Rabu, 06 Desember 2023

Kesempatan kedua di Apresiasi GTK 2023

 Seolah rendezvous, aku menatap Bandara Internasional Minangkabau pagi itu, 20 November 2023. Sementara hiruk pikuk rombongan Apresiasi GTK 2023 Sumatera Barat di sekitarku, sebagian mengobrol dengan ibu Sri Yulianti katua Balai Guru Penggerak (BGP) Sumatera barat yang sengaja hadir demi melepas kami berangkat ke Jakarta. Sebagian rekan tampak berswa foto mengabadikan momen penting ini.

Ingatanku melayang ke November 2021, nyaris di tanggal yang sama. Saat itu aku dengan rasa bahagia membuncah di dada saat ditetapkan sebagai finalis 20 besar Kepala Satuan PAUD Inspiratif dan diundang ke Jakarta. Sebagai insan yang jarang memenangi kompetisi, saat itu tak ada kata yang dapat menggambarkan besarnya hatiku saat berangkat ke Jakarta. dan pagi ini aku juga diantar oleh suami tercinta hingga ke Jakarta. Beda dengan tahun 2021 dimana aku berangkat sendiri sehingga merasa ribet dengan segala prosedur Covid -19 yang pada saat itu masa pmulihan pandemi . Sekarang, kegiatan apresiasi dikeola oleh BGP Provinsi, dan terpilihlah peringkat pertama dari 23 kategori benagkat bersama ke Jakarta membawa nama Sumatera Barat.

Kami tiba siang di Hotel Grand Sahid Jaya di wilayah Suidrman yang merupakan lokasi emas bisnis di ibukota. Sesudah registrasi dan check-in kamar, kami menuju Ballroom untuk kegiata pembukaan. Alhamdulillah sesuai request, aku sekamar dengan Eka Nilawati, Kepala Sekolah TK Anggrek Tanah Datar. Sebenarnya untuk memudahkan komunikasi saja nanti jika kami harus saling mencari untuk berbagi kunci akmar yang cuma satu,hehe

Sore adalah kegiatan pembukaan yang dihadiri sekitar 300-an Kepala Sekolah, pengawas Sekolah dan tenaga kependidikan utusna seluurh provinsi di Indonesia.  Suasama ballroom begitu ramainya dan masih menggambarkan excitednya diriku yang tak dipungkiri masih merasa dada ini penuh ledakan kebahagiaan walaupun esok terbayang akan presentasi di hadapn juri. Sungguh Allah SWT Maha Pemurah mengizinkanku dapat ikut lagi apresiasi tahun ini.

September 2023 adalah awal dimana aku dan rekan-rekan mendapat pengumuman dibukanya apresiasi GTK 2023 ini. Aku yang sudah pernah merasakan lomab hingga ke tingkat pusat termotivasi lagi debgan harapan untuk terpilih kembali. Kami di haruskan membuat sebuah tuisan, video dan mengupload berkas melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM). Memang ada saja inovasi yang diadakan kemdikbud. tahun ini apresiasi dibagi menjai 3 jenis Apresiasi.

Penjuruan di tingkat pusat berlangsung 2 hari yaitu tanggal 21 hingga 22 November. Selagi menunggu  no urut dipanggil tampil, kami mengikuti Bimtek di Ballroom hotel. Kamis, 23 November kami mengikuti City Tour dengan MRT bersama pendamping kami yaitu mbak Aca dari Dirjen KSPSTK. Kami diajak juga ke kantor kemdikbudristek, kantor yang mewadahi segala kegiatan pendidikan semua jenjang. Sebuah pengalaman yang sangat berharga

Suasana kekeluargaan sangat terasa di grup kami, Kepala Satuan PAUD. kami yang berjumlah 19 orang sealu dipenuhi keceriaan sejak hari prtama bertemu. memang benar jika sering berinteraksi dengan anak usia dini, sifat kamipun agak mirip dengan peserta didik kami. maksudnya keceriaanny lho..hehe..

Hingga tiba diumumkan hasil pemenang 5 besar pada jumat malam tanggal 24. kami berkumpul di Ballroom dengan pakaian adat daerah masing-masing. Alhamdulillah,...walaupun namaku tak dipanggil sebagai pemenang 5 besar, hatiku ringan tak merasa sedih. Karena sama seperti tahun 2021 saat dimana seminggu di pertemukan denga orang-orang hebat se Indonesia, pelajaran yang kudapatkan jauuh..lebih berharga dan menjadi bekal pulang. Walaupun di hati besar harapan untuk menang, namun aku sadar semua kehendak Allah.Untuk saat ini Allah belum perkenankan aku untuk masuk k dalamnya.  yang penting Allah memberikan aku penghiburan dan kekuatan di tengah pesimisme yang kadang menghampiri diri.

Jumat, 09 Desember 2022

Rinjani, Dekat di Hati Jauh di Kaki

 Perjalanan ke Rinjani ada adalah idaman di hati sejak tahun 2017

Kala itu suami mendaki kesana dan pamer foto yang semuanya indah serta menakjubkan!

