puasa serta  diinfus induksi. Dengan perkiraan induksi hanya boleh dalam batas waktu 12 jam. Jika belum ada tanda melahirkan normal maka harus di operasi.Kami siap dengan resiko itu. Setelah 8 jam menahan sakit kontraksi yang semakin maju semakin sakit, pada jam 6 sore air ketubanku pecah. Saat diperiksa masih bukaan 6. Karena bukaan semakin maju dan air ketuban pecah maka perkiraan dokter bisa melahirkan normal. Maka akupun diberi makan agar bertenaga saat melahirkan normal nanti. Setelah  puasa dari pagi tentu ini adalah makan ternikmat yang kurasakan hehe..namun hingga jam 10 malam masih tetap bukaan 6, maka dengan terpaksa aku menjalani operasi sesar (Sectio Cesare)

Mau bagaimana lagi, ini adalah resikonya. Daripada berbahaya bagi janin yang sudah stress di dalam karena tekanan kontraksi buatan maka dia terpaksa dikeluarkan.

Alhamdulillah menjelang jam 11 malam Jundi lahir dengan berat 4,1 Kg dengan leher terlilit tali pusar.

Sepertinya ini penyebab dia susah keluar karena terjerat tali pusar sendiri. Karena dibius sebagian, aku bisa melihat Jundi diangkat dari perutku . Kelihatan bayi putih agak pucat  dengan tali pusanya mengelilinginya. 

Alhamdulillah ala kulli hal.

Allah anugerahkan kami anak lelaki sehat dan juga berat.

Alhamdulillah

Sabtu, 07 Desember 2024

Progress Azzam

Sekolah Azzam menyediakan program asesmen dari psikolog secara berkala. Karena sekolah itu adalah sekolah Anak Berkebutuhan Khusus, psikolog merupakan mitra yang tak dapat dipisahkan . Jadwal Azzam bertemu psikolog di bulan Oktober 2024. 

Aku mengantar Azzam hanya sampai di pintu ruangan. Dia sendiri di tes di dalam sana untuk melihat sejauh mana perkembangannya. 

Bertemu psikolog bukan pertama bagi Azzam. Saat usianya menjelang 3 tahun, dimana   kami pertama membawanya konsul di klinik My Lovely Child Padang. Pada saat itu kami bertanya apakah ada dugaan autisme pada Azzam? psikolognya bilang bisa jadi namun persentasenya kecil. Namun perlu deteksi lebih lanjut, sembari itu kami disarankan mengikutkan  Azzam terapi.

Selang waktu Azzam berganti tempat terapi, kami selalu didahului bertemu psikolog.

Psikolog kedua mendeteksi Azzam ADHD atau hiperaktif. Mungkin juga karena usianya masih dibawah 5 tahun masih sangat aktif /bahasa medannya 'Lasak'

nah, saat bertemu psikolog ketiga di Januari Tahun 2024 malah psikolog yang berbeda mengatakan Azzam tidak hiperaktif,tapi dugaannya hanya gangguan fokus.Memang Azzam telah berusia 6 tahun dan kami pun merasakan dia semakin tenang ,apakah pengaruh terapi atau memang usianya yang semakin bertambah sehingga aspek perkembangannya perlahan stabil.

Di SLB 1 ini, sesudah Azzam di tes oleh psikolog aku sebagai orangtuanya dipanggil untuk konsultasi. yang kutanyakan masih sama, apakah Azzam masih ada indikasi autisme (walaupun persentasenya kecil) atau apakah memang ADHD? psikolog tidak memastikan keduany. Malah ada info baru, psikolog menceritakan tentang gejala PDD NOH, aku yang baru pertama kali mendengar memperdalam info melalui google. Pengamatan psikolog melihat gejala ini ada pada Azzam. Hasil asesmen ini akan berguna bagi pihak sekolah khususnya guru dalam merancang pembelajaran untuk anak. 

