Kamis, 09 Januari 2025

Tahun Baru, tulisan pertama di 2025

 Hi!

Apa kabarmu di tahun yang telah berganti ini?

Aku mau berbagi cerita di Januari. Tanggal 9 kemarin adalah hari ulang tahun anak keduaku, Abdurrahman Al Jundi. Setiap mengenang hari lahir pasti juga mengingatkan kembali sebuah proses kelahiran. Antara Ibu dan anak. Anak akan mengingat tanggal dimana awal mula ia menghirup nafas dunia. Ibu akan mengingat kenangan ia bertemu dengan bayi yang sembilan bulan sebelumnya masih dalam bayangan, dekat dengan sentuhan dan membuncahkan  kebahagiaan dengan gerakan aktif di perutnya.

Awal menikah, aku pernah berangan memiliki anak lelaki yang ganteng, besarnya menjadi pelindung dan tampil gagah dengan kebijaksanaan. Allah kabulkan di kelahiran anak kedua ini. Setelah 18 tahun umurnya kemarin, aku menemukan keingananku menjadi nyata. Anakku telah tumbuh besar menjadi pria yang ganteng, gagah, hormat pada orangtua, sayang pada kakak dan adik-adiknya juga pintar. 

Melihatnya tumbuh dengan baik seperti mengingatkanku dengan keharusan banyak bersyukur diberikan anak-anak yang soleh,semoga ke depannya mereka semua menjadi manusia yang  berguna.Aaminn

9 Januari 2007 merupakan hari yang di luar prediksi. Hari perkiraan melahirkan Jundi sesuai perkiraan bidan dan USG adalah akhir Desember 2006. Karena anak pertama diberikan kelancaran lahir normal ,aku juga patuh pada kehamilan kedua ini. 

Namun mendekati jadwal, tidak kurasakan tanda-tanda melahirkan seperti kakaknya dulu di tahun 2005. Setiap pagi aku jalan, melatih posisi bersujud sesering mungkin demi merangsang ia lahir. Akhirnya oleh bidan Firdawati diberikan tenggat 2 minggu dari HPL, jika tidak merasakan kontraksi terpaksa diinduksi .

Akhirnya Desember 2006 berlalu. Tanggal 8 Januri 2007 kami ikuti saran untuk dirujuk ke dokter untuk mendapatkan induksi. Karena di Kota Pariaman pada saat itu belum ada dokter kandungan perempuan, padahal aku inginnya ditangani dokter  perempuan, akhirnya Bidan Firdawati merujuk ke Rumah Sakit Bersalin Siti Hawa di Padang dengan dokter Ermawaty, SPOG.

Pagi jam 10 kami telah tiba di RSB Siti Hawa dan oleh dokter di USG. Perkiraan anak dalam kandungan seberat 3,7 kg. Masih batas normal besarnya. Akhirnya aku masuk ruangan dan disuruh puasa serta  diinfus induksi. Dengan perkiraan induksi hanya boleh dalam batas waktu 12 jam. Jika belum ada tanda melahirkan normal maka harus di operasi.Kami siap dengan resiko itu. Setelah 8 jam menahan sakit kontraksi yang semakin maju semakin sakit, pada jam 6 sore air ketubanku pecah. Saat diperiksa masih bukaan 6. Karena bukaan semakin maju dan air ketuban pecah maka perkiraan dokter bisa melahirkan normal. Maka akupun diberi makan agar bertenaga saat melahirkan normal nanti. Setelah  puasa dari pagi tentu ini adalah makan ternikmat yang kurasakan hehe..namun hingga jam 10 malam masih tetap bukaan 6, maka dengan terpaksa aku menjalani operasi sesar (Sectio Cesare)

Mau bagaimana lagi, ini adalah resikonya. Daripada berbahaya bagi janin yang sudah stress di dalam karena tekanan kontraksi buatan maka dia terpaksa dikeluarkan.

Alhamdulillah menjelang jam 11 malam Jundi lahir dengan berat 4,1 Kg dengan leher terlilit tali pusar.

Sepertinya ini penyebab dia susah keluar karena terjerat tali pusar sendiri. Karena dibius sebagian, aku bisa melihat Jundi diangkat dari perutku . Kelihatan bayi putih agak pucat  dengan tali pusanya mengelilinginya. 

Alhamdulillah ala kulli hal.

Allah anugerahkan kami anak lelaki sehat dan juga berat.

Alhamdulillah

Yang abadi dalam do'aku

 Kepada lelaki yang telah berada di sisiku 21 tahun, aku bercerita tentang seorang lelaki yang selalu di hatiku selama 46 tahun ini. Dia aya...