Masya Allah..cantik benar pemandangannya. 

Sejak itu, setiap dia  mengajak naik gunung, aku menjawab: Oke, tapi maunya ke Rinjani!

Akhirnya sering nonton Youtube tentang pendakian Rinjani. Makin kuat deh keinginan. Tapi yah mesti nabung dulu, secara kan gunung cantik itu nun jauh di sana. Mahal diongkos. Juga persiapan lainnya karena mesti meninggalkan anak di rumah.

Perjalanan ke Lombok dikabulkan Allah SWT di Agustus 2022.

Kebetulan nih, aku ulang tahun ke 42 (hampir lansia..hihi..)

Keberangkatan kami dimulai 31 Agustus 2022, berangkat pukul 07.00 ke Lombok  diselingi transit dulu di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng.

Alhamdulillah sesudah dua kali penerbangan, kami sampai pukul 11.00 di Bandara Lombok Praya.

Kami memutuskan berkeliling dulu , berwisata sebelum mendaki gunung. Karena biasanya kalau turun gunung kaki sakit dan kram, wkkwkw..

Sabtu, 3 September 2022 kami bersama Eko, sang guide yang membantu pengurusan persyaratan administrasi (termasuk registrasi online), bagi kamu yang ada niat nanjak ke Rinjani jangan lupa registrasi online dulu yah, nanti di pos kamu mesti daftar ulang lagi. Juga diwajibkan menyertakan bukti kesehatan baik yang bisa kamu dapatkan ke puskesmas terdekat atau kalau pakai agen travel sih nanti difasilitasi.  Ini sebagai  sebagai syarat wajib mendaki lho,  pastikan fisikmu baik.

Sesudah kelar  lalu registrasi ulang di pos kami  langsung dibawa menuju pos awal (istilah di sini kandang sapi).




 

Demi menghemat tenagaku yang sangaaat pemula sekali,hihi..dari 'Kandang Sapi''' kami naik ojek yang setiap orang mesti bayar 175 Ribu Rupiah. Lumayan menghemat perjalanan 3 jam . Ojek mesti Nge-Traill di jalur yang mendaki selama 30 menit. Sepanjang jalan itu kami melewati para pendaki yang berjalan. Wadaww..sudah terlihat kepayahan mereka. Untung aku pakai ojek.hehe.Jalur menuju pos 1 dan 2 melewati setengah bagian hutan .Lumayan masih banyak pohon sehingga terasa teduh.


 

Kami di turunkan ojek di Pos 2. Nahh..perjalanan dengan kaki pun dimulai.


 

Waktu menunjukkan pukul 10 saat kami mulai menapak. Cuaca cerah dan berjalan di tengah savana, atau padang rumput sepanjang jalan. Nafasku mulai ngos-ngosan dan kaki yang jarang pemanasan makin terasa berat. Untung pemandangan indahnya membuat takjub kemana mata memandang sehingga memberi hiburan di hati ini. Air minum yang terhubung dengan selang di punggungku semakin berkurang. Bayangkan....nafas terasa sesak dan tenggorokan kering. 


 

Mendaki gunung memang tak ada enaknya...tentu saja..gak aku aja tentunya. Rekan seperjalanan pun begitu. Bule pun begitu. Tapi bedanya mereka masih muda-muda . tapi hatiku lebih trenyuh melihat para potter yang berpapasan dengan   membawa keranjang penuh barang pendaki di punggungnya. Sembari berjalan dengan Eko kami banyak mendapat info, bahwa selama pandemi Covid-19, para potter malah kehilangan sumber penghasilan. Pendakian dibatasi, wisatawan tidak ada, mereka pun menganggur. Padahal itulah sumber penghasilan mereka selama ini. Jadi walaupun mereka terlihat lelah, tapi dalam tangisku aku tersenyu melihat kegigihan mereka.

Sepanjang perjalanan bukanlah mudah. Fisik yang hampir menyerah, lelah dan letih. Untung semangat masih membara.

Pemirsa mau tau bagaimana aku bisa tetap pantang menyerah? 

Aku selalu berdialog dengan diriku.Sebelum mendaki ini, aku mengalami kondisi psikologis yang pernah membuatku menangis kencang. Asa dan tekadku yang terasa menipis dalam mengelola sekolah PAUD yang kupunya membuatku hampir menyerah . Banyaknya  tantangan yang menguji keikhlasan dalam beramal. Pernah aku menyalahkan keadaan namun suatu kejadian itu membuatku sadar bahwa Allah selalu ada dan tak meninggalkanku. Ada saja solusi yang tak terduga yang dikirim Allah.