Apa itu PDD NOH? dibawah ini hasil kutipanku dari google:

  Pervasive Developmental Disorder atau PDD adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan adanya kerusakan yang meluas atau cukup parah di beberapa area dari pengembangan: keterampilan interaksi sosial dua arah, kepiawaian dalam berkomunikasi, atau munculnya perilaku, aktivitas, dan ketertarikan tertentu yang tergolong stereotip. Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise Specified atau PDD-NOS merupakan salah satu subtipe gangguan autisme yang umumnya menyebabkan kesulitan dalam belajar berbahasa dan berkomunikasi dengan sesama

Apapun itu, psikolog yang memiliki ilmu terkait perkembangan anak, kita sebagai orangtua mengikuti sarannya agar kelak tidak menyesal. Untuk hasil asesmen kali ini aku bertanya apakah Azzam sudah memungkinkan pindah ke sekolah umum bersama anak non ABK? saran psikolog jangan dulu, atau kalau mau pindah harus tetap memakai guru pendamping (Shadow Teacher)

Kamis, 05 September 2024

Kenapa SLB?

 Bulan Mei Tahun 2024 ini, tepat 7 tahun usia Azzam. Dan kami rasa telah pas masanya dia memasuki jenjang sekolah dasar (SD). Setelah mempertimbangkan berbagai alasan, akhirnya Azzam kami daftarkan  di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Sumatera Barat. Ketika aku membuat postingan hari pertama sekolah anak, ikutan euforia emak-emak umumnya hee..banyak yang bertanya (khususnya di Facebook), kenapa Azzam sekolahnya di SLB?

Nah, panjang ceritanya....

Tahun 2019, saat azzam telah berusia 2 tahun kami mengamati bahwa perkembangannya berbeda dari terdahulunya (a.k.a.abang kakaknya). Azzam masih belum bisa berbicara (Speech Delay). Dikatakan pengalaman baru ya tidak juga. Karena abang no.3 nya,Ahmad Zaki juga mengalami keterlambatan berbicara hingga lancar berbicara di usia 8 tahun. Apakah kami membiarkan Zaki tanpa terapi? kami pernah bawa ke klinik terapi tetapi pertimbangan dari dokternya hanya terapi di rumah saja (beberapa caranya ditunjukkan pada kami) tapi perkembangan Zaki  lainnya tampak normal. Kalau Azzam cenderung sangat aktif (hiperaktif) dan itu yang membuat kami membawanya untuk mendapatkan diagnosa ahli perkembangan anak.

Kami membawa Azzam untuk konsultasi di klinik My Lovely Child di Jalan Perintis Kemerdekaan, Jati, Padang. Kami memilih MLC karena Zaki dulu kami bawa konsul ke sana. Saat kami menemui dokter anak yang kami tanyakan pertama adalah apakah ada gejala autis pada Azzam? kata dokter: tidak. Azzam ada kontak mata . Namun cenderung cuek ketika di tes dengan suara-suara. Lalu untuk pendalaman fungsi pendengaran kami dirujuk pemeriksaan lanjutan. Kami pun memeriksakan pendengaran Azzam ke klinik Auris di Purus Padang. Di Auris, Azzam di bius/ditidurkan sehingga segala kabel yang menempe di kepalanya dapat mendeteksi normal tidaknya suaranya sampai sekecil-kecil suara yang ia dengar. Hasil dari Auris kami bawa ke MLC lagi dan kata dokter pendengaran Azzam normal.  Kesimpulan awal dari dokter bahwa Azzam di diagnosa ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) atau gangguan Hiperaktif dan minim pemusatan perhatian. Bahasa sederhananya gangguan fokus, sejenis itulah..