Hal itu salah satu yang menguatkanku selama pendakian. Bahwa dalam rasa gundah dan sedihku, Allah berikan kekuatan jiwa dan berkat.Kadang aku komat-kamit sendiri, tersenyum sendiri, mengusap airmata sendiri. Bang suami dan guide sibuk mengobrol, mereka gak liat,hehe

Selain itu aku sadar sepenuhnya bahwa perjalanan ke Lombok ini bukanlah mudah. Mahal diongkos dan mesti meninggalkan Azzam bersama neneknya di rumah. Untuk ke sini lagi entah kapan lagi. Mengingat itu aku bertekad untuk tidak menyerah,kan nanti menyesal dan terbayang-bayang..ye kaann..

Alhamdulillah...tepat saat ashar, kami sampai di Pelawangan, dikenal sebagai tempat kemping para pendaki sebelum ke puncak. Pelawangan merupakan dataran yang memanjang dengan lembah dan jurang di bawahnya. Dari sana sebenanrnya tampak Danau Segara Anak, namun pas kami di sana, kabut mulai muncul.Tenda sudah tegak dipasang Mas Hari , potter kami yang telah duluan melesat ke puncak.

Bersyukurnya aku, sampai dengan sehat dan tetap semangat walau badan letih.

Nah..sampai di tenda, kami masih sempat menyaksikan matahari tenggelam sambil makan goreng pisang dan gelappun lalu menyelimuti Rinjani...




 

Malam hari suasana sekitar Pelawangan camp sangat ramai..tenda sebelah kami beberapa bule yang masih muda. Sambil berbaring di tenda aku nguping mereka ngobrol cukup jelas. Sedangkan suami masih ngobrol di luar tenda. Aku memilih selimutan mengusir dingin sambil main hp.

"Cukup sampai di sini sajalah,"Kataku saat ditanya apakah esok ke puncak (summit)

''Capek dan rasanya gak sanggup''Tambahku lagi mengingat esok harus bangun jam 1 pagi supaya sampai puncak tidak kesiangan.

Ya iyalah..sudah makan, santai dan selimutan, rasa malaspun mendera.

Tapi sebenarnya penasaran, karena kabut tebal di Pelawangan ini , Danau Segara Anak belum  terlihat. 

" Istirahat saja dulu, kita lihat kondisi besok"Kata suami

Aku pun tidur dengan tidak berniat ke puncak.

Tapi tak kusangka, aku terbangun dengan badan segar bugar karena mendengar keramaian orang lewat depan tenda. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 01 dinihari.Pantas orang sudah mulai naik.

Tiba-tiba semangatku muncul. Membayangkan rasa penasaran belum melihat danau.

"Yoklah, kita naik, tapi sampai dimana sanggupnya aja yaa.."

Okeee..

Kami memasang perlengkapan terutama Headlamp, memasang geiter untuk menghalangi pasir masuk sepatu (ini penting sekalii...)

Di awali dengan doĆ” bersama kami bertiga melangkah menuju puncak dan sepertinya kami rombongan terakhir. Di atas sana kerlap kerlip lampu pendaki seperti bintang berpendaran.



 Walaupun Eko sudah menggambarkan rute berpasir yang akan kami lalui tapi terasa beraaatt sekali. Istilahnya melangkah satu langkah, turun dua langkah. Jalur mendaki curam dan penuh pasir yang saking lembutnya serasa sepatu melesak masuk ke dlam pasir itu.Dengan bantuan tongkat mendaki langkah demi langkah kupaksakan naik di tengah gelap. Satu dua pendaki berpapasan, ada yang menyerah dan memilih turun. Seorang ibu melangkah turun dibimbing teman atau suaminya sepertinya  tidak sanggup lagi.Melihat itu entah kenapa, semangatku semakin membara.

Suami terus menyemangati dan sabar menunggu saatku berhenti istirahat (dan ini sering..setiap 5 langkah pasti berhenti saking gak kuatnya).

Gambaran danau yang indah sudah di depan mata.

Alhamdulillah..setelah hampir 4 jam berjalan ,tepat fajar menyingsing kami tiba di jalur datar atau punggung Rinjani. Langit memerah dan dari kejauhan matahari mulai tampak. Kami shalat Subuh di atas tanah sesudah tayammum .

Kami menikmati matahari perlahan naik dan MasyaAllah Danau Segara Anak pun tampak di bawah sana. 

Hatiku diliputi kebahagiaan..dada rasanya mengembang penuh saking terpesonanya. Tapi aku gak menangis, karena tangisku sudah kuangsur selama mendaki kemarin hihi..

Tak lupa puas-puasin foto-foto. Tentu saja untuk foto couple, Eko yang masih jomblo jadi fotografernya. Dia hanya bisa tertawa protes ngiri menertawakan pasangan yang sesudah 18 tahun ini bisa juga pergi mendaki berdua. 

Terlihat di foto ini,  nun jauh di   seberang  laut tampak Pulau Sumbawa dan Gunung Tambora-nya serta di sisi lain Pulau Bali dengan Gunung Agung dan Gunung Batur. 


Pak Suami dan Eko di belakangnya.


Foto ku dnegan latar Gunung Barujari yang berasap

Di foto di bawah ini, di belakangku adalah puncak Rinjani yang jika kami menuju perlu waktu sekitar 2-3 jam lagi dan tenaga yang setrong.



Mojok berdua, Eko fotoin sambil protes! Sorry Eko.
Foto hits ,sekalinya pose begini kayak mau terjun.hee..

Foto Berdua dengan latar Danau Segara Anak dengan gunung kecil "Barujari" yang dikenal juga dengan nama anak Rinjani. Danau itu sebenanrnya Kaldera atau kawah Rinjani yang mungkin terbentuk akibat letusan masa lampau 

Hari mulai terang, kami terus berjalan katanya menuju puncak kita mesti berjalan selama 3 jam lagi.

Hatiku mulai goyah .  Jalur di punggung Rinjani sangat ekstrim. Lebar jalan hanya setengah meter dan kanan kiri jurang menunjukkan bukit di bawahnya. Terus terang aku gamang, tidak berani melihat ke bawah . Hatiku berkata-kata. Apakah aku sanggup melewati jalur di atas sana? Akhirnya kuputuskan aku hanya sampai di sini. Bagiku ini pun sudah cukup indah. Dengan tanpa menyesal, aku menguatkan tekad, aku mesti banyak bersyukur walaupun hanya sampai di sini. Kedua rekankupun sepakat. 

Di tengah hari yang mulai panas kami turun sambil tetap menikmati rimbunan Edelweiss sepanjang jalur. Masya Allah...aku takjub melihat jalur yang kami lalui dalam gelap tadi. Sepatu tertimbun pasir lembut.Tapi karena jalur turun, malahan kami bisa berlarian dan seluncuran seperti di arena ski  haha..








 

Sesudah istirahat sebentar di tenda, kami pun kembali turun ke Sembalun.Pendaki lain biasanya memilih lanjut ke Danau Segara Anak dan nge-camp di sana sebelum turun lewat jalur lain yang berakhir di Desa Torean.Karena barang kami ada di Homestay, kami mesti turun kembali ke sana. Dan hanya 2 tim yang terlihat turun ke jalur ini kembali.

Alhamdulillah...lega rasanya tiba kembali di bawah dan bisa beristirahat malam itu dengan perasaan puas. Aku berterimakasih kepada Allah SWT dan khususnya diriku sendiri yang bisa membuktikan diriku bisa melewati rintangan. Yang tak kalah hebat tentu tim seperjalananku yang sangat pengertian. Ikut bertakbir saat aku takbir melawan lelah dan ikut menyemangati dengan perlakuan bahwa aku mampu. 

Semoga suatu saat bisa kembali lagi kesana

Rinjani..panggil aku lagi dooong..





 


Perdana setelah 18 tahun

 'Apa sih enaknya naik gunung? sudah capek naik eh... turun lagi."

Itulah kesan awalku saat diajak suami naik gunung.

Awal menikah di tahun 2004, dia yang hobi mendaki entah kenapa mau mengajakku yang agak pemalas  ini.

Aku ingat ajakan itu sudah ada ketika baru sebulan kami menikah.Mungkin maksudnya ingin se frekuensi,hi.hi..

Eh, bulan depannya ternyata aku sudah positif hamil , melahirkan, punya bayi dan tak sampai 2 tahun sudah hamil lagi!

Dan begitulah hingga  18 tahun kemudian. Hingga anak-anak telah berjumlah 5 orang.Sekarang si bungsu sudah berusia 5 tahun.

Sedangkan dia tetap dengan hobinya. Setidaknya 2 kali setahun dia mendaki, tentu saja bersama teman dan tim nya.

Aku masih setia sebagai tim motivator (ciee...) dan penyiapan logistik dari rumah (Maksudnya, masak teribol - tau kan apa itu teribol?-dan ransum lainnya) juga sebagai orang yang memantau dia apakah pulang dengan selamat.

Nah, kenapa tiba-tiba dapat hidayah?Aiihh..

Itu karena musim bunga yang melanda sejak tahun 2020.

Wabah Covid-19 membuat kita harus stay di rumah. Untung ada internet. Kegemaran baruku adalah bertanam bunga. Termasuk bunga Anggrek.

Keseringan googling dan nonton Youtube, aku jadi keranjingan beli anggrek. Beli yang hampir berbunga dan bahkan botolan pun kubeli. Tapi yah begitulah, ada yang bertahan dan ada yang gagal.

Nah..rasa penasaran muncul, apakah di hutan ada anggrek?Kata suami, ada.

Itulah motivasi utamaku di samping khayalan dari semua cerita dia tentang gunung.

Sepertinya harus melihat langsung!

Juni 2022, itulah perdana aku mendaki gunung. Dengan suami sebagai personal guide -ku yang memilihkan persiapan bagi pendaki pemula ini.hihi..Ke Marapi saja, katanya, ramah bagi pendaki pemula.