Azzam disarankan terapi lalu kami ikuti, jadwal terapi sudah didapat di klinik MLC yaitu setiap hari Kamis sore. Kami pun pulang pergi ke  Padang yang berjarak sekitar 60 km dari Kota Pariaman untuk mengikuti terapi yang berdurasi 60 menit/pertemuan. Untuk gambaran biaya terapi di klinik MLC  yaitu Rp.140.000/ pertemuan (Tahun 2020). Namun, awal 2020, Wabah Covid menyerang sehingga kami memulai terapi Azzam di akhir awal tahun 2021 saat keadaan klinik sudah berjalan normal walau pada masa  terbatas (PTMT)

Terapi Azzam yang pertama adalah Sensori Integrasi yang melatih semua indera sensorinya agar lebih peka. Terapi ini kami ikuti 2 bulan karena bertepatan bulan selanjutnya bulan puasa, aku memilih fokus dulu di rumah karena jadwal terapi sore membuat kami buka puasa di jalan dan kami mesti meninggalkan kedua  abang Azzam di Pariaman . Setiap terapi adalah upaya kita 'menjemput kembali'  ketertinggalan dalam fase perkembangan anak  sehingga hasilnya belum terlihat dalam masa 1 atau 2 bulan. Tugas kita hanya berusaha menjalani sesuai perkembangan ilmu pengetahuan terkait itu. Pertengahan tahun 2021 kami lanjut terapi Azzam . Sesudah konsultasi juga dengan psikolog di klinik MLC, Azzam mendapat Terapi Perilaku (Behaviour Therapy).Ini juga kami ikuti selama 3 bulan.

Berapa lama kita ikut terapi sebenarnya terserah kita selagi kita menyadari bahwa masa tumbuh kembang anak tidak dapat terulang lagi dan kita tidak ingin mengabaikan waktu. Dalam waktu berjalan, ada  peraturan baru dari klinik MLC bahwa durasi terapi yang semula 60 menit 'dipangkas' menjadi 45 menit saja, di tambah  jadwal padat Abi Azzam sering menjadikan kami izin tidak ikut terapi dan membuat kami berhenti ke Padang.

Tahun 2023, aku mendengar ada klinik psikologi di Lubuk Alung yang notabene dekat dari rumah , melayani terapi ABK juga, ada anak teman yang terapi di sana. Kami pun berkonsultasi dengan Psikolog Muslimah Hanif pemiliknya. Diagnosanya masih sama, Azzam ADHD tapi tidak berat. Kami pun mengikuti terapi di sana dengan jadwal 2 kali seminggu selama 3 bulan. Kami sudahi terapi Azzam di sana karena faktor sekolah. Azzam sudah mulai fokus saat sekolah PAUD  dan pas usianya juga 6 tahun. Rentang fokusnya sudah mulai lama dan mau diajak  masuk kelas (sebelumnya kerjanya hanya berlarian ).Melihat perkembangannya dan sesuai peraturan terkini, aku memutuskan memasukkannya ke SD saat usia 7 tahun saja.  

Dari perkembangan kognitifnya Azzam terlihat normal. Dia sangat menyukai segala permainan dan tontonan yang berbau alfabet. Azzam bisa membaca lancar di usia  5 tahun  dan menghafal beberapa ayat pendek atau lebih setengah juz 30 /Juz Amma (sesudah aku tes sendiri) . Kalau menurutku sih dia cerdas, tapi tetap saja kemampuan sosialisasi dan penguasaan dirinya akan menentukan kemandirian  dan bekal hidupnya kelak). Aku membiarkan saja Azzam belajar yang dia mau tanpa dipaksa karena fokus kami lebih kepada bagaimana dia bisa berbicara seperti anak seusianya.

Awal tahun 2024, Paud Zamzam yang mana temanku sebagai pengelolanya menyampaikan bahwa di Paud Zamzam ada terapis dan aku memutuskan Azzam terapi di sana menjelang dia masuk SD. Sesudah konsultasi dengan psikolog di sana , akhirnya Azzam ikut terapi bersama Pak Tedy, Setiap konsultasi pasca terapi bersaa pak Tedy, fokus Azzam semakin baik. Tapi terapi Azzam bersama pak Tedy tidak lama, tidak sampai 2 bulan karena bertepatan juga dengan bulan puasa.

Nah, itulah riwayat terapi yang diikuti Azzam selama tahap tumbuh kembangnya. Bagaimana hasilnya? Alhamdulillah banyak perubahan. Mungkin juga faktor umur yang semakin bertambah, akal yang  semakin berkembang dan juga terapi yang mengiringinya. Namun walau Azzam sudah mulai agak 'tenang', tidak sembarang nyelonong menyeberang jalan, mulai mau mendengar perintah, dan mulai mengucapkan satu dua patah kata diiringi bahasa isyarat, sudah bisa mengerti larangan jangan teriak-teriak tak jelas, tertawa tak jelas (hatiku pun mulai tenang). Sudah mulai berkomunikasi 2 arah dengan kami.

Tapi untuk memasukkannya ke sekolah dasar biasa aku masih ragu. Aku sering mendengar bagaimana anak-anak yang serupa Azzam membuat guru kewalahan. Walaupun tujuan orang tua agar anak bergaul dengan yang 'normal/non-ABK' aku kok ya cenderung kasihan lihat gurunya hiks..

Di Pariaman belum ada SD yang mengikrarkan lembaganya  sebagai sekolah inklusi dimana anak ABK bisa bersekolah di sana. Dan di SDIT tempat abang kakak Azzam  sekolah, belum menerima ABK karena mencari shadow teacher bukan hal yang mudah pula ternyata.  

SLBN 1 Sumatera Barat ini bukanlah hal asing bagi kami. Karena letaknya hanya sekitar 300 meter dari rumah kami di Kampung Baru. Sekolah ini hampir tiap hari kami lewati dan juga tempat Azzam biasa bermain di sore hari. Bisalah jalan kaki saking dekatnya. 

Jadi, ini pertimbanganku memilih  SLB:

1. SLBN 1 ini membuka layanan semua ketunaan dan semua jenjang dari SD hingga SMA. Disana juga dibuka kelas individual untuk anak yang masih perlu penanganan khusus.

2. Sesudah mendaftar, Azzam di asesmen oleh pihak sekolah dan ditempatkan di kelas individual karena masih sangat aktif. Azzam hanya belajar sendiri dengan 1 guru di kelas. Nanti sesudah perkembangannya lebih baik mungkin Azzam akan masuk kelas klasikal (yang isinya lebih banyak)

3.Durasi belajar Azzam hanya 1 jam setiap hari dan tak boleh ditunggui orangtua. 

4. Kurikulum Sekolah Luar Biasa tentu tidak sepadat sekolah biasa. Ini penting terutama bagi ABK yang kebutuhannya berbeda. Anak Berkebutuhan Khusus tidak bisa dipaksakan mempelajari semua hal dengan keterbatasan mereka.

5.Guru di SLB merupakan tamatan pendidikan luar biasa yang dirasa lebih mudah memahami ABK dan memperlakukan sesuai kebutuhan anak. Guru Azzam kebetulan adalah guru yang baru pindah kesana karena terekrut PPPK dan sebelumnya adalah guru di SLB swasta di Padang. Sehingga setiap kelas usai kami selalu berdiskusi perkembangan Azzam setiap harinya dan membuatku terkenang masa-masa terapi awal Azzam. Sesi diskusi ini penting bagi orangtua, apalagi aku yang guru PAUD. Waktu kuliah aku pernah mempelajari matkul ABK namun realita dan pemahamannya lebih kompleks ketika kita melihat dan mengalami langsung serta berinteraksi dengan pendidik ABK.

Nah, itu pengalamanku mendampingi Azzam Sang Permata Hatiku.  

Yang abadi dalam do'aku

 Kepada lelaki yang telah berada di sisiku 21 tahun, aku bercerita tentang seorang lelaki yang selalu di hatiku selama 46 tahun ini. Dia aya...