Mobil bisa mendaki hingga ke posko tempat kita melapor. Dari Koto Baru sekitar setengah jam kita akan melewati jalan kecil pas mobil di tengah ladang sayur.Sesudah melapor ke Posko ,kami pun mulai mendaki.


Siapkan minum yang cukup. Pengalamanku setia membawa Pocari Sweat, terbukti lebih bertenaga.
Letih? berhenti dulu...ngopi...



Karena gak faham cara pasang tenda, aku hanya jadi penonton saja.


Selfi ,senangnya ketemu edelweis ,walaupun belum mekar,tetap indah.



Alhamdulillah..dari lokasi posko menjelang tengah hari, kamipun sampai di lokasi perkemahan (cadas) sekitar lepas asar. Sesudah memasang tenda, kamipun memasak nasi dan makan bekal. Malam terasa begitu cerahnya.Namun saat terbangun di dini hari, angin bertiup kencang,terasa ada badai.

 Sesudah shalat subuh dalam tenda, kami menunggu saat yang tepat menuju puncak.Namun  angin masih kencang dan kabut tebal. Jam 7 kami mencoba melangkah menuju puncak melewati batuan cadas di tenbgah kabut tebal.Namun belum sampai separuh jalan kamipun memutuskan berhenti. 

 

Sebenarnya aku yang minta. Karena tujuan ke puncak ingin melihat pemandangan,kalau kabut yaa mana nampak. Itu menurutku. Dan untuk menunggu kabut pergi kayaknya agak lama gitu .Oke deh,,.kita memutuskan turun lagi ke tenda. Sekitar jam 10 kami bongkar tenda dan turun untuk bersiap pulang.

Bagaimana fisik pendaki pemula berumur 42 tahun ini? hihi..Alhamdulillah masih diberi Allah kekuatan.

Kaki aman dari cedera (mungkin karena sering jalan kaki).Jantung aman.

Mungkin karena perjalanan hepi, sepanjang jalan aku hanya celingak-celinguk kanan-kiri-atas mencari jejak bunga Anggrek!

Dan baru tersadar bahwa anggrek hutan itu langka , beibi....Pastinya ada di bagian terdalam hutan yang masih terjaga habitatnya.Kalau jalur pendakian kan sudah jalur terbuka, ada juga sih tanaman hutan lainnya yang membuat pemandangan semakin takjub. Seperti pohon besar ini.

 

Yah..itulah hakikat menjelajah alam. Mengenal kuasa Allah dan membawa berzikir. Dan yang abadi dibawa pulang adalah kenangan dan foto untuk dipamerkan!

Selasa, 30 November 2021

Tahun ini, peringatan HGN luar biasa!

 DI akhir Oktober 2021, pak Emriko ,Kasi PTK di Dikpora Kota Pariaman menelpon.Tepatnya di sore hari tanggal 27 Oktober.

"Bu Fitri, untuk lomba apresiasi GTK Tahun ini kami mengutus bu Fitri untuk ikut ya, ikut dala kategori Pengelola KB/TPS/SPS"

"Kan lombanya bisa untuk semua GTK paak..diajak aja semua"

" Deadline pengiriman dokumen lomba tanggal 3 November, waktu tidak panjang,kita pastikan ibu ikut berpartisipasi. Saya kirimkan juknis lombanya"

"Siap pak"

Waduh..saat itu aku sedang disibukkan mempersiapkan gebyar bulan bahasa dari RKI PKS Kota Pariaman dimana aku sebagai ketua panitia.Kami mengangkatkan lomba baca puisi virtual dan Training For Trainer Berkisah dan dongeng tanggal 30 Oktober

Perintah Pak Emriko aku skip dulu,fokus..fokus..acara gebyar bulan bahasa.

Alhamdulillah acara RKI selesai dengan lancar.Barulah aku fokus mempersiapkan bahan.

Aku baca seksama juknis dan aku tonton ulang acara sosialisasi lomba yang diadakan secara daring oleh kemendkbud di Youtube.Dikupas dulu juknis supaya terarah konsepnya.

Alhamdulillah...dilancarkan Allah aku dalam menyiapkan syarat administrasi, naskah dan video yang berdurasi maskimal 7 menit yang di upload ke akun youtube

Bahan dikirim ..dan do'a pun dikirim kepada Allah SWT

Aku yang belum pernah ikut lomba serupa, entah kenapa sangat berharap bisa merasakan lomba ini hingga ke pusat.Karena yang lolos 20 besar akan dipanggil ke Jakarta untuk seleksi tahap 2 (presentasi)

Pengharapanku setiap hari aku bisikkan kepada Allah..kasih aku kesempatan Ya Allah..

Tanggal 16 November...Sore hari sesudah acara Musyawarah Daerah (Musda) HIMPAUDI Kota Pariaman selesai.Tugasku selama 4 tahun sebagai sekretaris selesai dihari ini..di tengah aku merenung sendiri.."Ting!" masuk sebuah pesan Wa grup yang baru dibentuk dimana aku dimasukkan ke dalamnya 

"Grup finalis apresiasi Pengelola KB/SPS/TPA 2021"

postingan pertama adalah sebuah surat undangan finalis, dimana namaku ada di sana sebagai salah satu dari 20 finalis!!

Allahu Akbar!!

Aku langsung sujud syukur saat itu juga..

Ya Allah..Engkau Maha Mengabulkan..

Aku langsung koordinasi dengan suami mengabari, berbicara terkait keberangkatan, dilanjutkan kounikasi dengan Pak Emriko, Bu Tati Sekretaris dinas, Pak Kabid,Pauddukmas Pak Kadis Dikpora

Alhamdulillah..tanggal 21/minggu aku berangkat ke Jakarta dengan persiapan dan hati yang sangat bahagia..Tak henti-hentinya bersyukur dan takjub atas kuasa Allah SWT

21-26 November ,kami diinapkan di Hotel Mercure,Ancol.Lebih bahagia lagi dong, karena perdana melihat Pantai Ancol dan wahana Dufan yang ada di sekitarnya.Dari lantai 7 Mercure dengan view laut,semua terlihat..namun karena Covid masih dihindari, acara juga padat merayap, jalan-jalan memang tidak masuk dalam agenda heee...Jakarta..panggil aku sekali lagi!!

Hari pertama sampai, langsung pembukaan dan pembekalan. Di Ballroom berkumpullah finalis yang terdiri dari 6 kategori lomba kali ini. Kategori kepala sekolah Tk,Guru TK, Pengelola KB/SPS, Guru KB/SPS, Pamong belajar dan Penilik.Tiap katgeori 20 orang.

Waw...se-Indonesia bersatu di sini.

Hari kedua/Senin, 22 November 2021, hasil undian, aku langsung dapat giliran ke-2 untuk tampil di hadapan juri Nervous? Tentunyaaaa...Ada 3 juri yang menilai peserta. Di tengah dinginnya AC ruangan itu, 30 menit di sana aku bersama juri ,ada rasa  hangat melingkupiku menambah rasa percaya diri walau awalnya  sedikit grogi.

Alhamdulllah bahan presentasi kusajikan dengan lancar,pertanyaan juri pun kujawab dengan lancar juga. Pertanyaan terkait pekerjaan sebagai kepala sekolah kan, jadinya yah menceritakan apa yang kita lakukan selama mengelola sekolah.

Juri pun baik-baik dan ramah kok! hehe..

Hari ketiga, membersamai teman yang tampil di hari itu.Kami menunggu di luar ruangan dan menyelamati teman seperjuangan yang baru keluar. Banyak cerita...yang lucu, yang mengharukan dan rasa akrab yang sudah mewarnai kita sejak dalam grup WA.

Sudut pandnagku pada saat itu, aku salut dan bangga pada mereka. Sesama pengelola lembaga, mereka masih muda, energik, semangat, bahan presentasinya bagus-bagus, perencanaan sekolahnya penuh inspirasi deh!

Aku lihat semua, aku tanya, aku ingat..karena salah satu tujuanku ke sini untuk menimba ilmu dari siapa saja .

Hari ketiga, tibalah saat pengumuman hasil penjurian. Kami memakai baju adat daerah masing-masing berkmpul semua di Ballroom.Acara dihadiri Pak Irwan syahril, dirjen GTK Pauud, sekdir

Dipilihlah 5 terbaik dari 20 finalis. Aku belum berkesempatan masuk ke dalam 5 terbaik itu, tapi aku melihat semua memnag terbaik deh!

Alhamdulillah...semua peserta sudah lega.

Hari ke empat, Kamis,25 November 2021, puncak peringatan Hari Guru Nasional

Pagi upacara di halaman Kemendikbudristek.

Siangnya kami sudah di Jakarta International Expo Kemayoran.DI sana berkumpul bersama ribuan guru dari kategori SMK,SD,SMP,SLB dan yang lainnya yang juga mengikuti penjurian di hotel berbeda.

Acara HGN dilanjutkan dengan kedatangan Mas Menteri Nadiem Makarim !! Yeay!! tak pernah terbayangkan akan bertemu langsung dengan menteri muda ini. 

MasyaAllah..pengalaman yang luar biasa..

Menteri berdialog dnegan para guru, dan berbincang inspiratif dengan guru dari beberapa daerah yang sungguh membuat salut!

Kita disajikan hiburan dengan datangnya Band Nidji, GIGI dan ada juga Omesh serta Okky Lukman sebagai pembawa acara.Jarang-jarang kan,aku ketemu artiss..hihi..

Sore kami pun pulang kembali ke hotel dan bersiap acara penutupan.  

MAlam kami menyelesaikan administrasi termasuk keuangan.

Terima Kasih Ya Allah..Kau beri aku kesempatan bisa hadir di tengah acara ini.Kau teguhkan kakiku di PAUD dengan caraMU.Tunjuki aku untuk lebih baik lagi dan semakin ikhlas ..Aaminn..

Kesempatang yang sangaaat berharga sehingga aku harus menuliskannya di sini.

Sudah diongkosin pulang pergi, diakomodasi di hotel 6 hari dan dapat uang pembinaan juga dengan jumlah yang membuatku semakin bersyukur.

Esoknya aku pun pulang dan membawa satu tekad, aku akan membagikan pengalaman berharga inikepada sesama rekan seperjuangan di Pariaman.


Kamis, 24 Juni 2021

Parenting

 Sudah lama aku berkeinginan melakukan tes StiFIn pada anak-anakku. 

Kamu sudah tau apa itu Tes Stifin?bagi yang belum pernah dengar, tes tersebut dilakukan untuk mengetahui kecerdasan seseorang melalui sidik jari dengan metode tertentu.

Penemuan metode tersebut itu sebenarnya sudah termasuk lama, dan aku tertarik lebih karena ingin tahu setelah membaca pandangan atau pengalaman orang yang telah melakukan.

Kesepuluh jari kita akan direkam dengan alat yang terkoneksi ke server pusat, yang akan mengidentifikasi sidik jari yang kita punya. tergolong ke dalam 5 kategori yang menmggambarkan cara berfikir otak kita. Setidaknya begitu kata penemunya ya..

Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling, Insting (STIFIN)

Suami telah melakukan tes ini 5 tahun yang lalu.

Dari 5 anakku, 2 orang kategori Thinking seperti ayahnya, dan 3 kategori Intuiting.

Dan aku satu-satunya yang Feeling...waw..waw...kenapa emaknya sendiri yang beda ya.??hahaha

Apa pentingnya bagiku mengetahui ini?tak lebih adalah untuk mengetahui pola yang dimiliki anak-anakku yang kuharap membantuku dalam memahami mereka.

Si Thinking adalah orang yang berfikir lebih kepada logika.Yang berperan adalah belahan otak Cortex kiri. Sehingga mereka lebih suka belajar terkait matematika dan sains, karena disana banyak peluang logis matematis.Lain lagi yang tiga si Intuiting yang kreatif dan visioner.

Mengetahui sebagian kepribadian mereka memang terlalu dini jika men'cap' atau men'judge' mereka  dengan vonis tertentu. Karena bagi kami biarkan anak melalui setiap sesi perkembangannya dengan alami. Orangtua hanya bertugas mengarahkan mereka dnegan terlebih dahulu memahami pola pikir, kebiasaan dan minatnya.

Aku si Feeling yang katanya mampu mengikat keluarga ini dengan cinta, merasa jalan ini akan warna -warni dan butuh waktu untuk belajar dan belajar lagi sebagai ibu.

Minggu, 20 Juni 2021

Tentang Pilihan

 Sebuah keputusan besar terpaksa kuambil di awal tahun ini.

2021 memang penuh catatan bagiku.

Semua serba mendadak,datang menyerbuku bagai laron menyerbu cahaya.Akupun tak tahu entah itu takdir yang harus dijalanai atau sebuah pilihan atas kekurangsanggupan.

Akhir tahun kemarin adalah akhir tahun yang membahagiakan saat aku diwisuda dari STIT Syekh Burhanuddin Pariaman setelah perjuangan 4 tahun tepat.

Beberapa rencana telah terpampang di depan mata, aku bersiap untuk mendaftar Program Magister Guru PAUD di UNP,kampus incaranku berikutnya.

Saat amanah itu datang, muncul satu hentakan lagi di hadapanku. 

Anak bungsuku yang selama ini perkembangannya telah meresahkan kami, kembali kami bawa ke pusat perkembangan anak. Klinik MLC di Jati,Padang.Tahun kemarin sudah pernah kami bawa namun karena wabah covid membuat rentan ke pusat kesehatan kami tunda.

Di usia hampir 4 tahun, Azzam kami belum bisa berbicara. Mengingat Zaki, kakaknya si nomor 3 juga mengalami keterlambatan bicara membuat kami merasa tidak terlalu masalah.Mungkin waktu yang akan menyembuhkannya.So sad..atas pemikiran bodoh kami ketika itu.Karena hingga kini klas 5 SD Zaki masih mengalami kesulitan mengucapkan kata karena fisiknya yang menyebabkan gangguan tidak pernah kami terapi.

Kasus Azzam beda, selain belum bisa sama sekali berbicara, dia juga mengalami kekurangan fokus dan beberapa gejala hambatan tumbuh kembang. Materi yang kudapat selama kuliah, rasa bersalah atas  abangnya dan benturan rasa bersalah lainnya mendera diriku khususnya.Dan rasa itu semakin lengkap begitu diagnosa akan Azzam kami terima. Setelah menemui dokter anak, mengikuti tes BERA untuk menguji pendengarannya ( di Sentra Pendnegaran AURIS,Purus ,Padang) bisa disimpulkan gangguan Azzam sejenis autis.Namun Alhamdulillah masih taraf ringan.

Awal tahun itu   adalah masa terendah akan motivasiku. Entah kenapa, aku menyelahkan diriku sendiri. Tampak hal lainnya Azzam normal, daya ingatnya bagus dan fisiknya tidak masalah. Dia yang tampaknya biasa saja namun jawaban kenapa selama ini dia cenderung  aktif berlebihan bukan sebatas perkembangan normal. Dia tidak faham akan perintah, dia tidak mau berteman.

Saat itu aku hanya berpusat pada diriku.Aku menganggap orang lain tidak perlu tahu karena akulah sumber masalahnya.Semua bagiku tidka penting pada masa itu. Sesudah 4 orang anak sebelumnya, yang ini menyisakan kekhawatiran berlebihan.

Aku menolak amanah besar yang diberikan partai padaku dengan penuh kesadaran.Aku tak peduli apa kesan beberapa orang, yang kutau bahwa aku tak akan sesuai dengan tempat itu dan masih banyak orang lain yang layak menjalankannya dan tentu lebih amanah. 

Akupun memutuskan membatalkan rencana kuliah melanjutkan program magister.Mungkin belum masanya, begitu pikirku.

Karena hal ini masih bisa dihadapi dengan sikap wajar, aku pun wajar saja menyikapi itu namun dengan perasaan campur aduk masa itu. Aku dan suami yang memang selalu berdua membawa Azzam bolak balik ke klinik di Padang sepakat  mengikuti saran dokter mengikuti terapi Sensori Integrasi. Karena masalah awal Azzam tampak pada inkonsistensi pemahamnya. terapi SI ini direncanakan 8 kali pertemuan kelak akan dilanjutkan dengan tahapan Terapi Wicara (TW)

Dokter memberi pilihan tempat terapi. Sesudah mendapat kabar di rumah sakit yang meyani BPJS terapi harus masuk daftra tunggu, kami memilih terapi di klinik MLC yang sedang ada jadwal kosong setiap hari Kamis dengan konsekuensi kami kesti ke Padang setiap hari Kamis siang.Itupun kami sanggupi.

Alhamdulillah terapi Azzam berjalan 2 bulan sejak Februari hingga awal April (karena sempat absen 2 kali kunjungan).Terapi berhenti karena akan memasuki bulan Ramadhan, yang membuat kami susah ke Padang karena 2 orang anak lagi tinggal di rumah. 

Perkembangan selama terapi Sensori Integrasi dan diiringi minum obat, Alhamdulillah beberapa kata telah terucap dari mulut Azzam.Dia seiring waktu semakin banayak mengucapkan kata dan bisa mengikuti lagu yang sering didengarnya di Youtube.

Sampai saat ini, kami hanya memaksimalkan dengan mendampinginya dalam berkata-kata.Aku menjadi sering bernyanyi bersamanya, karena Azzam suka menyanyi, mengulang kata yang terucap dari kami.

Pilihan Terapi Wicara belum kami lanjutkan karena haru konsultasi lagi ke dokter, serta mencari tempat terapi yang dekat saja.

Semoga Azzam semakin pintar.Aamiin..


Minggu, 08 November 2020

Demam bunga

 Demam bunga, tepatnya tanaman..melanda emak-emak akhir-akhir ini. Tampaknya masyarakat butuh hiburan di tengah situasi pandemi yang megharuskan kita masih banyak beraktifitas di rumah.Media sosial berperan memberi andil demam ini. Semakin viral maka semakin demamlah kita semua.Bunga yang biasanya terlantar pun kini segar karena makin diperhatikan si empunya.Tanaman keladi yang memang ramah tumbuh di iklim indonesia makin naik daun.Ada yang harganya jutaan (kata media sosial) entah iya entah tidak.Siapa yang membeli sampai jutaan/mungkin artis atau orang berduit yang juga turut terkena demam ini. Kalau yang duitnya sedikit atau sayang menghabiskan duitnya untuk beli bunga,bisa terjun ke semak atau minta bunga tetangga atau kawan.Yang penting perbanyak silaturahmi dan saling berkunjung ke rumah..niscaya bunga kita di rumah akan bertambah pula.

Tak ada yang salah dengan demam bunga ini. Sisi positifnya bagi yang jualan tanaman pastinya akan mengeruk untung.Yang jualan pupuk,kompos apalagi rak bunga kini sedang memanen.Dan yang awalnya tak pernah bertukang,kini pun sudah pula membuat dan menjual rak bunga.

Rumah orang terlihat meriah dan berwarna-warni.Bunga-bunga itu pasti bahagia.Jika mereka bisa berbicara mungkin mereka bersyukur pada Allah dan berharap demam bunga ini tidak reda

Kesempatan kedua di Apresiasi GTK 2023

 Seolah rendezvous, aku menatap Bandara Internasional Minangkabau pagi itu, 20 November 2023. Sementara hiruk pikuk rombongan Apresiasi GTK ...